Pengukuhan Guru Besar Prof Hasyim Muhammad, Rektor UIN Walisongo: Perkuat Unity of Sciences
loading...
A
A
A
JAKARTA - Universitas Islam Negeri ( UIN ) Walisongo Semarang kembali menyelenggarakan Sidang Senat Terbuka Pengukuhan Guru Besar dengan Mengukuhkan Prof.Dr.H.Hasyim Muhammad,M.Ag. Guru Besar Bidang Ilmu Pemikiran Islam.
Pengukuhan guru besar ini merupakan Rangkaian dari kegiatan Dies Natalis UIN Walisongo ke 53 bertema “Berdaya Membangun Karya” yang dilaksanakan di Gedung Tgk.Ismail Yaqub, Kampus 3 UIN Walisongo Semarang, Rabu (15/3/2023).
Ada yang menarik dalam pengukuhan Guru Besar kali ini, Profesor Hasyim Muhammad di Kukuhkan tepat di Hari Ulang Tahunnya (15/3/2023) di Usia ke 51. Selain itu, Pengukuhan guru besar ini diwarnai dengan Pameran hasil karya Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Humaniora.
Pengukuhan Guru Besar dilaksanakan dalam Sidang Senat Terbuka yang dipimpin oleh Rektor UIN Walisongo Prof. Dr. Imam Taufiq,M.Ag. Prof. Hasyim Muhammad resmi menjadi guru besar di UIN Walisongo dan menambah jumlah guru besar UIN Walisongo.
Prof Dr Imam Taufiq,M.Ag Rektor Uin Walisongo menyampaikan, pencapaian Guru Besar ini sudah diraih dengan sungguh-sungguh dan Mujahadah yang luar biasa. Prof Hasyim memiliki visi keulamaan dan kenabian ketika judul orasi ilmiahnya tentang Mengembalikan Filsafat sebagai Basis Nalar Keislaman.
"Mengingatkan saya pada tulisan Ibnu Rush , Filsafat adalah upaya untuk menemukan jalan, menemukan Allah yang Maha Segalanya. Maka segala apa yang diciptakan oleh Allah hakikatnya adalah untuk mengetahui Tuhan yang sebenarnya,” ungkapnya.
“Ketika mengkaji alam dan seisinya maka akan tepat jika dikaji dengan ayat Al-Qur'an melalui filsafat, ada kewajiban kita untuk memberdayakan alam, penyertaan filsafat ini untuk memahami alam dan seisinya dan nalar digunakan dalam berbagai konteks. Hari ini kita melihat Prof Hasyim sebagai mainstrim untuk berfikir komprehensif menjadi basis dalam ilmu keislaman,” imbuhnya.
"Dalam pengarusutamaan Filsafat, Sinergi yang tepat yang sudah dilakukan UIN Walisongo menjadikan paradigma Unity of Sciences dalam pijakan akademik dan keilmuan. Ilmu umum dan agama yang bersumber dari Allah dan ini bentuk humanisasi ilmu agama dan umum serta kearifan lokal menjadi kajian keislaman dalam UIN Walisongo. Filsafat tidak bisa terpisahkan dengan ilmu lain,” pungkasnya.
Dalam Orasi ilmiahnya Prof Hasyim Muhammad menyampaikan Mengembalikan Filsafat sebagai Basis Nalar Keislaman. Membahas tentang signifikansi filsafat sebagai alat studi ilmu-ilmu keislaman dan bergam kritik terhadap kelemahannya. Disampaikan pula beberapa alternatif pendekatan untuk menyempurnakannya.
“Filsafat tidak hanya bergerak pada wilayah manṭīqiyyah (Logika) ṭabī’iyyah dan ilāhiyyah (ketuhanan), tetapi juga dapat menjangkau dimensi tārīkhiyyah (kesejarahan) dan insaniyah (kemanusiaan).
Kajian Keislaman yang tidak hanya teks di atas langit justru akan menjauhkan Islam dari pemeluknya. Dengan pendekatan Ilmu ilmu sosial akan membawa kajian keislaman menjadi lebih membumi yang masuk pada wilayah kemanusiaan dan mengantarkannya berdialektiak dengan masalah kemanusiaan yang majemuk dan bergerak dinamis.
Manusia adalah objek tradisi keagamaan dan pemahaman terhadap manusia yang mutlak diperlukan. Maka penting pendekatan ilmu kemanusaian dan beragama disiplin ilmu adalah alat bentuk untuk mengungkap keseluruhan dimensi kemanusiaan yang melekat pada masing masing individu,” pungkasnya.
Pengukuhan guru besar ini merupakan Rangkaian dari kegiatan Dies Natalis UIN Walisongo ke 53 bertema “Berdaya Membangun Karya” yang dilaksanakan di Gedung Tgk.Ismail Yaqub, Kampus 3 UIN Walisongo Semarang, Rabu (15/3/2023).
Baca Juga
Ada yang menarik dalam pengukuhan Guru Besar kali ini, Profesor Hasyim Muhammad di Kukuhkan tepat di Hari Ulang Tahunnya (15/3/2023) di Usia ke 51. Selain itu, Pengukuhan guru besar ini diwarnai dengan Pameran hasil karya Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Humaniora.
Pengukuhan Guru Besar dilaksanakan dalam Sidang Senat Terbuka yang dipimpin oleh Rektor UIN Walisongo Prof. Dr. Imam Taufiq,M.Ag. Prof. Hasyim Muhammad resmi menjadi guru besar di UIN Walisongo dan menambah jumlah guru besar UIN Walisongo.
Prof Dr Imam Taufiq,M.Ag Rektor Uin Walisongo menyampaikan, pencapaian Guru Besar ini sudah diraih dengan sungguh-sungguh dan Mujahadah yang luar biasa. Prof Hasyim memiliki visi keulamaan dan kenabian ketika judul orasi ilmiahnya tentang Mengembalikan Filsafat sebagai Basis Nalar Keislaman.
"Mengingatkan saya pada tulisan Ibnu Rush , Filsafat adalah upaya untuk menemukan jalan, menemukan Allah yang Maha Segalanya. Maka segala apa yang diciptakan oleh Allah hakikatnya adalah untuk mengetahui Tuhan yang sebenarnya,” ungkapnya.
“Ketika mengkaji alam dan seisinya maka akan tepat jika dikaji dengan ayat Al-Qur'an melalui filsafat, ada kewajiban kita untuk memberdayakan alam, penyertaan filsafat ini untuk memahami alam dan seisinya dan nalar digunakan dalam berbagai konteks. Hari ini kita melihat Prof Hasyim sebagai mainstrim untuk berfikir komprehensif menjadi basis dalam ilmu keislaman,” imbuhnya.
"Dalam pengarusutamaan Filsafat, Sinergi yang tepat yang sudah dilakukan UIN Walisongo menjadikan paradigma Unity of Sciences dalam pijakan akademik dan keilmuan. Ilmu umum dan agama yang bersumber dari Allah dan ini bentuk humanisasi ilmu agama dan umum serta kearifan lokal menjadi kajian keislaman dalam UIN Walisongo. Filsafat tidak bisa terpisahkan dengan ilmu lain,” pungkasnya.
Dalam Orasi ilmiahnya Prof Hasyim Muhammad menyampaikan Mengembalikan Filsafat sebagai Basis Nalar Keislaman. Membahas tentang signifikansi filsafat sebagai alat studi ilmu-ilmu keislaman dan bergam kritik terhadap kelemahannya. Disampaikan pula beberapa alternatif pendekatan untuk menyempurnakannya.
“Filsafat tidak hanya bergerak pada wilayah manṭīqiyyah (Logika) ṭabī’iyyah dan ilāhiyyah (ketuhanan), tetapi juga dapat menjangkau dimensi tārīkhiyyah (kesejarahan) dan insaniyah (kemanusiaan).
Kajian Keislaman yang tidak hanya teks di atas langit justru akan menjauhkan Islam dari pemeluknya. Dengan pendekatan Ilmu ilmu sosial akan membawa kajian keislaman menjadi lebih membumi yang masuk pada wilayah kemanusiaan dan mengantarkannya berdialektiak dengan masalah kemanusiaan yang majemuk dan bergerak dinamis.
Manusia adalah objek tradisi keagamaan dan pemahaman terhadap manusia yang mutlak diperlukan. Maka penting pendekatan ilmu kemanusaian dan beragama disiplin ilmu adalah alat bentuk untuk mengungkap keseluruhan dimensi kemanusiaan yang melekat pada masing masing individu,” pungkasnya.
(mpw)