ITS Kembangkan Mesin Penanam Padi Otomatis
Kamis, 09 Desember 2021 - 06:15 WIB
Sedangkan transplanter yang sudah diusung sejak tahun 2020 ini memiliki dimensi yang lebih kecil, sehingga bisa digunakan di sawah yang berliku-liku. Selain itu, dimensi yang kecil juga membuat mesin ini tidak mudah ambles di tanah sawah yang becek.
Saat ini, transplanter ini sedang dalam tahap pengembangan untuk dapat dioperasikan secara otomatis menggunakan pengendali jarak jauh untuk mengurangi jumlah tenaga kerja. Dengan didukung microcontroller, transplanter yang secara penuh dikembangkan oleh ITS ini rencananya bisa menanam padi dengan sendirinya.
Dengan memanfaatkan sistem jajar legowo 2:1 dan transplanter otomatis ini, efisiensi dan efektivitas kerja dari para petani akan meningkat. “Dengan begini, memotivasi para petani lainnya untuk berpikir secara progresif dan bisa memanfaatkan berbagai teknologi yang ada,” imbuh Liza.
Namun, Liza mengaku masih banyak hambatan dalam pengembangan transplanter ini. Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan, permasalahan utama adalah bagaimana membuat microcontroller-nya bisa berjalan secara otomatis.
Sensitivitas sensor yang masih kurang menyebabkan mesin tidak bisa berjalan lurus secara sempurna. “Faktor sensor yang terendam tanah juga jadi penyebabnya, akibatnya transplanter suka belok-belok sendiri,” ungkapnya.
Abmas yang sudah dimulai Juni lalu ini masih akan dilanjutkan hingga beberapa bulan kedepan. Dengan memasuki musim penghujan, Liza mengharapkan uji coba bisa dilakukan dengan maksimal. “Sebab microcontroller harus banyak dilakukan uji coba untuk bisa bekerja dengan baik saat dioperasikan,” pungkasnya.
Saat ini, transplanter ini sedang dalam tahap pengembangan untuk dapat dioperasikan secara otomatis menggunakan pengendali jarak jauh untuk mengurangi jumlah tenaga kerja. Dengan didukung microcontroller, transplanter yang secara penuh dikembangkan oleh ITS ini rencananya bisa menanam padi dengan sendirinya.
Dengan memanfaatkan sistem jajar legowo 2:1 dan transplanter otomatis ini, efisiensi dan efektivitas kerja dari para petani akan meningkat. “Dengan begini, memotivasi para petani lainnya untuk berpikir secara progresif dan bisa memanfaatkan berbagai teknologi yang ada,” imbuh Liza.
Namun, Liza mengaku masih banyak hambatan dalam pengembangan transplanter ini. Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan, permasalahan utama adalah bagaimana membuat microcontroller-nya bisa berjalan secara otomatis.
Sensitivitas sensor yang masih kurang menyebabkan mesin tidak bisa berjalan lurus secara sempurna. “Faktor sensor yang terendam tanah juga jadi penyebabnya, akibatnya transplanter suka belok-belok sendiri,” ungkapnya.
Abmas yang sudah dimulai Juni lalu ini masih akan dilanjutkan hingga beberapa bulan kedepan. Dengan memasuki musim penghujan, Liza mengharapkan uji coba bisa dilakukan dengan maksimal. “Sebab microcontroller harus banyak dilakukan uji coba untuk bisa bekerja dengan baik saat dioperasikan,” pungkasnya.
(mpw)
tulis komentar anda