Mila Rosanti Program Magang Vokasi Mengantar Kartini Cikawung Menembus Komatsu
Rabu, 02 November 2022 - 20:22 WIB
Namun, bagi Mila, kenyamanan bekerja kala magang di Komatsu inilah yang membuatnya tertarik. Menurutnya, tidak semua orang bisa bekerja di perusahaan besar PT Komatsu yang begitu memperhatikan pekerjanya, mulai fisik hingga kenyamanan. “Meskipun di foundry terkenal dengan kotor, panas, dan berdebu, namun lingkungannya sangat terjaga. Sebagai perempuan, saya juga sangat diperhatikan dan dihargai. Perempuan punya wewenang untuk melaporkan siapa saja ketika adanya ketidaksenangan yang diperbuat orang lain,” jelasnya.
Di Komatsu Indonesia, Mila bekerja di pattern shop, yaitu tempat perbaikan ketika ada kerusakan di pattern. Pattern adalah desain casting atau pola yang terbuat dari kayu yang menyerupai casting. Di beberapa pattern ada yang menggunkana core, yaitu benda untuk membuat rongga atau bolongan di casting. “Saya bekerja untuk memperbaiki itu semua ketika ada kerusakan atau penambahan dan pengurangan dimensi di pattern. Di sini bahan dasar perbaikan, ya menggunakan dempul dan hardener yang dicampur,” terang sang dara.
Bahkan, Mila pun merasa senang diberikan lembur 2 jam per hari. ‘Saya senang karena pekerjaannya yang tidak terlalu berat dan tidak ditarget. Pekerjaan ini mengharuskan banyak belajar dan teliti, bisa dibilang ini sudah sesuai passion saya,” ungkapnya.
Mila juga tak menampik awal dirinya bekerja terkadang melakukan kesalahan. “Dukungan dari rekan kerja sangat antusias sebagai pembelajaran untuk diri saya. Meskipun di sini umumnya laki laki, mereka tidak membeda-bedakan satu sama lain. Mereka bisa dijadikan sebagai orang tua, sahabat, rekan kerja, dan teman curhat sekalipun,” tuturnya.
Kini, Mila mulai menapaki kariernya di PT Komatsu Indonesia. Dirinya pun berharap dapat menjadi salah satu karyawan tetap di sana. “Dengan bekerja di Komatsu, saya bisa membantu orang tua di kampung. Cita-cita ke depan, saya ingin melunasi utang orang tua. Adapun mimpi terbesar, saya ingin orang tua bisa melaksanakan ibadah haji di Makkah. Saya hanya ingin lebih baik dan bisa bermanfaat untuk semua orang, terutama keluarga,” ungkapnya.
Menapaki kesehariannya mengabdikan diri di PT Komatsu Indonesia, serta mendapatkan lembur kerja dua jam setiap hari begitu dinikmati Mila muda. Keramaian kala di lingkungan di rumah maupun sekolah dulunya, kini berganti menjadi kesendirian. “Mungkin cukup menantang buat saya. Saya merasakan privasi diri terjaga, lebih tenang, dan bisa merenung. Merasa bosan bukanlah hal yang membuat saya harus mundur dari keadaan ini. Saya di sini untuk mereka (keluarga), untuk membantu ekonomi keluarga, untuk mengangkat derajat orang tua, dan membuat orang tua bangga,” ungkap sang dara.
Berpenghasilan Sejak Kelas 4 SD
Mila Rosanti hanyalah perempuan sederhana yang kini tengah menapaki karier di PT Komatsu Indonesia usai diberikan kesempatan magang kala mengenyam studi di SMK Industri Logam Situraja, Sumedang. Dara berusia 19 tahun asal Indramayu ini lahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara yang memiliki orang tua petani.
Sempat menjadi korban bullying saat di Sekolah Dasar (SD) karena memiliki kulit hitam, Mila justru tumbuh menjadi gadis lincah dan pemberani. Betapa tidak, kala duduk di bangku kelas 4 SD, Mila kecil selalu datang lebih awal ketimbang rekan lainnya untuk membersihkan ruang guru. “Saya diberi upah oleh penjaga sekolah hingga bisa punya tabungan. Orang tua saya tidak tahu,” tuturnya.
Di Komatsu Indonesia, Mila bekerja di pattern shop, yaitu tempat perbaikan ketika ada kerusakan di pattern. Pattern adalah desain casting atau pola yang terbuat dari kayu yang menyerupai casting. Di beberapa pattern ada yang menggunkana core, yaitu benda untuk membuat rongga atau bolongan di casting. “Saya bekerja untuk memperbaiki itu semua ketika ada kerusakan atau penambahan dan pengurangan dimensi di pattern. Di sini bahan dasar perbaikan, ya menggunakan dempul dan hardener yang dicampur,” terang sang dara.
Bahkan, Mila pun merasa senang diberikan lembur 2 jam per hari. ‘Saya senang karena pekerjaannya yang tidak terlalu berat dan tidak ditarget. Pekerjaan ini mengharuskan banyak belajar dan teliti, bisa dibilang ini sudah sesuai passion saya,” ungkapnya.
Mila juga tak menampik awal dirinya bekerja terkadang melakukan kesalahan. “Dukungan dari rekan kerja sangat antusias sebagai pembelajaran untuk diri saya. Meskipun di sini umumnya laki laki, mereka tidak membeda-bedakan satu sama lain. Mereka bisa dijadikan sebagai orang tua, sahabat, rekan kerja, dan teman curhat sekalipun,” tuturnya.
Kini, Mila mulai menapaki kariernya di PT Komatsu Indonesia. Dirinya pun berharap dapat menjadi salah satu karyawan tetap di sana. “Dengan bekerja di Komatsu, saya bisa membantu orang tua di kampung. Cita-cita ke depan, saya ingin melunasi utang orang tua. Adapun mimpi terbesar, saya ingin orang tua bisa melaksanakan ibadah haji di Makkah. Saya hanya ingin lebih baik dan bisa bermanfaat untuk semua orang, terutama keluarga,” ungkapnya.
Menapaki kesehariannya mengabdikan diri di PT Komatsu Indonesia, serta mendapatkan lembur kerja dua jam setiap hari begitu dinikmati Mila muda. Keramaian kala di lingkungan di rumah maupun sekolah dulunya, kini berganti menjadi kesendirian. “Mungkin cukup menantang buat saya. Saya merasakan privasi diri terjaga, lebih tenang, dan bisa merenung. Merasa bosan bukanlah hal yang membuat saya harus mundur dari keadaan ini. Saya di sini untuk mereka (keluarga), untuk membantu ekonomi keluarga, untuk mengangkat derajat orang tua, dan membuat orang tua bangga,” ungkap sang dara.
Berpenghasilan Sejak Kelas 4 SD
Mila Rosanti hanyalah perempuan sederhana yang kini tengah menapaki karier di PT Komatsu Indonesia usai diberikan kesempatan magang kala mengenyam studi di SMK Industri Logam Situraja, Sumedang. Dara berusia 19 tahun asal Indramayu ini lahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara yang memiliki orang tua petani.
Sempat menjadi korban bullying saat di Sekolah Dasar (SD) karena memiliki kulit hitam, Mila justru tumbuh menjadi gadis lincah dan pemberani. Betapa tidak, kala duduk di bangku kelas 4 SD, Mila kecil selalu datang lebih awal ketimbang rekan lainnya untuk membersihkan ruang guru. “Saya diberi upah oleh penjaga sekolah hingga bisa punya tabungan. Orang tua saya tidak tahu,” tuturnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda