Diplomasi Budaya, UPI Kenalkan Angklung kepada Siswa Disabilitas Jepang
Selasa, 16 Agustus 2022 - 18:56 WIB
JAKARTA - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo terus melakukan upaya diplomasi budaya melalui pengenalan musik dan tarian tradisional kepada warga Jepang. Terutama dalam mempertahankan dan mempererat hubungan Indonesia – Jepang yang akan mencapai 65 tahun pada 2023.
Di sektor pendidikan dan kebudayaan, upaya mempertemukan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dengan dua perguruan tinggi Jepang, Chubu Gakuin University dan Chubu Gakuin College, telah menghasilkan penandatangan Nota Kesepahaman/ Memorandum of Understanding (MoU) di Ruang Serba Guna Lantai 9, KBRI Tokyo, Jumat (12/8/2022).
Baca juga: 5 Universitas Terbaik Indonesia yang Masuk Top 25 Perguruan Tinggi Terbaik di Asia Tenggara versi Webometrics
Duta Besar RI di Tokyo, Heri Akhmadi yang ikut menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman, menyambut baik kesepakatan ini karena salah satu cakupan dan bidang kerja sama yang menarik berupa promosi metode pengajaran permainan angklung bagi siswa disabilitas di Jepang yang dikembangkan oleh pelatih angklung KABUMI UPI Ardian Sumarwan.
“Angklung merupakan warisan budaya milik Indonesia yang sudah diakui UNESCO sejak 2010 lalu. Tugas bersama kita semua mempertahankan eksistensi angklung dengan terus mempromosikannya di berbagai belahan dunia,” ucap Dubes Heri, melalui siaran pers, Selasa (16/8/2022).
Dubes Heri melanjutkan, dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, Jepang sangat memperhatikan kebutuhan seluruh warganya, termasuk anak-anak berkebutuhan khusus. “Pengembangan dan pengenalan metode bermain angklung pada siswa disabilitas di sekolah Jepang oleh warga Indonesia merupakan kontribusi positif dalam penguatan hubungan Indonesia – Jepang,” terangnya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebudayaan UPI Ayo Sunaryo, menilai kesepakatan ini menghasilkan komitmen bersama tentang implementasi kunjungan pembelajaran dan program gabungan, khususnya pengembangan pendidikan tentang seni tradisional Indonesia yang akan dijadikan materi pembelajaran seni di universitas dan sekolah luar biasa, khususnya seni angklung untuk dosen, guru seni, calon guru seni, dan siswa disabilitas.
“Seni angklung dipilih karena sangat cocok untuk pembelajaran seni khususnya pada siswa disabilitas. Angklung tidak bisa digantikan dengan alat musik yang ada di Jepang,” ucap Ayo.
Baca juga: Guru Besar UGM dan 28 Ilmuwan Internasional Jadi Mentor Peneliti Muda Indonesia
Di sektor pendidikan dan kebudayaan, upaya mempertemukan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dengan dua perguruan tinggi Jepang, Chubu Gakuin University dan Chubu Gakuin College, telah menghasilkan penandatangan Nota Kesepahaman/ Memorandum of Understanding (MoU) di Ruang Serba Guna Lantai 9, KBRI Tokyo, Jumat (12/8/2022).
Baca juga: 5 Universitas Terbaik Indonesia yang Masuk Top 25 Perguruan Tinggi Terbaik di Asia Tenggara versi Webometrics
Duta Besar RI di Tokyo, Heri Akhmadi yang ikut menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman, menyambut baik kesepakatan ini karena salah satu cakupan dan bidang kerja sama yang menarik berupa promosi metode pengajaran permainan angklung bagi siswa disabilitas di Jepang yang dikembangkan oleh pelatih angklung KABUMI UPI Ardian Sumarwan.
“Angklung merupakan warisan budaya milik Indonesia yang sudah diakui UNESCO sejak 2010 lalu. Tugas bersama kita semua mempertahankan eksistensi angklung dengan terus mempromosikannya di berbagai belahan dunia,” ucap Dubes Heri, melalui siaran pers, Selasa (16/8/2022).
Dubes Heri melanjutkan, dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, Jepang sangat memperhatikan kebutuhan seluruh warganya, termasuk anak-anak berkebutuhan khusus. “Pengembangan dan pengenalan metode bermain angklung pada siswa disabilitas di sekolah Jepang oleh warga Indonesia merupakan kontribusi positif dalam penguatan hubungan Indonesia – Jepang,” terangnya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebudayaan UPI Ayo Sunaryo, menilai kesepakatan ini menghasilkan komitmen bersama tentang implementasi kunjungan pembelajaran dan program gabungan, khususnya pengembangan pendidikan tentang seni tradisional Indonesia yang akan dijadikan materi pembelajaran seni di universitas dan sekolah luar biasa, khususnya seni angklung untuk dosen, guru seni, calon guru seni, dan siswa disabilitas.
“Seni angklung dipilih karena sangat cocok untuk pembelajaran seni khususnya pada siswa disabilitas. Angklung tidak bisa digantikan dengan alat musik yang ada di Jepang,” ucap Ayo.
Baca juga: Guru Besar UGM dan 28 Ilmuwan Internasional Jadi Mentor Peneliti Muda Indonesia
tulis komentar anda