Kompetisi Sains Madrasah 2022 Ditutup, Banyak Temuan Ilmiah Menunggu Dikembangkan

Jum'at, 14 Oktober 2022 - 00:17 WIB
Sebanyak 156 tim yang mengajukan proposal itu kemudian dibekali workshop selama empat hari dengan menghadirkan para narasumber dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Universitas Islam Negeri (UIN).

Selanjutnya dilakukan pendampingan selama satu bulan ketika dalam proses penelitian. Para juri kemudian menetapkan 36 proposal terbaik, yang masuk ke ajang grand final dan hasilnya dipamerkan di expo.

Salah satu pemenang MYRES 2022 adalah Tim Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Kediri, yang menemukan alat pendeteksi komplikasi diabetes.

Tim yang beranggotakan Bayu Cahyo Bintoro dan Intan Asmi Sahari, keduanya kelas 11, mempresentasikan hasil risetnya dengan judul "Pendeteksi Kadar C- Reaktif Protein (CRP) Saliva pada Pasien DMT 2 dalam Penentuan Derajat Komplikatif berbasis Machine Learning".

Alat ini dinamai CRP Strip, yang memiliki kemampuan mengukur kadar protein reaktif C pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2, tanpa mengambil sampel darah. Temuan ini menggunakan teknik analisa saliva atau air liur.

Ternyata catatan komplikasi penderita Diabetes Melitus Tipe (DMT) 2 dapat diintip dengan cara memeriksa saliva dengan cermat. Caranya, sampel saliva dicapur dengan silk febrion, sebuah senyawa kimiawi yang dihasilkan oleh kepompong ulat sutera.

Setelah saliva diikat oleh silk febrion ini, bentuknya jadi beku dan memiliki konfigurasi unsur yang dapat dianalisa di laboratorium, lalu dibaca dengan digital learning. Hasil bacaan digital lerning ini dapat menjadi catatan medik yang digunakan sebagai acuan tindakan yang tepat bagi pasien DMT2.

Belum ada informasi tentang tingkat akurasinya, apakah seakurat metode yang dipakai dokter selama ini atau berbeda. Metode yang dikenal selama ini adalah dengan analisa darah. Darah yang diperoleh dari pasien diolah secara kimiawi menjadi serum. Serum ini kemudian diperiksa, hingga keluar informasi tentang kadar gula darah.

Temuan ini menjadi salah satu yang favorit di ajang MYREST 2022. Booth milik MAN 2 Kota Kediri ini sempat dikunjungi Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Sa'adi dan sempat berdiskusi dengan para penelitinya.

Menurut Intan Asmi Sahari, risetnya ini terpicu oleh tingginya prevalensi DMT2 di Indonesia. "Biasanya untuk mengetahui kadar gula darah penderita DMT 2, digunakan metode elisa, metode konvensional untuk mendapatkan C-Reactive Protein (CRP) pada pasien DMT 2 dengan mengambil sampel darah pasien," katanya.

Namun sayangnya sampling darah kadang membuat pasien trauma. Selain itu biayanya lumayan mahal. Maka dari itu dilakukan penelitian tentang analisa komplikasi DMT2 dengan cara yang lebih mudah dan murah. Penelitian ini dibimbing oleh dr. Safitri Indah Masithah, Sp.PD.

Pengujian komplikasi DMT2 versi madrasah ini, kata Intan, tidak akan banyak biaya. Bahannya hanya kertas filter, kertas foto, dan kertas karton. “Kami belum menghitung biayanya, yang jelas sangat murah,” katanya.

Intan menegaskan, alat ini mudah diaplikasikan secara mandiri, tanpa bantuan orang lain ataupun tanpa harus ke rumah sakit.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More