Pakar Gizi FKUI: Obesitas Banyak Menyasar Anak dan Remaja, Ini Dampaknya

Minggu, 12 Februari 2023 - 08:40 WIB
loading...
Pakar Gizi FKUI: Obesitas...
Dr. dr. Dian Kusuma Dewi M.Gizi, Sp.KKLP., staf pengajar pada Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, FKUI. Foto/Dok/Humas UI
A A A
JAKARTA - Pandemi, studying from home, dan godaan pemesanan makanan melalui online, membuat "generasi rebahan" cenderung malas gerak, namun rajin mengemil. Akibatnya, kerap terlihat orang-orang yang memiliki kelebihan berat badan .

Dr. dr. Dian Kusuma Dewi M.Gizi, Sp.KKLP., staf pengajar pada Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ( FKUI ), obesitas adalah saat seseorang mengalami ketidakseimbangan antara kalori yang masuk dengan yang keluar.



Saat terjadi ketidakseimbangan dan akhirnya menumpuk, maka seseorang dapat mengalami kelebihan berat badan yang akhirnya berujung pada obesitas.

“Sebetulnya tidak semata-mata seseorang langsung mengalami obesitas, pada prosesnya akan diawali dengan kelebihan berat badan (overweight). Kelebihan berat badan yang tidak tertangani dengan baik, dapat naik menjadi kategori obesitas kelas 1. Obesitas kelas 1 yang belum tertangani juga, maka orang tersebut dapat masuk menjadi obesitas kelas 2,” ujar dr. Dian, Minggu (12/2/2023).

Ia menambahkan, obesitas dapat dialami seseorang dari segala usia. Obesitas juga merupakan salah satu penyakit degeneratif yang kini banyak menyasar usia anak-anak dan remaja.



Menurut dr. Dian, yang juga merupakan pengurus Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), makan banyak tidak selalu menjadi penyebab seseorang mengalami obesitas.

Justru, pada beberapa kasus ditemukan bahwa asupan makanan yang masuk dalam tubuh mereka kurang dari kebutuhannya, namun jenis makanan yang dipilih dan jadwal makan yang salah yang sering menjadi penyebab.

Selain itu, pola tidur yang kurang seimbang juga dapat menjadi penyumbang pada beberapa kasus obesitas.

Pola tidur atau istirahat yang kurang akan berpengaruh terhadap ketidakseimbangan hormon, dan hal ini banyak dialami oleh remaja. Pada masa tersebut, remaja dalam keadaan emosi yang belum stabil dan sedang memasuki masa pencarian jati diri menuju dewasa.

Jika orang tua salah dalam pola asah, asih, dan asuh kepada anak, maka dapat berpengaruh terhadap peningkatan berat badan.

Belum lagi, tambah dr. Dian, dengan adanya kemajuan teknologi saat ini juga cukup mendorong seseorang mengalami obesitas. Mulai dari begitu mudahnya memesan makanan melalui aplikasi, hingga melakukan kegiatan tanpa harus bertatap muka yang turut mengurangi aktivitas fisik.

Seperti saat masa pandemi Covid-19, masyarakat dibatasi kegiatan dan mobilitasnya sehingga sebagian besar dilakukan di rumah.

“Sehingga kemudian, yang tadinya kita lebih banyak bergerak menjadi kurang bergerak. Padahal, aktivitas fisik itu harusnya konsisten dilakukan untuk pengeluaran kalori yang berlebih.

Seseorang yang terbiasa lari pagi, main basket, atau olahraga lainnya menjadi takut untuk melakukannya saat awal pandemi, karena memang pemerintah memberlakukan aturan yang membatasi aktivitas masyarakat.

Jika orang tersebut memiliki motivasi yang kuat, ia mampu melakukannya sendiri di rumah. Tetapi, lebih banyak orang yang tidak melakukan. Jadi, peningkatan berat badan itu memang banyak terjadi pada masa pandemi,” ujar dr. Dian.

Selain mengalami peningkatan berat badan, obesitas akan berdampak pada tubuh manusia mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Seperti penyakit diabetes, gangguan jantung, paru, hati, dan berbagai penyakit lainnya.

Di sisi lain, obesitas pada remaja juga dapat menyebabkan depresi karena rasa malu, bahkan ada yang mengalami perundungan melalui body shamming. Saat mengalami depresi, mereka akan mengalami penurunan rasa percaya diri dan merasa tidak berdaya untuk melakukan sesuatu yang berujung pada penurunan prestasi belajar.

Berdasarkan kondisi tersebut, dalam disertasi studi doktoralnya, dr. Dian membuat program yang diberi nama From Fat to Fit with SMART Program. Program ini merupakan program penurunan berat badan yang ditujukan untuk meningkatkan pemberdayaan diri pada mahasiswa yang diintervensi dengan metode coaching.

Program dilaksanakan pada mahasiswa UI yang menjalani pemeriksaan kesehatan mahasiswa baru di Klinik Satelit MAKARA UI dan mengalami obesitas. Pada pelaksanaanya, program ini tidak hanya berfokus untuk menurunkan berat badan tetapi juga menerapkan healthy behaviors habit sehingga mahasiswa mampu menjadi manusia yang lebih berdaya terhadap individu, keluarga, dan komunitasnya.

Kegiatan dalam program tersebut, meliputi pengukuran status antropometrik dan komposisi tubuh, pengisian kuesioner pada awal program, edukasi, dan kembali dilakukan pengukuran status antropometrik dan komposisi tubuh serta pengisian kuesioner pada akhir program.

Pada kelompok intervensi ditambahkan metode coaching sebanyak enam sesi setiap dua minggu oleh health coach yang telah mendapatkan pelatihan sebelumnya. Pengukuran awal dan akhir berjarak tiga bulan.

“Dari hasil coaching tersebut didapatkan penurunan berat badan belum signifikan, namun penurunan massa lemak terlihat bermakna, hal yang sangat baik pada suatu program penurunan berat badan bahwa massa lemak seharusnya turun terlebih dahulu, kemudian terjadi peningkatan massa otot dan berat badan pada akhirnya akan turun mengikuti,” kata dr. Dian yang juga merupakan anggota Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI).
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
7 Bidang Ilmu IPB, ITB,...
7 Bidang Ilmu IPB, ITB, UI, Unair, dan UGM Tembus Top 100 Dunia, Daftar di SNBT 2025?
6 Universitas dengan...
6 Universitas dengan Jurusan Hukum Terbaik Dunia 2025, Daftar di SNBT
7 Fakultas Kedokteran...
7 Fakultas Kedokteran Indonesia dengan Peringkat Dunia, Referensi SNBT 2025
UI Jadi Universitas...
UI Jadi Universitas Terbaik ke-4 di Asia Tenggara Versi EduRank 2025
Link Cek Pengumuman...
Link Cek Pengumuman SNBP 2025 UI, UGM, ITB, dan IPB University
Jadwal Pendaftaran SIMAK...
Jadwal Pendaftaran SIMAK UI 2025, Camaba Siap-siap Ya
UI Soal Desakan Pembatalan...
UI Soal Desakan Pembatalan Gelar Doktor Bahlil: Tidak Relevan
UI: Bahlil Belum Lulus,...
UI: Bahlil Belum Lulus, Tuntutan Pembatalan Disertasi Tidak Tepat
5 Universitas Negeri...
5 Universitas Negeri Ini Paling Favorit di SNBT 2024, PTN Pilihanmu Nomor Berapa?
Rekomendasi
Raffi Ahmad Mudik ke...
Raffi Ahmad Mudik ke Bandung Naik Bus: Lebih Aman dan Nyaman
Iran Tidak Peduli dan...
Iran Tidak Peduli dan Tak Takut dengan Ancaman Trump
Mudik Lebaran 2025:...
Mudik Lebaran 2025: Terjadi 150 Kasus Kecelakaan, 8 Orang Tewas
Kapan Timnas Indonesia...
Kapan Timnas Indonesia U-17 Bertanding di Piala Asia U-17?
Mengapa India Pilih...
Mengapa India Pilih Beli 156 Helikopter Tempur Buatan Dalam Negeri Senilai Rp120 Triliun Ketimbang Produksi Asing?
Serapan BULOG Naik 2.000%,...
Serapan BULOG Naik 2.000%, Hensa: Memang Dingin Tangan Mentan Amran
Berita Terkini
25 Contoh Ucapan Hari...
25 Contoh Ucapan Hari Raya Idulfitri 2025 untuk Teman dan Guru Sekolah
15 menit yang lalu
Besok Lebaran, Ini Kosakata...
Besok Lebaran, Ini Kosakata Seputar Idulfitri dan Penulisannya Menurut KBBI
1 jam yang lalu
Angpao atau Angpau?...
Angpao atau Angpau? Ini Kata yang Baku Menurut KBBI
2 jam yang lalu
10 Ucapan Selamat Hari...
10 Ucapan Selamat Hari Raya Nyepi 2025 yang Cocok Dibagikan Murid kepada Guru
17 jam yang lalu
10 Kata-Kata Mutiara...
10 Kata-Kata Mutiara Nyepi 2025 yang Menyentuh Hati dan Penuh Kebijaksanaan
18 jam yang lalu
5 Ucapan Selamat Nyepi...
5 Ucapan Selamat Nyepi 2025 untuk Teman Sekolah, Momen Mempererat Hubungan dengan Sahabat
19 jam yang lalu
Infografis
Ini Alasan Harvey Moeis...
Ini Alasan Harvey Moeis dan Sandra Dewi Masuk Daftar Penerima Bantuan BPJS
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved