Banji Jamping Guru Visioner
Jum'at, 19 November 2021 - 07:17 WIB
Roh adaptif ini telah ditabuh Mas Menteri Nadiem. Kapan ditagih? Perubahan tidak dapat dimulai dari atas. Semuanya berawal dan berakhir dari guru. Jangan menunggu aba-aba, jangan menunggu perintah. Ambillah langkah pertama. Di mana pun Anda berada, lakukan perubahan kecil di kelas Anda: 1) ajaklah kelas berdiskusi, bukan hanya mendengarkan; 2) berikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas; 3) cetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas; 4) temukan suatu bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri; 5) tawarkan bantuan kepada guru yang sedang mengalami kesulitan.
baca juga: Kemendikbudristek Bekali Guru dengan Kemampuan Komunikasi Publik
Mas Menteri Nadiem kembali menegaskan, apa pun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak. Efek pandemi covid-19 membuat dunia jungkir balik. Ujung-ujungnya, pandemi bukanlah musuh, melainkan mitra pikir mondial agar segera bergerak adaptif.
Renungkan lima pesan Mas Menteri Nadiem kepada guru tadi. Guru dan pelajar sama-sama pembelajar, sama-sama pendidik. Guru pun harus siap menjadi teladan para pelajar yang baik manakala si pelajar memerankan guru cilik. Tidak perlu ilmu pinunjul untuk guru, tetapi perlu dedikasi dan pelayanan ultima. Guru tidak lagi di depan, tetapi di samping menggandeng pelajar untuk bergerak maju demi perubahan.
Di sinilah roh cura personalis (empati pendampingan pribadi) berkarya. Sadarilah karitasi. Sebab guru sebagai pengajar terbaik terkini telah digeser sepenuhnya oleh eksistensi “Mbah Gugel”. “Mbah Gugel”-lah guru paling jempol untuk pemenuhan kognitif. “Mbah Gugel” menjadi guru mesin pencari tercepat, terbanyak, terlengkap, pun terbaru.
baca juga: Kemendikbudristek Dorong Perguruan Tinggi Segera Kirim Usulan KIP Kuliah
Satu sisi, mentalitas guru-lelah segera terganti peranti. Solusinya, lompatlah guru. Rebutlah karakter, berdayakan nilai-nilai karakter. Sebab sisi ini tidak dimiliki peranti secanggih apa pun. Peranti cuma robot yang sudah pasti berjiwa suwung. Guru sebagai pengajar telah mati hingga detik ini.
Guru sebagai pendidik yang cura personalis sangat diidolai. Guru diakui sebagai jenama atau merek profesi tinggallah mengolah karakter. Guru tetaplah pengampu nomor satu untuk nilai-nilai karakter. Karakter manusiawi tetap selalu gagal disisipi kecerdasan buatan (AI, artificial intelligence). Guru yang berkarakter inilah kini dicari dan dirindui para pelajar. Apalagi, Mas Menteri menggeber profil Pelajar Pancasila.
baca juga: Ada Evaluasi Menyeluruh, Kemendikbudristek Tunda Seleksi Guru PPPK Tahap II
Mas Menteri Nadiem telah mengikrarkan bakat, hobi, dan portofolio menjadi tunggangan pendidikan. Literasi, numerasi, dan karakter menjadi garda depan meskipun masih abstrak. Hanya guru yang berkarakter pembelajar akan pinunjul. Guru sadar. Guru paham bermain “banji jamping” (bungee jumping: terjun lenting, lompat aja) metani bakat, hobi, dan portofolio para pelajar.
baca juga: Kemendikbudristek Bekali Guru dengan Kemampuan Komunikasi Publik
Mas Menteri Nadiem kembali menegaskan, apa pun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak. Efek pandemi covid-19 membuat dunia jungkir balik. Ujung-ujungnya, pandemi bukanlah musuh, melainkan mitra pikir mondial agar segera bergerak adaptif.
Renungkan lima pesan Mas Menteri Nadiem kepada guru tadi. Guru dan pelajar sama-sama pembelajar, sama-sama pendidik. Guru pun harus siap menjadi teladan para pelajar yang baik manakala si pelajar memerankan guru cilik. Tidak perlu ilmu pinunjul untuk guru, tetapi perlu dedikasi dan pelayanan ultima. Guru tidak lagi di depan, tetapi di samping menggandeng pelajar untuk bergerak maju demi perubahan.
Di sinilah roh cura personalis (empati pendampingan pribadi) berkarya. Sadarilah karitasi. Sebab guru sebagai pengajar terbaik terkini telah digeser sepenuhnya oleh eksistensi “Mbah Gugel”. “Mbah Gugel”-lah guru paling jempol untuk pemenuhan kognitif. “Mbah Gugel” menjadi guru mesin pencari tercepat, terbanyak, terlengkap, pun terbaru.
baca juga: Kemendikbudristek Dorong Perguruan Tinggi Segera Kirim Usulan KIP Kuliah
Satu sisi, mentalitas guru-lelah segera terganti peranti. Solusinya, lompatlah guru. Rebutlah karakter, berdayakan nilai-nilai karakter. Sebab sisi ini tidak dimiliki peranti secanggih apa pun. Peranti cuma robot yang sudah pasti berjiwa suwung. Guru sebagai pengajar telah mati hingga detik ini.
Guru sebagai pendidik yang cura personalis sangat diidolai. Guru diakui sebagai jenama atau merek profesi tinggallah mengolah karakter. Guru tetaplah pengampu nomor satu untuk nilai-nilai karakter. Karakter manusiawi tetap selalu gagal disisipi kecerdasan buatan (AI, artificial intelligence). Guru yang berkarakter inilah kini dicari dan dirindui para pelajar. Apalagi, Mas Menteri menggeber profil Pelajar Pancasila.
baca juga: Ada Evaluasi Menyeluruh, Kemendikbudristek Tunda Seleksi Guru PPPK Tahap II
Mas Menteri Nadiem telah mengikrarkan bakat, hobi, dan portofolio menjadi tunggangan pendidikan. Literasi, numerasi, dan karakter menjadi garda depan meskipun masih abstrak. Hanya guru yang berkarakter pembelajar akan pinunjul. Guru sadar. Guru paham bermain “banji jamping” (bungee jumping: terjun lenting, lompat aja) metani bakat, hobi, dan portofolio para pelajar.
tulis komentar anda