Tertarik Menekuni Profesi di Bidang Keamanan dan Ketahanan Siber, Ini Tahapannya
Selasa, 16 Agustus 2022 - 15:46 WIB
JAKARTA - Kejahatan di dunia maya dan serangan siber di era digitalisasi sekarang ini cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan kebutuhan akan para ahli di bidang cyber security atau keamanan siber meningkat.
Ketua sekaligus Pendiri Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi Sutedja K menyebut, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk menekuni profesi di bidang keamanan dan ketahanan siber atau cyber security & cyber resilience. Antara lain pendidikan, pengalaman, sertifikasi profesi dan terakhir security clearance.
”Tiga yang pertama adalah hal yang sangat kritis bagi kesuksesan perjalanan dan perjuangan karier di bidang keamanan dan ketahanan siber. Memiliki security clearance bukanlah sesuatu yang menjadi keharusan, namun diperlukan sebagai kelengkapan di profesi keamanan dan ketahanan siber,” katanya, Selasa (16/8/2022).
Ardi menyebut, untuk mencapai jenjang pemula diperlukan rentang waktu sekitar 2-4 tahun. Saat ini, banyak universitas-universitas dan sekolah-sekolah vokasi yang menyediakan mata pelajaran di bidang keamanan dan ketahanan siber. “Bila ada keinginan untuk menekuni bidang keamanan dan katahanan siber secara serius, kita harus selalu mengikuti kelas, perkuliahan atau pelatihan secara kontinu dan berjenjang,” katanya.
Ketua Dewah Kehormatan Perkumpulan Hukum di Asosiasi Forensik Digital Indonesia (AFDI) ini menyebut, banyak orang beranggapan bahwa mempelajari bidang keamanan dan ketahanan siber cukup di perguruan tinggi, sekolah tinggi kedinasan maupun kursus.
”Kita jangan terjebak dan beranggapan bahwa untuk berkarier di profesi keamanan dan ketahanan siber sudah cukup dengan hanya berkuliah selama kurun waktu 4 tahun. Dibutuhkan lebih dari itu, dan kita harus banyak melakukan berbagai hal untuk mengasah pengetahuan dan ilmu praktis,” ucapnya.
Selain itu, kebiasaan membaca dalam rangka memperdalam ilmu pengetahuan tentang keamanan dan ketahanan siber juga sangat penting bagi orang yang ingin menekuni profesi ini. Termasuk bekerja di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Menurut Ardi, saat ini banyak penyedia kerja yang membuka kesempatan bagi tenaga profesional untuk bekerja paruh waktu (part time) atau penuh (full time). Bahkan, ada juga yang menawarkan dengan waktu kerja yang fleksibel.
“Kita perlu manfaatkan kesempatan ini untuk menambah ilmu dan pengalaman praktis. Sekali lagi, sangat penting memiliki pengalaman tambahan di luar mata pelajaran dan pengalaman kuliah,” kata anggota Dewan Kehormatan & Etika perkumpulan hukum terdaftar Asosiasi FinTech Indonesia (AFTECH).
Hal lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah mengejar sertifikasi profesi di bidang keamanan dan ketahanan siber. Sertifikasi itu menjadi bukti keahlian atau kredential yang berharga untuk melengkapi perjalanan karier selain ijazah yang diperoleh dari bangku kuliah. Termasuk memperluas jejaring (networking event) dengan mengikuti kegiatan yang diselenggarakan asosiasi, perkumpulan profesi, prinsipal teknologi atau vendor.
”Mereka-mereka inilah yang nantinya juga akan membantu bagaimana kita bisa mendapat kredensial keamanan (security clearance). Harus diingat bahwa di industri keamanan dan ketahanan siber, nasib perjalanan karier kita ditentukan oleh bukan apa yang kita ketahui dan paham, tapi dari siapa yang kita kenal di industri yang sudah mapan ini,” ucapnya.
Ketua sekaligus Pendiri Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi Sutedja K menyebut, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk menekuni profesi di bidang keamanan dan ketahanan siber atau cyber security & cyber resilience. Antara lain pendidikan, pengalaman, sertifikasi profesi dan terakhir security clearance.
”Tiga yang pertama adalah hal yang sangat kritis bagi kesuksesan perjalanan dan perjuangan karier di bidang keamanan dan ketahanan siber. Memiliki security clearance bukanlah sesuatu yang menjadi keharusan, namun diperlukan sebagai kelengkapan di profesi keamanan dan ketahanan siber,” katanya, Selasa (16/8/2022).
Baca Juga
Ardi menyebut, untuk mencapai jenjang pemula diperlukan rentang waktu sekitar 2-4 tahun. Saat ini, banyak universitas-universitas dan sekolah-sekolah vokasi yang menyediakan mata pelajaran di bidang keamanan dan ketahanan siber. “Bila ada keinginan untuk menekuni bidang keamanan dan katahanan siber secara serius, kita harus selalu mengikuti kelas, perkuliahan atau pelatihan secara kontinu dan berjenjang,” katanya.
Ketua Dewah Kehormatan Perkumpulan Hukum di Asosiasi Forensik Digital Indonesia (AFDI) ini menyebut, banyak orang beranggapan bahwa mempelajari bidang keamanan dan ketahanan siber cukup di perguruan tinggi, sekolah tinggi kedinasan maupun kursus.
”Kita jangan terjebak dan beranggapan bahwa untuk berkarier di profesi keamanan dan ketahanan siber sudah cukup dengan hanya berkuliah selama kurun waktu 4 tahun. Dibutuhkan lebih dari itu, dan kita harus banyak melakukan berbagai hal untuk mengasah pengetahuan dan ilmu praktis,” ucapnya.
Selain itu, kebiasaan membaca dalam rangka memperdalam ilmu pengetahuan tentang keamanan dan ketahanan siber juga sangat penting bagi orang yang ingin menekuni profesi ini. Termasuk bekerja di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Menurut Ardi, saat ini banyak penyedia kerja yang membuka kesempatan bagi tenaga profesional untuk bekerja paruh waktu (part time) atau penuh (full time). Bahkan, ada juga yang menawarkan dengan waktu kerja yang fleksibel.
“Kita perlu manfaatkan kesempatan ini untuk menambah ilmu dan pengalaman praktis. Sekali lagi, sangat penting memiliki pengalaman tambahan di luar mata pelajaran dan pengalaman kuliah,” kata anggota Dewan Kehormatan & Etika perkumpulan hukum terdaftar Asosiasi FinTech Indonesia (AFTECH).
Hal lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah mengejar sertifikasi profesi di bidang keamanan dan ketahanan siber. Sertifikasi itu menjadi bukti keahlian atau kredential yang berharga untuk melengkapi perjalanan karier selain ijazah yang diperoleh dari bangku kuliah. Termasuk memperluas jejaring (networking event) dengan mengikuti kegiatan yang diselenggarakan asosiasi, perkumpulan profesi, prinsipal teknologi atau vendor.
”Mereka-mereka inilah yang nantinya juga akan membantu bagaimana kita bisa mendapat kredensial keamanan (security clearance). Harus diingat bahwa di industri keamanan dan ketahanan siber, nasib perjalanan karier kita ditentukan oleh bukan apa yang kita ketahui dan paham, tapi dari siapa yang kita kenal di industri yang sudah mapan ini,” ucapnya.
(cip)
tulis komentar anda