Hasil Riset FKUI, Ini Faktor Utama Kematian Akibat Covid-19
Rabu, 09 Maret 2022 - 19:11 WIB
Selain tantangan tersebut, belum banyak masyarakat yang mengetahui faktor prognostik kematian di Indonesia. Padahal, pengetahuan atas faktor tersebut penting sebagai bentuk deteksi pasien Covid-19 dengan risiko tinggi.
Dengan metode kohort retrospektif, studi ini dilakukan kepada 243 pasien Covid-19 di RSUD Koja, Tanjung Priok, Jakarta, periode 20 Maret–31 Juli 2020.
Data kelompok penyintas dan yang meninggal akibat Covid-19 diambil dari rekam medis pasien guna mengeksplorasi faktor prognostik. Data tersebut meliputi demografi, pemeriksaan klinis, laboratorium, dan radiologi pasien.
Hasilnya, pasien berpenyakit bawaan, berkebutuhan oksigen dengan segera, berstatus RDW (red cell distribution width) abnormal, serta yang menjalani terapi klorokuin (obat antimalaria) memiliki risiko mengalami kematian akibat Covid-19 lebih tinggi.
Pasien Covid-19 yang meninggal lebih mungkin memiliki penyakit bawaan, seperti hipertensi, diabetes melitus, dan obesitas. Demikian juga pasien yang mengalami pengentalan darah. Situasi trombosis ini dapat meningkatkan risiko cedera jantung pada pasien Covid-19.
Selain itu, pasien dengan kebutuhan oksigen yang segera juga menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Kadar oksigen dalam darah yang sangat rendah menyebabkan terjadinya peradangan yang berlebihan dan kerusakan paru progresif.
Faktor prognostik lain pada penderita Covid-19 adalah variasi ukuran sel darah merah (RDW) yang lebih tinggi, kadar limfosit yang rendah, serta pengobatan dengan klorokuin.
Pemberian obat antimalaria ini dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping bagi pasien Covid-19, terutama pada sistem jantung dan pembuluh.
Studi tentang faktor prognostik kematian akibat Covid-19 ini diketuai oleh dr. Arvin Pramudita dan dibimbing oleh Prof. Dr. dr. Bambang Budi S, Sp.JP(K), FISHR, FAsCC, FAPSC dari Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI-Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, ini melibatkan sejumlah peneliti dari tim pelayanan Covid-19 RSUD Koja, Tanjung Priok, Jakarta.
Ada enam peneliti yang terlibat dalam penelitian tersebut, yaitu dr. Siti Rosidah, dr. Novi Yudia, dr. Jeffri Simatupang, dr. Wulan Pingkan Sigit, dr. Rita Novariani, Sp.P., dan dr. Priscilia Myriarda, Sp.JP.
Dengan metode kohort retrospektif, studi ini dilakukan kepada 243 pasien Covid-19 di RSUD Koja, Tanjung Priok, Jakarta, periode 20 Maret–31 Juli 2020.
Data kelompok penyintas dan yang meninggal akibat Covid-19 diambil dari rekam medis pasien guna mengeksplorasi faktor prognostik. Data tersebut meliputi demografi, pemeriksaan klinis, laboratorium, dan radiologi pasien.
Hasilnya, pasien berpenyakit bawaan, berkebutuhan oksigen dengan segera, berstatus RDW (red cell distribution width) abnormal, serta yang menjalani terapi klorokuin (obat antimalaria) memiliki risiko mengalami kematian akibat Covid-19 lebih tinggi.
Pasien Covid-19 yang meninggal lebih mungkin memiliki penyakit bawaan, seperti hipertensi, diabetes melitus, dan obesitas. Demikian juga pasien yang mengalami pengentalan darah. Situasi trombosis ini dapat meningkatkan risiko cedera jantung pada pasien Covid-19.
Selain itu, pasien dengan kebutuhan oksigen yang segera juga menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Kadar oksigen dalam darah yang sangat rendah menyebabkan terjadinya peradangan yang berlebihan dan kerusakan paru progresif.
Faktor prognostik lain pada penderita Covid-19 adalah variasi ukuran sel darah merah (RDW) yang lebih tinggi, kadar limfosit yang rendah, serta pengobatan dengan klorokuin.
Pemberian obat antimalaria ini dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping bagi pasien Covid-19, terutama pada sistem jantung dan pembuluh.
Studi tentang faktor prognostik kematian akibat Covid-19 ini diketuai oleh dr. Arvin Pramudita dan dibimbing oleh Prof. Dr. dr. Bambang Budi S, Sp.JP(K), FISHR, FAsCC, FAPSC dari Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI-Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, ini melibatkan sejumlah peneliti dari tim pelayanan Covid-19 RSUD Koja, Tanjung Priok, Jakarta.
Ada enam peneliti yang terlibat dalam penelitian tersebut, yaitu dr. Siti Rosidah, dr. Novi Yudia, dr. Jeffri Simatupang, dr. Wulan Pingkan Sigit, dr. Rita Novariani, Sp.P., dan dr. Priscilia Myriarda, Sp.JP.
Lihat Juga :
tulis komentar anda