Era Teknologi, Mentan: Lembaga Pendidikan Vokasi Harus Dorong Milenial Lakukan Inovasi
Minggu, 12 Juni 2022 - 23:02 WIB
JAKARTA - Lembaga pendidikan vokasi di perguruan tinggi diharapkan mampu mendorong generasi muda milenial agar terus melakukan inovasi-inovasi, khususnya di sektor pertanian. Langkah ini penting untuk menjadikan generasi milenial menjadi agropreneur pertanian yang inovatif dan handal.
"Sudah saatnya generasi muda milenial menjadi agropreneur pertanian yang inovatif, andal dan profesional. Peran lembaga pendidikan vokasi sangat penting untuk mendorong generasi muda agar lebih inovatif," kata Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam keterangan pers, Minggu (12/6/2022).
SYL mengatakan, perubahan dan kemajuan teknologi menjadi hal mutlak yang tak dapat dihindari. Dia menekankan, era teknologi digital tidak hanya mempermudah kerja manusia tapi pula dengan fasilitas teknologi mampu membuat manusia meraih kesuksesan.
Berulang kali Mentan menghimbau generasi milenial untuk dapat adaptif pada kemajuan teknologi. Terutama generasi muda yang masih menempuh pendidikan vokasi agar lebih memaksimalkan kesempatannya untuk menciptakan inovasi-inovasi baru.
“Eramu mempersiapkan kehidupan itu dengan menyadari peranan yang ada menjadi penting, karena kita berada pada era baru di mana semua terfasilitasi dengan sains riset dan teknologi, inilah era yang terkecukupan. Semua orang bisa maju, bisa setara, kecuali orang yang tidak mau,” jelasnya.
Untuk membangkitkan semangat generasi milenial untuk memulai berbisnis di bidang pertanian, Kementan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) terus berupaya melalui berbagai program, sebut saja PWMP dan program YESS.
Pada saat pengukuhan Young Ambassador Program YESS Tahun 2022 di Bogor (11/6), Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengungkapkan saat ini lebih dari 70 persen petani di Indonesia berusia 45 tahun atau lebih.
"Saat ini mereka masih produktif. Tapi sepuluh tahun mendatang kondisi itu bisa menjadi masalah jika tidak ada regenerasi petani. Sehingga keberadaan petani milenial mutlak diperlukan mulai sekarang. Pada saat yang sama juga harus dilakukan transformasi pertanian. Dari yang semula hanya kebiasaan tanam, petik, lalu jual, kini harus dialihkan ke agrobisnis yang bisa menghasilkan lebih banyak duit," papar Dedi.
"Sudah saatnya generasi muda milenial menjadi agropreneur pertanian yang inovatif, andal dan profesional. Peran lembaga pendidikan vokasi sangat penting untuk mendorong generasi muda agar lebih inovatif," kata Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam keterangan pers, Minggu (12/6/2022).
SYL mengatakan, perubahan dan kemajuan teknologi menjadi hal mutlak yang tak dapat dihindari. Dia menekankan, era teknologi digital tidak hanya mempermudah kerja manusia tapi pula dengan fasilitas teknologi mampu membuat manusia meraih kesuksesan.
Berulang kali Mentan menghimbau generasi milenial untuk dapat adaptif pada kemajuan teknologi. Terutama generasi muda yang masih menempuh pendidikan vokasi agar lebih memaksimalkan kesempatannya untuk menciptakan inovasi-inovasi baru.
“Eramu mempersiapkan kehidupan itu dengan menyadari peranan yang ada menjadi penting, karena kita berada pada era baru di mana semua terfasilitasi dengan sains riset dan teknologi, inilah era yang terkecukupan. Semua orang bisa maju, bisa setara, kecuali orang yang tidak mau,” jelasnya.
Untuk membangkitkan semangat generasi milenial untuk memulai berbisnis di bidang pertanian, Kementan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) terus berupaya melalui berbagai program, sebut saja PWMP dan program YESS.
Pada saat pengukuhan Young Ambassador Program YESS Tahun 2022 di Bogor (11/6), Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengungkapkan saat ini lebih dari 70 persen petani di Indonesia berusia 45 tahun atau lebih.
"Saat ini mereka masih produktif. Tapi sepuluh tahun mendatang kondisi itu bisa menjadi masalah jika tidak ada regenerasi petani. Sehingga keberadaan petani milenial mutlak diperlukan mulai sekarang. Pada saat yang sama juga harus dilakukan transformasi pertanian. Dari yang semula hanya kebiasaan tanam, petik, lalu jual, kini harus dialihkan ke agrobisnis yang bisa menghasilkan lebih banyak duit," papar Dedi.
tulis komentar anda