Sandi Minta Guru dan Siswa Manfaatkan Teknologi Lakukan KBM di Masa Pandemi
Senin, 13 Juli 2020 - 19:01 WIB
Dalam kesempatan ini, Sandi juga mengingatkan ke depan, sistem pendidikan akan berubah. Pendidikan akan lebih mengarah pada vokasi atau peningkatan keterampilan sambil praktik.
"Dulu kita mulai masuk SMP, SMA, Kuliah dan bekerja sudah berganti. Kita akan masuk kedalam konsep dimana kuliah sambil kerja, vokasi sambil kerja. Akhirnya pendidikan itu menjadi life long learning, tidak hanya 18-20 tahun. Dengan adanya covid ini edukasi kita terutama experience learning akan sangat relevan," ujarnya.
Sandi beralasan, dengan sistem yang demikian akan menuntut setiap orang untuk terus belajar karena perkembangan teknologi yang bergerak begitu cepat. "Mungkin umur 30 tahun teknologi sudah berubah. Sehingga hal-hal yang kita pelajari pada saat 17 tahun sudah berganti total," katanya.
Sebelumnya Sandi juga mengingatkan, bonus demografi yang terjadi di Indonesia pada 2030-2040 bisa menjadi bencana demografi bila tidak ada melakukan investasi di sektor pendidikan.
Dia memaparkan, bahwa penduduk Indonesia yang tahun 2019 ini berusia 7 tahun, rata-rata mereka berharap bisa mengikuti pendidikan 12 tahun atau hanya hanya lulusan SMA-sederajat.
"Bonus demografi itu akan berubah menjadi bencana demografi kalau kita enggak bisa ubah bahwa mayoritas anak usia 7 tahun ini cuma dapat pendidikan 12 tahun kedepan," jelas Sandi.
Sandi berharap pemerintah dan semua pihak benar-benar memikirkan masa depan mereka, sehingga bonus demografi menjadi peluang dan cita-cita Indonesia Emas 2045 terwujud.
"Mereka harus dapat kesempatan pendidikannya minimal sampai S1 (sarjana) selesai, dan sebagian S2 (magister) dan akhirnya S3 (doktor). Jadi bonus demografi itu bisa jadi bencana kalau kita gak invest di pendidikan. Jadi kita harus berikan kesempatan mereka untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi," harap Sandi.
"Dulu kita mulai masuk SMP, SMA, Kuliah dan bekerja sudah berganti. Kita akan masuk kedalam konsep dimana kuliah sambil kerja, vokasi sambil kerja. Akhirnya pendidikan itu menjadi life long learning, tidak hanya 18-20 tahun. Dengan adanya covid ini edukasi kita terutama experience learning akan sangat relevan," ujarnya.
Sandi beralasan, dengan sistem yang demikian akan menuntut setiap orang untuk terus belajar karena perkembangan teknologi yang bergerak begitu cepat. "Mungkin umur 30 tahun teknologi sudah berubah. Sehingga hal-hal yang kita pelajari pada saat 17 tahun sudah berganti total," katanya.
Sebelumnya Sandi juga mengingatkan, bonus demografi yang terjadi di Indonesia pada 2030-2040 bisa menjadi bencana demografi bila tidak ada melakukan investasi di sektor pendidikan.
Dia memaparkan, bahwa penduduk Indonesia yang tahun 2019 ini berusia 7 tahun, rata-rata mereka berharap bisa mengikuti pendidikan 12 tahun atau hanya hanya lulusan SMA-sederajat.
"Bonus demografi itu akan berubah menjadi bencana demografi kalau kita enggak bisa ubah bahwa mayoritas anak usia 7 tahun ini cuma dapat pendidikan 12 tahun kedepan," jelas Sandi.
Sandi berharap pemerintah dan semua pihak benar-benar memikirkan masa depan mereka, sehingga bonus demografi menjadi peluang dan cita-cita Indonesia Emas 2045 terwujud.
"Mereka harus dapat kesempatan pendidikannya minimal sampai S1 (sarjana) selesai, dan sebagian S2 (magister) dan akhirnya S3 (doktor). Jadi bonus demografi itu bisa jadi bencana kalau kita gak invest di pendidikan. Jadi kita harus berikan kesempatan mereka untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi," harap Sandi.
(maf)
Lihat Juga :
tulis komentar anda