Gadis Asal Papua Ini Berhasil Jadi Dokter dengan Beasiswa ADik, Apa Kunci Suksesnya?
loading...
A
A
A
Untuk kendala bahasa, dikatakan Ria, hampir tidak ada masalah. “Kita juga di Papua kan sudah terbiasa bahasa Indonesia, hanya dialek melayunya saja yang kadang-kadang membuat cukup berpikir dulu untuk memahaminya, “katanya.
Soal pergaulan dengan sesama mahasiswa,dikatakan Ria, kuncinya adalah harus membuka diri, tidak menyendiri atau hanya berkumpul dengan sesama mahasiswa Papua.
Baca juga: Ikut IISMA di Michigan State University, Mahasiswa UB Raih IP 4
“Saya contohkan di Fakultas Kedokteran, kami sudah berbaur seperti keluarga, saling memperhatikan, saling membantu, yang penting kita mau membuka diri, kalau tertutup mereka juga tidak mau dekat dengan kita, “ tuturnya.
Kaget Saat Menjadi Dokter di Wamena
Ria yang memang orang Papua Asli mengaku kaget ketika ditempatkan di Wamena untuk menjalani internship Kedokteran, Ria juga terkaget-kaget dengan pola hidup masyarakat Wamena, terutama yang berada di pinggiran kota. Masyarakat Wamena, menurut Ria,masih jauh dari kesadaran akan menjaga kesehatan dan perawatan tubuh. Masih banyak warga Wamena yang asing dengan layanan kesehatan dari Puskesmas, apalagi rumah sakit.
“Kalau sakit, sebagian besar jarang ke Puskesmas apalagi rumah sakit, bahkan masih banyak wanita yang melahirkan hanya di rumah dengan beralaskan daun, “cerita Ria.
Ria dan beberapa dokter lain yang sudah bertugas sebelumnya selalu rajin mengedukasi soal kesehatan dan hasilnya, sedikit demi sedikit, kian banyak warga wamena yang memeriksakan kesehatannya ke Puskesmas.
Pengalaman yang cukup berkesan walaupun sedikit tegang, diceritakan Ria bila terjadi perang suku yang masih kerap terjadi di Wamena.
“Di rumah sakit, suku-suku yang bertikai harus dipisahkan perawatannya, jauh satu sama lain, kalau disatukan, bisa terus perang di rumah sakit, “kata Ria.
Soal pergaulan dengan sesama mahasiswa,dikatakan Ria, kuncinya adalah harus membuka diri, tidak menyendiri atau hanya berkumpul dengan sesama mahasiswa Papua.
Baca juga: Ikut IISMA di Michigan State University, Mahasiswa UB Raih IP 4
“Saya contohkan di Fakultas Kedokteran, kami sudah berbaur seperti keluarga, saling memperhatikan, saling membantu, yang penting kita mau membuka diri, kalau tertutup mereka juga tidak mau dekat dengan kita, “ tuturnya.
Kaget Saat Menjadi Dokter di Wamena
Ria yang memang orang Papua Asli mengaku kaget ketika ditempatkan di Wamena untuk menjalani internship Kedokteran, Ria juga terkaget-kaget dengan pola hidup masyarakat Wamena, terutama yang berada di pinggiran kota. Masyarakat Wamena, menurut Ria,masih jauh dari kesadaran akan menjaga kesehatan dan perawatan tubuh. Masih banyak warga Wamena yang asing dengan layanan kesehatan dari Puskesmas, apalagi rumah sakit.
“Kalau sakit, sebagian besar jarang ke Puskesmas apalagi rumah sakit, bahkan masih banyak wanita yang melahirkan hanya di rumah dengan beralaskan daun, “cerita Ria.
Ria dan beberapa dokter lain yang sudah bertugas sebelumnya selalu rajin mengedukasi soal kesehatan dan hasilnya, sedikit demi sedikit, kian banyak warga wamena yang memeriksakan kesehatannya ke Puskesmas.
Pengalaman yang cukup berkesan walaupun sedikit tegang, diceritakan Ria bila terjadi perang suku yang masih kerap terjadi di Wamena.
“Di rumah sakit, suku-suku yang bertikai harus dipisahkan perawatannya, jauh satu sama lain, kalau disatukan, bisa terus perang di rumah sakit, “kata Ria.