Pendekatan Tiga H, Strategi Cegah Eks Teroris Kambuh
Jum'at, 25 November 2022 - 10:48 WIB
JAKARTA - Aksi terorisme masih menjadi ancaman di Indonesia. Oleh karenanya, melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ( BNPT ), pemerintah terus aktif melakukan berbagai upaya dan strategi untuk memerangi jenis kejahatan ini. Terlebih kejahatan terorisme berbeda dengan kejahatan biasa karena memiliki karakteristik yang cenderung langka, terselubung dan kolektif.
Salah satu aspek yang menjadi perhatian saat ini adalah munculnya residivis teroris . Ardi Putra Prasetya, analis pemasyarakatan dan pakar deradikalisasi BNPT mengatakan bahwa munculnya kasus residivis terorisme di Indonesia disebabkan tidak tercapainya tujuan dari program deradikalisasi. Hal itu diperkuat dengan adanya penyebaran paham radikal di penjara, hubungan dekat dengan anggota keluarga yang melakukan kontak dengan kelompok teroris, dan penerimaan konsep ideologi radikal yang kuat yang memungkinkan tindakan fisik kolektif bersama kelompok teroris.
Menyadari hal tersebut, maka maka salah satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah memahami pola kambuhan yang terjadi pada eks terorisme. Dalam disertasinya berjudul “Desistensi dari Terorisme (DESIFTER) : Konsepsi Komprehensif tentang Tipologi, Peramalan Intervensi Mantan Pelaku Teror”, Ardi menawarkan solusi pendekatan triple H yang terdiri dari heaven, hand, dan home.
Konteks heaven merupakan pendekatan berbasis ideologi agama. Sedangkan dalam konteks home, faktor keluarga diusung sebagai faktor penting dalam desistensi (berhenti) karena berkaitan dengan hubungan pro-sosial. Keluarga dapat berpengaruh dengan menunjukkan kepedulian serta empati kepada anggota keluarganya yang lain agar tidak lagi berinteraksi dengan kelompok radikal.
Dalam konteks habit, Ardi menjelaskan bahwa kebiasaan, pengaruh lingkungan, dan jaringan dapat mempengaruhi perubahan mantan pelaku teror ke arah desistensi dari terorisme atau residivis. "Apabila mantan pelaku teror sudah tidak terlibat dalam tindakan-tindakan seperti nesting, financing, maupun communication terhadap kelompok teroris, terdapat kemungkinan mereka menuju desistensi dari terorisme. Akan tetapi kondisi sebaliknya dapat terjadi ketika para mantan pelaku teror masih terlibat dalam berbagai macam tindakan-tindakan di atas," ujar Ardi dalam sidang pengukuhan dirinya sebagai doktor kriminologi Universitas Indonesia (UI), Kamis (24/11/2022).
Salah satu aspek yang menjadi perhatian saat ini adalah munculnya residivis teroris . Ardi Putra Prasetya, analis pemasyarakatan dan pakar deradikalisasi BNPT mengatakan bahwa munculnya kasus residivis terorisme di Indonesia disebabkan tidak tercapainya tujuan dari program deradikalisasi. Hal itu diperkuat dengan adanya penyebaran paham radikal di penjara, hubungan dekat dengan anggota keluarga yang melakukan kontak dengan kelompok teroris, dan penerimaan konsep ideologi radikal yang kuat yang memungkinkan tindakan fisik kolektif bersama kelompok teroris.
Menyadari hal tersebut, maka maka salah satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah memahami pola kambuhan yang terjadi pada eks terorisme. Dalam disertasinya berjudul “Desistensi dari Terorisme (DESIFTER) : Konsepsi Komprehensif tentang Tipologi, Peramalan Intervensi Mantan Pelaku Teror”, Ardi menawarkan solusi pendekatan triple H yang terdiri dari heaven, hand, dan home.
Baca Juga
Konteks heaven merupakan pendekatan berbasis ideologi agama. Sedangkan dalam konteks home, faktor keluarga diusung sebagai faktor penting dalam desistensi (berhenti) karena berkaitan dengan hubungan pro-sosial. Keluarga dapat berpengaruh dengan menunjukkan kepedulian serta empati kepada anggota keluarganya yang lain agar tidak lagi berinteraksi dengan kelompok radikal.
Dalam konteks habit, Ardi menjelaskan bahwa kebiasaan, pengaruh lingkungan, dan jaringan dapat mempengaruhi perubahan mantan pelaku teror ke arah desistensi dari terorisme atau residivis. "Apabila mantan pelaku teror sudah tidak terlibat dalam tindakan-tindakan seperti nesting, financing, maupun communication terhadap kelompok teroris, terdapat kemungkinan mereka menuju desistensi dari terorisme. Akan tetapi kondisi sebaliknya dapat terjadi ketika para mantan pelaku teror masih terlibat dalam berbagai macam tindakan-tindakan di atas," ujar Ardi dalam sidang pengukuhan dirinya sebagai doktor kriminologi Universitas Indonesia (UI), Kamis (24/11/2022).
(zik)
tulis komentar anda