Untar Gelar Konferensi Internasional, Hasilkan 450 Publikasi Penelitian
Sabtu, 26 Maret 2022 - 12:55 WIB
“Perencanaan alam berkelanjutan, semakin tinggi urgensinya dalam menghadapi masalah iklim dan teknologi informasi dalam komunikasi pun juga terus berkembang dengan kemajuan jaman, seperti munculnya konsep metaverse yang dapat melahirkan berbagai aplikasi baru di masa mendatang,” ujarnya.
Baca juga: Kemendikbudristek Buka Beasiswa untuk Guru PAUD dan SD ke Monash University, Australia
Dia menjelaskan, teknologi informasi menjadi faktor kunci yang harus difokuskan secara kreatif dan kolektif untuk mengembangkan pengetahuan dalam menghadapi situasi yang tidak mudah ini. Berkaca pada pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa pandemi maka dunia pendidikan tinggi pun harus berkreasi dan berinovasi.
Pembicara kunci Sebastian Boell, Ph.D. pakar sistem informasi dari The University of Sydney, Australia menyampaikan topik mengenai Information and Communication Technology (ICT).
Perspektif pertama dapat dilihat dari sudut fisik, di mana informasi dianggap sebagai angka 1 dan 0 yang tersimpan dalam sebuah hard drive dan dapat diukur secara kuantitatif dalam 0/1, byte, dan lainnya.
Informasi seperti ini adalah hal baik jika ingin membuat sebuah program, namun jika berbicara dengan manusia dan pengetahuan dalam sisi akademis, perlu melihat informasi dari perspektif lain seperti fakta tentang pengetahuan dimana informasi dianggap sesuatu yang diketahui dunia.
Semakin banyak informasi yang diketahui, semakin banyak juga informasi yang dimiliki. Perspektif lain adalah pandangan yang lebih humanis atau lebih sosial. Perspektif ini menyampaikan bahwa informasi adalah sesuatu yang dimengerti, jika seseorang memberikan angka atau teks tetapi tidak dimengerti maka hal tersebut bukanlah sebuah informasi.
Perspektif ini tidak lagi melihat bahwa informasi adalah segala sesuatu yang tersedia di sekitar, namun merupakan sesuatu yang terjadi di otak kita, maka semakin banyak kita mengerti semakin banyak juga informasi yang kita punya. Sedangkan para akademisi mengatakan bahwa informasi lebih mengarah kepada persetujuan bersama terhadap suatu hal yang penting sehingga dapat dimengerti bersama,” lanjut Sebastian.
Baca juga: Kemendikbudristek Buka Beasiswa untuk Guru PAUD dan SD ke Monash University, Australia
Dia menjelaskan, teknologi informasi menjadi faktor kunci yang harus difokuskan secara kreatif dan kolektif untuk mengembangkan pengetahuan dalam menghadapi situasi yang tidak mudah ini. Berkaca pada pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa pandemi maka dunia pendidikan tinggi pun harus berkreasi dan berinovasi.
Pembicara kunci Sebastian Boell, Ph.D. pakar sistem informasi dari The University of Sydney, Australia menyampaikan topik mengenai Information and Communication Technology (ICT).
Perspektif pertama dapat dilihat dari sudut fisik, di mana informasi dianggap sebagai angka 1 dan 0 yang tersimpan dalam sebuah hard drive dan dapat diukur secara kuantitatif dalam 0/1, byte, dan lainnya.
Informasi seperti ini adalah hal baik jika ingin membuat sebuah program, namun jika berbicara dengan manusia dan pengetahuan dalam sisi akademis, perlu melihat informasi dari perspektif lain seperti fakta tentang pengetahuan dimana informasi dianggap sesuatu yang diketahui dunia.
Semakin banyak informasi yang diketahui, semakin banyak juga informasi yang dimiliki. Perspektif lain adalah pandangan yang lebih humanis atau lebih sosial. Perspektif ini menyampaikan bahwa informasi adalah sesuatu yang dimengerti, jika seseorang memberikan angka atau teks tetapi tidak dimengerti maka hal tersebut bukanlah sebuah informasi.
Perspektif ini tidak lagi melihat bahwa informasi adalah segala sesuatu yang tersedia di sekitar, namun merupakan sesuatu yang terjadi di otak kita, maka semakin banyak kita mengerti semakin banyak juga informasi yang kita punya. Sedangkan para akademisi mengatakan bahwa informasi lebih mengarah kepada persetujuan bersama terhadap suatu hal yang penting sehingga dapat dimengerti bersama,” lanjut Sebastian.
(nz)
Lihat Juga :
tulis komentar anda