Atdikbud Apresiasi Semangat Guru di Australia Barat Ajarkan Bahasa Indonesia
loading...
A
A
A
PERTH - Pemerintah Australia tengah gencar mempromosikan peningkatan Asian Literacy bagi siswa di sekolah-sekolah Australia. Siswa Australia dikenalkan dengan bahasa dan budaya dari negara-negara Asia.
Bahkan, pemerintah federal Australia merekomendasikan empat bahasa utama Asia untuk dipelajari di sekolah, yaitu bahasa China, Jepang, Korea dan Indonesia. Hal ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan untuk membangkitkan kembali kejayaan bahasa Indonesia di Australia.
Hal tersebut terungkap dalam diskusi antara Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra bersama guru-guru yang tergabung dalam Western Australia Indonesia Language Teacher Association (WILTA) pada Senin (20/3/2023).
Acara yang berlangsung di Hotel Comfort Inn & Suites Goodearth Perth ini diikuti oleh para pengajar bahasa Indonesia di sekolah-sekolah Australia Barat yang terdaftar sebagai anggota WILTA.
Dalam paparannya, Atdikbud Mukhamad Najib menyampaikan adanya kesenjangan antara penawaran dan permintaan dalam bahasa Indonesia. Ada sekolah di Australia yang memiliki guru bahasa Indonesia, tapi tidak memiliki murid yang cukup sehingga kelas bahasa Indonesia harus ditutup.
Sebaliknya, ada juga sekolah yang memiliki cukup murid yang ingin belajar bahasa Indonesia, tapi kesulitan memperoleh guru, sehingga siswa diminta belajar bahasa asing lainnya.
Menurut Najib, menjayakan kembali bahasa Indonesia di Australia dapat dimulai dengan menyelesaikan persoalan kesenjangan penawaran dan permintaan.
“Untuk menciptakan permintaan, kita lakukan promosi intensif kepada siswa, kepala sekolah dan orang tua. Kita kenalkan mereka dengan Indonesia agar mereka tertarik dan mau belajar bahasa Indonesia. Sementara untuk menjawab persoalan kurangnya penawaran, kami akan mengundang guru dari Indonesia untuk mengisi kekosongan guru bahasa di sekolah-sekolah Australia,” jelas Najib.
Bahkan, pemerintah federal Australia merekomendasikan empat bahasa utama Asia untuk dipelajari di sekolah, yaitu bahasa China, Jepang, Korea dan Indonesia. Hal ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan untuk membangkitkan kembali kejayaan bahasa Indonesia di Australia.
Hal tersebut terungkap dalam diskusi antara Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra bersama guru-guru yang tergabung dalam Western Australia Indonesia Language Teacher Association (WILTA) pada Senin (20/3/2023).
Acara yang berlangsung di Hotel Comfort Inn & Suites Goodearth Perth ini diikuti oleh para pengajar bahasa Indonesia di sekolah-sekolah Australia Barat yang terdaftar sebagai anggota WILTA.
Dalam paparannya, Atdikbud Mukhamad Najib menyampaikan adanya kesenjangan antara penawaran dan permintaan dalam bahasa Indonesia. Ada sekolah di Australia yang memiliki guru bahasa Indonesia, tapi tidak memiliki murid yang cukup sehingga kelas bahasa Indonesia harus ditutup.
Sebaliknya, ada juga sekolah yang memiliki cukup murid yang ingin belajar bahasa Indonesia, tapi kesulitan memperoleh guru, sehingga siswa diminta belajar bahasa asing lainnya.
Menurut Najib, menjayakan kembali bahasa Indonesia di Australia dapat dimulai dengan menyelesaikan persoalan kesenjangan penawaran dan permintaan.
“Untuk menciptakan permintaan, kita lakukan promosi intensif kepada siswa, kepala sekolah dan orang tua. Kita kenalkan mereka dengan Indonesia agar mereka tertarik dan mau belajar bahasa Indonesia. Sementara untuk menjawab persoalan kurangnya penawaran, kami akan mengundang guru dari Indonesia untuk mengisi kekosongan guru bahasa di sekolah-sekolah Australia,” jelas Najib.