Pertemukan Peneliti hingga Seniman , IKJ Gelar Seminar Internasional IC-DAD
Selasa, 06 Desember 2022 - 15:35 WIB
JAKARTA - Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Kesenian Jakarta (FSRD IKJ) menggelar Seminar Internasional Transcultural Dialogue on Art and Design (IC-DAD). Seminar ini mempertemukan seniman dan juga peneliti dari berbagai disiplin ilmu.
Dekan FSRD IKJ Anindyo Widito mengatakan, seminar internasional yang pertama kali diselenggarakan FSRD IKJ ini fokus pada wacana dan praktik transkultural dari estetika, sejarah, teknologi, hingga politik identitas.
Dia mengatakan, kegiatan ilmiah ini mempertemukan seniman, desainer, kurator, peneliti dari berbagai disiplin ilmu untuk merefleksikan praktik seni rupa dan desain dalam kontak lokal dan global. "Diharapkan seminar tingkat internasional ini dapat terus berkesinambungan," katanya, melalui siaran pers, Selasa (6/12/2022).
Baca juga: Nabila Jandini, Siswi SMP Juara Debat Internasional 2022 di Yale University Amerika Serikat
Pada sisi lain, katanya, seminar internasional ini membangun discourse analisys, dalam menyikapi eksistensi seni rupa yang selama ini seakan berpusat di Barat atau dikenal sebagai Euro-Amerika sentrisisme. Berbagai kajian, pemikiran, gagasan, dan kritik baik yang disampaikan paa narasumber dan artikel ilmiah dari peserta seminar diharapkan dapat menghalau pandangan tersebut.
Berangkat dari pemikiran tersebut, seminar internasioal menghadirkan kajian-kajian dari para akademisi, peneliti, perupa yang memiliki fokus pada wacana transkultural dalam praktik seni, termasuk seni rupa, dan kerajinan, desain komunikasi visual, desain interior, hingga fashion.
Seminar Internasional diselenggarakan daring dan dibagi dalam dua sesi. Pada 6 Desember 2002 menampilkan narasumber kompeten di bidangnya yaitu Dr. Indah Tjahyawulan, Jakarta Institute of Arts yang membawakan paparan berjudul Instagram as a Medium of Transcultural Interaction, kemudian RĂ©nee Akitelek Mboya, Wali Chafu Collective, Nairobi, Lullaby For A Small Death: On Mythology And Mortality In The Archive.
Baca juga: Bukan Hanya dari IQ! Ini 10 Ciri-ciri Orang Cerdas yang Kadang Tak Disadarinya
Lalu Rodolfo Andaur, Curator and Cultural Manager, Iquique, Curating Territorial Research Trips Grace Siregar, Indipendent artist, Isle of Bute, Scotland, Ulos as a Futuristic Traditional Element in my Contemporary Art Work, Lian Ladia, The David Ireland House at 500 Capp Street, San Francisco, Minor Curatorial Gestures. Pada 7 Desember 2022 menampilkan peserta seminar yang telah mengirimkan artikel dan lolos seleksi yang dilakukan secara paralel secara daring. Seluruh karya tulis akan diterbikan dalam bentuk prosiding ber ISBN.
Seminar Internasional dengan tema Transcultural Dialogue on Art and Design ini mencoba membaca dinamika seni rupa dan desain saat ini tidak dapat dipisahkan dari pengaruh globalisasi yang dipicu pekembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi.
Kondisi tersebut berdampak terhadap praktik seni dan budaya di luar batas negara, semuanya saling berinteraksi dan beririsan sehingga memiliki spirit transkultural, dan intercultural. Sebagai sebuah konsep transkulturalisme secara kritis dapat memberikan titik masuk dalam memahami zona kontak ketika budaya bertemu, berinteraksi, ditantang, atau diubah melalui percampuran budaya.
Dekan FSRD IKJ Anindyo Widito mengatakan, seminar internasional yang pertama kali diselenggarakan FSRD IKJ ini fokus pada wacana dan praktik transkultural dari estetika, sejarah, teknologi, hingga politik identitas.
Dia mengatakan, kegiatan ilmiah ini mempertemukan seniman, desainer, kurator, peneliti dari berbagai disiplin ilmu untuk merefleksikan praktik seni rupa dan desain dalam kontak lokal dan global. "Diharapkan seminar tingkat internasional ini dapat terus berkesinambungan," katanya, melalui siaran pers, Selasa (6/12/2022).
Baca juga: Nabila Jandini, Siswi SMP Juara Debat Internasional 2022 di Yale University Amerika Serikat
Pada sisi lain, katanya, seminar internasional ini membangun discourse analisys, dalam menyikapi eksistensi seni rupa yang selama ini seakan berpusat di Barat atau dikenal sebagai Euro-Amerika sentrisisme. Berbagai kajian, pemikiran, gagasan, dan kritik baik yang disampaikan paa narasumber dan artikel ilmiah dari peserta seminar diharapkan dapat menghalau pandangan tersebut.
Berangkat dari pemikiran tersebut, seminar internasioal menghadirkan kajian-kajian dari para akademisi, peneliti, perupa yang memiliki fokus pada wacana transkultural dalam praktik seni, termasuk seni rupa, dan kerajinan, desain komunikasi visual, desain interior, hingga fashion.
Seminar Internasional diselenggarakan daring dan dibagi dalam dua sesi. Pada 6 Desember 2002 menampilkan narasumber kompeten di bidangnya yaitu Dr. Indah Tjahyawulan, Jakarta Institute of Arts yang membawakan paparan berjudul Instagram as a Medium of Transcultural Interaction, kemudian RĂ©nee Akitelek Mboya, Wali Chafu Collective, Nairobi, Lullaby For A Small Death: On Mythology And Mortality In The Archive.
Baca juga: Bukan Hanya dari IQ! Ini 10 Ciri-ciri Orang Cerdas yang Kadang Tak Disadarinya
Lalu Rodolfo Andaur, Curator and Cultural Manager, Iquique, Curating Territorial Research Trips Grace Siregar, Indipendent artist, Isle of Bute, Scotland, Ulos as a Futuristic Traditional Element in my Contemporary Art Work, Lian Ladia, The David Ireland House at 500 Capp Street, San Francisco, Minor Curatorial Gestures. Pada 7 Desember 2022 menampilkan peserta seminar yang telah mengirimkan artikel dan lolos seleksi yang dilakukan secara paralel secara daring. Seluruh karya tulis akan diterbikan dalam bentuk prosiding ber ISBN.
Seminar Internasional dengan tema Transcultural Dialogue on Art and Design ini mencoba membaca dinamika seni rupa dan desain saat ini tidak dapat dipisahkan dari pengaruh globalisasi yang dipicu pekembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi.
Kondisi tersebut berdampak terhadap praktik seni dan budaya di luar batas negara, semuanya saling berinteraksi dan beririsan sehingga memiliki spirit transkultural, dan intercultural. Sebagai sebuah konsep transkulturalisme secara kritis dapat memberikan titik masuk dalam memahami zona kontak ketika budaya bertemu, berinteraksi, ditantang, atau diubah melalui percampuran budaya.
(nnz)
Lihat Juga :
tulis komentar anda