Infrastuktur Digital Masih Jadi Masalah Besar Dunia Pendidikan Tinggi
Minggu, 16 Oktober 2022 - 13:01 WIB
"Menggunakan Sistem Akademik berbasis Cloud tidak perlu pusing urusan server dan listrik. Selain itu solusi cloud dihitung secara angka, lebih murah. Karena jika menggunakan server sendiri, ada hidden cost-nya lebih tinggi dan waktu yang terbuang untuk merawat server," ucapnya.
Halim menambahkan bahwa penggunaan sistem cloud kini telah menjadi tren baru. Sistem akademik berbasis cloud yang dikembangkan Sevima bersama Amazon Web Service (Sevima Platform) misalnya, kini telah digunakan oleh ratusan perguruan tinggi yang ada di Indonesia.
Ribuan kampus yang tergabung dalam Komunitas Sevima juga bisa mengakses sistem akademik secara gratis (Gofeeder Community), mengakses kelas-kelas digital gratis di Aplikasi Sevima Edlink, hingga berjejaring secara online dan mengikuti pelatihan dalam bentuk Webinar yang servernya juga berbasis cloud.
Senada, Plt Direktur Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dr. Sri Gunani Partiwi, mendorong semua civitas akademika untuk melakukan akselerasi digital. Kemendikbudristek sendiri juga menyiapkan berbagai platform digital untuk memfasilitasi seluruh sistem pendidikan.
"Kebutuhan digital tidak bisa dihindari. Kemendikbudristek memfasilitasi sistem pembelajaran daring (SPADA), sistem informasi kelembagaan, sampai kerja sama dengan mitra untuk pelatihan digital lewat program Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Sudah banyak mahasiswa ikut pelatihan dan sertifikasi terkait Cloud," ungkap Sri Gunani.
Sementara itu, Direktur Operasi Pos Indonesia Hariadi juga mengatakan pihaknya telah melakukan transformasi digital untuk menjawab tantangan zaman. Bahkan kini semua layanan yang ada di Pos Indonesia sudah bisa diakses melalui aplikasi dan mendukung kebutuhan dunia pendidikan.
"Sejak 2021 kami sudah mencanangkan 7 program transformasi digital. Bahkan saat pandemi mencoba hybrid, semua layanan tersedia di aplikasi baik logistik maupun jasa keuangan, termasuk pembayaran uang kuliah (UKT/SPP) beberapa kampus sudah bisa dilakukan lewat aplikasi kantor pos yang berbasis cloud," pungkasnya.
Halim menambahkan bahwa penggunaan sistem cloud kini telah menjadi tren baru. Sistem akademik berbasis cloud yang dikembangkan Sevima bersama Amazon Web Service (Sevima Platform) misalnya, kini telah digunakan oleh ratusan perguruan tinggi yang ada di Indonesia.
Ribuan kampus yang tergabung dalam Komunitas Sevima juga bisa mengakses sistem akademik secara gratis (Gofeeder Community), mengakses kelas-kelas digital gratis di Aplikasi Sevima Edlink, hingga berjejaring secara online dan mengikuti pelatihan dalam bentuk Webinar yang servernya juga berbasis cloud.
Senada, Plt Direktur Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Dr. Sri Gunani Partiwi, mendorong semua civitas akademika untuk melakukan akselerasi digital. Kemendikbudristek sendiri juga menyiapkan berbagai platform digital untuk memfasilitasi seluruh sistem pendidikan.
"Kebutuhan digital tidak bisa dihindari. Kemendikbudristek memfasilitasi sistem pembelajaran daring (SPADA), sistem informasi kelembagaan, sampai kerja sama dengan mitra untuk pelatihan digital lewat program Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Sudah banyak mahasiswa ikut pelatihan dan sertifikasi terkait Cloud," ungkap Sri Gunani.
Sementara itu, Direktur Operasi Pos Indonesia Hariadi juga mengatakan pihaknya telah melakukan transformasi digital untuk menjawab tantangan zaman. Bahkan kini semua layanan yang ada di Pos Indonesia sudah bisa diakses melalui aplikasi dan mendukung kebutuhan dunia pendidikan.
"Sejak 2021 kami sudah mencanangkan 7 program transformasi digital. Bahkan saat pandemi mencoba hybrid, semua layanan tersedia di aplikasi baik logistik maupun jasa keuangan, termasuk pembayaran uang kuliah (UKT/SPP) beberapa kampus sudah bisa dilakukan lewat aplikasi kantor pos yang berbasis cloud," pungkasnya.
(mpw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda