Ide Unik Mahasiswa IPB, Beton Self-Healing yang Ramah Lingkungan
loading...
A
A
A
Baca juga: Siapkan Generasi Terbaik, Aksiologi Bekali Pelajar SMP dan SMA Kemampuan Kepemimpinan
“Sehingga jika beton tadi mengalami keretakan, maka bakteri tadi akan ‘hidup’ dan memproduksi calcite sejenis kapur yang berfungsi untuk menutup retakan tadi sehingga tidak meluas,” lanjutnya.
Ia menambahkan, jenis bakteri ini adalah Bacillus subtilis. Bakteri ini dapat bertahan hidup di dalam beton dalam waktu lama. Penelitian terkait self-healing concrete ini sudah dimulai beberapa tahun yang lalu. Namun penambahan ide fly ash dan lignin merupakan ide baru.
Ia mengatakan, pengembangannya masih memerlukan penelitian yang cukup panjang. Ide ini akan mulai diteliti lagi sebagai tugas akhir.
“Harapannya, beton ini dapat digunakan di semua daerah di Indonesia karena untuk skala lab sudah berhasil dan menunjukkan potensi yang baik. Penerapannya sendiri seharusnya tidak masalah karena bakteri dapat bertahan hidup dengan berdasarkan pH beton yang optimal,” lanjutnya.
Menurutnya, material fly ash juga mudah didapatkan dan biaya produksinya lebih murah karena berupa limbah. Hanya saja, pengembangan teknologi skala besarnya perlu didorong untuk menekan biaya.
“Salah satu yang menjadi keunggulan self-healing concrete adalah perawatan beton yang minim karena bisa sembuh sendiri seperti imun manusia,” pungkasnya.
“Sehingga jika beton tadi mengalami keretakan, maka bakteri tadi akan ‘hidup’ dan memproduksi calcite sejenis kapur yang berfungsi untuk menutup retakan tadi sehingga tidak meluas,” lanjutnya.
Ia menambahkan, jenis bakteri ini adalah Bacillus subtilis. Bakteri ini dapat bertahan hidup di dalam beton dalam waktu lama. Penelitian terkait self-healing concrete ini sudah dimulai beberapa tahun yang lalu. Namun penambahan ide fly ash dan lignin merupakan ide baru.
Ia mengatakan, pengembangannya masih memerlukan penelitian yang cukup panjang. Ide ini akan mulai diteliti lagi sebagai tugas akhir.
“Harapannya, beton ini dapat digunakan di semua daerah di Indonesia karena untuk skala lab sudah berhasil dan menunjukkan potensi yang baik. Penerapannya sendiri seharusnya tidak masalah karena bakteri dapat bertahan hidup dengan berdasarkan pH beton yang optimal,” lanjutnya.
Menurutnya, material fly ash juga mudah didapatkan dan biaya produksinya lebih murah karena berupa limbah. Hanya saja, pengembangan teknologi skala besarnya perlu didorong untuk menekan biaya.
“Salah satu yang menjadi keunggulan self-healing concrete adalah perawatan beton yang minim karena bisa sembuh sendiri seperti imun manusia,” pungkasnya.
(nnz)