Tim Arsitektur Unpar Runner Up Kompetisi Desain Archinesia 2022
Selasa, 15 Februari 2022 - 21:23 WIB
Melalui pemikiran tersebut, mereka berusaha membuat prototipe rumah sampah pertama di Indonesia dengan visi untuk membantu pemerintah memecahkan masalah timbunan sampah.
Maka dari itu, mereka mengubah sampah seperti masker sekali pakai menjadi batu bata, kotak makanan plastik menjadi instalasi nako, dan pot tanaman, serta botol plastik diubah menjadi dinding translusen, dan lain-lain.
Michael, sebagai perwakilan kelompok tersebut menuturkan bahwa timnya memiliki rasa percaya diri yang tinggi untuk mendapatkan juara pada ajang tersebut.
"Walau dengan waktu 11 hari desain, jujur kami cukup percaya diri dengan hasil rancangan kami, walau gagal menjadi juara 1, kami cukup puas dan bangga akan hasil kami karena kami sudah memberikan ide-ide dan gagasan terbaik dari kami. Untuk itu, menjadi ambisi kami untuk tidak menyerah dan terus memenangkan lomba-lomba yang lebih besar lagi," tutur Michael, Selasa (15/2/2022).
Dia berharap, hasil desain timnya itu dapat menyadarkan masyarakat luas akan sampah dan arsitektur sebagai pemecah suatu masalah.
"Saya berharap ide sampah ini benar-benar bisa diusahakan. Mendengar bahwa di Indonesia juga sudah mulai membuat batu bata menggunakan bahan daur ulang, sehingga membuat saya percaya bahwa arsitektur dapat dilihat menjadi solusi atas masalah yang lebih besar dan tidak terbatas oleh keinginan dan ego client atau arsitek itu sendiri," katanya.
Lebih lanjut, dia pun berharap mahasiswa arsitektur dapat mengikuti banyak sayembara sebagai wadah melatih kemampuan dalam praktik nantinya.
"Saya percaya bahwa sayembara ini menjadi wadah yang baik untuk melatih kita karena di sayembara ini, karya kita akan disidang dan dikomentari oleh real architects, yang berpraktik dan memang sudah sangat berpengalaman," ucap Michael.
Sementara itu, mahasiswa arsitektur Unpar lainnya, yaitu Jeremy Hanson dan Ananda Kevin pada tim yang berbeda masuk dalam sepuluh besar finalis yang berkesempatan mempresentasikan gagasannya kepada juri dalam ajang tersebut.
Maka dari itu, mereka mengubah sampah seperti masker sekali pakai menjadi batu bata, kotak makanan plastik menjadi instalasi nako, dan pot tanaman, serta botol plastik diubah menjadi dinding translusen, dan lain-lain.
Michael, sebagai perwakilan kelompok tersebut menuturkan bahwa timnya memiliki rasa percaya diri yang tinggi untuk mendapatkan juara pada ajang tersebut.
"Walau dengan waktu 11 hari desain, jujur kami cukup percaya diri dengan hasil rancangan kami, walau gagal menjadi juara 1, kami cukup puas dan bangga akan hasil kami karena kami sudah memberikan ide-ide dan gagasan terbaik dari kami. Untuk itu, menjadi ambisi kami untuk tidak menyerah dan terus memenangkan lomba-lomba yang lebih besar lagi," tutur Michael, Selasa (15/2/2022).
Dia berharap, hasil desain timnya itu dapat menyadarkan masyarakat luas akan sampah dan arsitektur sebagai pemecah suatu masalah.
"Saya berharap ide sampah ini benar-benar bisa diusahakan. Mendengar bahwa di Indonesia juga sudah mulai membuat batu bata menggunakan bahan daur ulang, sehingga membuat saya percaya bahwa arsitektur dapat dilihat menjadi solusi atas masalah yang lebih besar dan tidak terbatas oleh keinginan dan ego client atau arsitek itu sendiri," katanya.
Lebih lanjut, dia pun berharap mahasiswa arsitektur dapat mengikuti banyak sayembara sebagai wadah melatih kemampuan dalam praktik nantinya.
"Saya percaya bahwa sayembara ini menjadi wadah yang baik untuk melatih kita karena di sayembara ini, karya kita akan disidang dan dikomentari oleh real architects, yang berpraktik dan memang sudah sangat berpengalaman," ucap Michael.
Sementara itu, mahasiswa arsitektur Unpar lainnya, yaitu Jeremy Hanson dan Ananda Kevin pada tim yang berbeda masuk dalam sepuluh besar finalis yang berkesempatan mempresentasikan gagasannya kepada juri dalam ajang tersebut.
(mpw)
tulis komentar anda