Melirik Vokasi, Jalur Pendidikan Tinggi yang Makin Digandrungi
Minggu, 27 November 2022 - 10:00 WIB
Setiap mahasiswa pun nanti dibekali dengan sertifikat kompetensi. “Penekanannya di sini bukan hanya teknik, tapi kurikulum politeknik disusun oleh advisory board. Ini terdiri dari komponen akademisi dan industri. Jadi, kenapa politeknik bisa memenuhi kebutuhan industri? Karena sesuai demand-nya. Kami memperkecil gap antara kalau misalnya akademisi membuat kurikulum sendiri, ketika lulus belum tentu sesuai kebutuhan industri,” paparnya.
Foto/dok.SINDOnews
Dalam advisory board juga ada alumni yang memberikan masukan tentang pengalaman dan kebutuhan keterampilan di dunia industri dan usaha. Contohnya, jurusan teknik grafika dan penerbitan itu berdiri di dua kaki, yakni rekayasa dan humaniora. Maka, PNJ juga menerima masukan dan berkomunikasi dengan sejumlah industri, seperti packaging. Ini membuat proses akademik akan menciptakan lulusan dengan spesifikasi yang tinggal diserap oleh industri.
Lulusan Institut Teknologi Sepuluh Nopember itu menjelaskan pihaknya juga mengikuti program-program prioritas pemerintah. Dari sisi penelitian, PNJ mengikuti prioritas riset nasional yang mengarah ke blue dan green economy, dan sustainable energy. Kampus yang bermukim di Depok ini memiliki riset unggulan di bidang electric vehicle beserta charging station.
“PNJ mendapat hibah dari Swiss. Kita memiliki program renewable energy sustainability development. Di situ akan mencetak SDM-SDM yang siap untuk mengimplementasikan renewable energi diantaranya kendaraan listrik. PNJ sudah memiliki charging station. Nantinya arahnya kan ke sana. Nanti butuh charging station untuk pengisian listrik. PNJ baru satu-satunya yang memiliki charging station,” tuturnya.
PNJ pun bekerja sama dengan sejumlah perusahaan besar dalam kerangka link and match, seperti PT Badak dan Trakindo. PNJ juga bekerja sama perguruan tinggi di luar negeri, Management And Science University Malaysia, untuk program double degree dan magister. Hal serupa juga dilakukan oleh Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI). Vokasi UI bekerja sama dengan Queensland University, Australia dan Tokyo Metropolitan University, Jepang.
Salah satu masalah lulusan D-III di Indonesia adalah sering mengalami kesulitan untuk melanjutkan S-1 karena tidak ada jurusan yang sejalur. Direktur Vokasi UI Padang Wicaksono mengatakan lulusan D-III vokasi UI bisa melanjutkan di dua universitas itu untuk mendapatkan gelar D-IV atau yang setara S-1. Vokasi UI telah mendobrak akses itu, diantaranya, dengan bekerja sama dengan fakultas-fakultas pengampu program vokasi ini dahulunya untuk extension. Waktunya kuliahnya pun lebih pendek, yakni 3 semester.
Vokasi UI pun membuka D-IV untuk lulusan D-III dari luar. Syaratnya, sudah bekerja. Bahkan, ada program advance dimana lulusan D-III bisa mengikuti program magister asalkan punya pengalaman bekerja minimal selama dua tahun. “Artinya, seseorang harus diberikan kesempatan dan edukasinya itu seumur hidup. Bagi D-III yang langsung kerja, silakan. Kemudian, dia ingin menambah skill dan knowledge, juga kita fasilitasi ke D-IV atau advance magister,” ujarnya kepada Koran SINDO.
Lulusan The University of Tokyo itu mengungkapkan perusahaan nasional dan multinasional selama ini lebih terbuka dalam menerima lulusan D-III dan D-IV. Berdasarkan cerita para alumni, menurutnya, mereka diperlakukan sama saat proses lamaran atau seleksi, kemudian ikuti masa uji coba pekerjaan sekitar 6 bulan. Setelah itu, perusahaan nasional dan multinasional besar tak lagi peduli dengan gelar. Perusahaan akan melihat keterampilan dan kemampuan mereka dalam bekerja.
Foto/dok.SINDOnews
Dalam advisory board juga ada alumni yang memberikan masukan tentang pengalaman dan kebutuhan keterampilan di dunia industri dan usaha. Contohnya, jurusan teknik grafika dan penerbitan itu berdiri di dua kaki, yakni rekayasa dan humaniora. Maka, PNJ juga menerima masukan dan berkomunikasi dengan sejumlah industri, seperti packaging. Ini membuat proses akademik akan menciptakan lulusan dengan spesifikasi yang tinggal diserap oleh industri.
Lulusan Institut Teknologi Sepuluh Nopember itu menjelaskan pihaknya juga mengikuti program-program prioritas pemerintah. Dari sisi penelitian, PNJ mengikuti prioritas riset nasional yang mengarah ke blue dan green economy, dan sustainable energy. Kampus yang bermukim di Depok ini memiliki riset unggulan di bidang electric vehicle beserta charging station.
“PNJ mendapat hibah dari Swiss. Kita memiliki program renewable energy sustainability development. Di situ akan mencetak SDM-SDM yang siap untuk mengimplementasikan renewable energi diantaranya kendaraan listrik. PNJ sudah memiliki charging station. Nantinya arahnya kan ke sana. Nanti butuh charging station untuk pengisian listrik. PNJ baru satu-satunya yang memiliki charging station,” tuturnya.
PNJ pun bekerja sama dengan sejumlah perusahaan besar dalam kerangka link and match, seperti PT Badak dan Trakindo. PNJ juga bekerja sama perguruan tinggi di luar negeri, Management And Science University Malaysia, untuk program double degree dan magister. Hal serupa juga dilakukan oleh Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI). Vokasi UI bekerja sama dengan Queensland University, Australia dan Tokyo Metropolitan University, Jepang.
Salah satu masalah lulusan D-III di Indonesia adalah sering mengalami kesulitan untuk melanjutkan S-1 karena tidak ada jurusan yang sejalur. Direktur Vokasi UI Padang Wicaksono mengatakan lulusan D-III vokasi UI bisa melanjutkan di dua universitas itu untuk mendapatkan gelar D-IV atau yang setara S-1. Vokasi UI telah mendobrak akses itu, diantaranya, dengan bekerja sama dengan fakultas-fakultas pengampu program vokasi ini dahulunya untuk extension. Waktunya kuliahnya pun lebih pendek, yakni 3 semester.
Vokasi UI pun membuka D-IV untuk lulusan D-III dari luar. Syaratnya, sudah bekerja. Bahkan, ada program advance dimana lulusan D-III bisa mengikuti program magister asalkan punya pengalaman bekerja minimal selama dua tahun. “Artinya, seseorang harus diberikan kesempatan dan edukasinya itu seumur hidup. Bagi D-III yang langsung kerja, silakan. Kemudian, dia ingin menambah skill dan knowledge, juga kita fasilitasi ke D-IV atau advance magister,” ujarnya kepada Koran SINDO.
Lulusan The University of Tokyo itu mengungkapkan perusahaan nasional dan multinasional selama ini lebih terbuka dalam menerima lulusan D-III dan D-IV. Berdasarkan cerita para alumni, menurutnya, mereka diperlakukan sama saat proses lamaran atau seleksi, kemudian ikuti masa uji coba pekerjaan sekitar 6 bulan. Setelah itu, perusahaan nasional dan multinasional besar tak lagi peduli dengan gelar. Perusahaan akan melihat keterampilan dan kemampuan mereka dalam bekerja.
tulis komentar anda