Profil Pratikno, Mantan Rektor UGM Kini Mensesneg, Awalnya Ingin Jadi Sekda
Jum'at, 19 Agustus 2022 - 14:53 WIB
JAKARTA - Menteri Sekretaris Negara ( Mensesneg ) Prof. Dr. Pratikno sebelumnya menjabat sebagai Rektor Universitas Gadjah Mada ( UGM ). Pratikno juga menimba ilmu di UGM karena memiliki cita-cita menjadi sekretaris daerah (Sekda).
Pratikno menjabat sebagai Rektor UGM untuk masa periode 2012-2017. Dalam proses putaran akhir pemilihan di Majelis Wali Amanat, Pratikno berhasil unggul dengan suara mayoritas. Dari 32 suara yang diperebutkan, Pratikno mendapatkan 26 suara.
Dikutip dari laman resmi UGM, Pratikno dilahirkan di sebuah kampung terpencil di Desa Donogede, Tambak, Bojonegoro, Jawa Timur, tahun 1962. Tepatnya 40 kilometer dari kota Bojonegoro, desa yang dikelilingi hutan jati dan pertanian tembakau ini baru dialiri listrik pada tahun 1994.
Baca juga: Nama EYD Kembali Dipakai pada Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Edisi Kelima
Karena tidak ada satu pun gedung sekolah, bersama dengan 13 temannya, Pratikno harus bersekolah dengan menumpang di rumah seorang kepala desa. Ketika duduk di bangku SD, sepatu menjadi barang mahal baginya sehingga ia ke sekolah pun tak memakai sepatu.
Dari 13 orang temannya, hanya dia satu-satunya yang melanjutkan ke jenjang SMP. Meski jarak dari SMP ke kampungnya sampai 20 kilometer, semangatnya untuk sekolah tidak pernah luluh setiap harinya.
Pratikno sejak SMP sudah terbiasa hidup mandiri sebab ia harus tinggal berpisah dengan keluarganya karena harus kos. Dia tiap pagi bangun menghidupkan api di anglo untuk masak nasi, tapi untuk sayur dan lauknya ia beli di warung, seperti sayur asem dan lodeh.
Setelah lulus SMP, Pratikno pindah ke SMA Kota Bojonegoro dan lulus pada 1980. Kemudian, ia melanjutkan kuliah di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM karena bercita-cita ingin menjadi Sekda. Namun, nasib berkata lain.
Baca juga: Jurusan Radiologi, Lulusannya Banyak Dicari di Dunia Medis
Pratikno menjabat sebagai Rektor UGM untuk masa periode 2012-2017. Dalam proses putaran akhir pemilihan di Majelis Wali Amanat, Pratikno berhasil unggul dengan suara mayoritas. Dari 32 suara yang diperebutkan, Pratikno mendapatkan 26 suara.
Dikutip dari laman resmi UGM, Pratikno dilahirkan di sebuah kampung terpencil di Desa Donogede, Tambak, Bojonegoro, Jawa Timur, tahun 1962. Tepatnya 40 kilometer dari kota Bojonegoro, desa yang dikelilingi hutan jati dan pertanian tembakau ini baru dialiri listrik pada tahun 1994.
Baca juga: Nama EYD Kembali Dipakai pada Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Edisi Kelima
Karena tidak ada satu pun gedung sekolah, bersama dengan 13 temannya, Pratikno harus bersekolah dengan menumpang di rumah seorang kepala desa. Ketika duduk di bangku SD, sepatu menjadi barang mahal baginya sehingga ia ke sekolah pun tak memakai sepatu.
Dari 13 orang temannya, hanya dia satu-satunya yang melanjutkan ke jenjang SMP. Meski jarak dari SMP ke kampungnya sampai 20 kilometer, semangatnya untuk sekolah tidak pernah luluh setiap harinya.
Pratikno sejak SMP sudah terbiasa hidup mandiri sebab ia harus tinggal berpisah dengan keluarganya karena harus kos. Dia tiap pagi bangun menghidupkan api di anglo untuk masak nasi, tapi untuk sayur dan lauknya ia beli di warung, seperti sayur asem dan lodeh.
Setelah lulus SMP, Pratikno pindah ke SMA Kota Bojonegoro dan lulus pada 1980. Kemudian, ia melanjutkan kuliah di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM karena bercita-cita ingin menjadi Sekda. Namun, nasib berkata lain.
Baca juga: Jurusan Radiologi, Lulusannya Banyak Dicari di Dunia Medis
tulis komentar anda