Kunjungi KBRI, Pelajar SMP Islam Amalina Raih Wawasan Majunya Pendidikan Singapura
loading...
A
A
A
Karena bangsa Singapura tidak memiliki sumberdaya alam apa pun, lanjut Dubes Tommy, maka pendidikan disiapkan sangat serius. Orientasi pendidikannya sangat menarik.
Baca juga: Tim Robotik MAN 1 Yogyakarta Raih Perak Kompetisi Robotik Internasional di Filipina
Untuk kelas 1 sampai kelas 4 SD, siswa hanya belajar 4 mata pelajaran saja, yaitu matematika, sains, bahasa dan budi pekerti. Hanya itu, tidak ada pelajaran lain. “Baru setelah kelas 5 SD pelajaran menjadi lebih intensif. Di SMP dan SMA dan masuk kuliah juga semakin berat lagi.”
Soal kuatnya pendidikan karakter, lanjut Dubes Tommy, bisa dilihat dari perilaku warga Singapura yang sangat taat kepada peraturan yang disepakati. “Di sini sulit melihat orang yang menabrak aturan dan sangat tertib. Tidak ada orang yang berani buang sampah sembarangan, menerobos lampu merah. Karena di sini semua pelanggaran diterapkan hukum yang sangat keras,” tambah Tommy.
Rombongan EL SMP Amalina menyimak penjelasan itu dengan seksama. Ketika dibuka forum tanya jawab, sejumlah siswa bertanya soal apa kualifikasi menjadi seorang diplomat.
Perihal kemajuan Singapura, siswa Amalina lain menanyakan apakah faktor SDM saja yang membuat Indonesia berbeda dengan Singapura. Dubes Tommy menjelaskan dengan gamblang pertanyaan siswa siswi Amalina.
Kunjungan ditutup dengan pemberian plakat dan souvenir karya siswa SMP Amalina kepada Dubes Tommy dan diakhiri dengan foto bersama.
Lihat Juga: Tim BCG Teknik UGM Raih Juara 2 NTU International Bridge Design Competition di Singapura
Baca juga: Tim Robotik MAN 1 Yogyakarta Raih Perak Kompetisi Robotik Internasional di Filipina
Untuk kelas 1 sampai kelas 4 SD, siswa hanya belajar 4 mata pelajaran saja, yaitu matematika, sains, bahasa dan budi pekerti. Hanya itu, tidak ada pelajaran lain. “Baru setelah kelas 5 SD pelajaran menjadi lebih intensif. Di SMP dan SMA dan masuk kuliah juga semakin berat lagi.”
Soal kuatnya pendidikan karakter, lanjut Dubes Tommy, bisa dilihat dari perilaku warga Singapura yang sangat taat kepada peraturan yang disepakati. “Di sini sulit melihat orang yang menabrak aturan dan sangat tertib. Tidak ada orang yang berani buang sampah sembarangan, menerobos lampu merah. Karena di sini semua pelanggaran diterapkan hukum yang sangat keras,” tambah Tommy.
Rombongan EL SMP Amalina menyimak penjelasan itu dengan seksama. Ketika dibuka forum tanya jawab, sejumlah siswa bertanya soal apa kualifikasi menjadi seorang diplomat.
Perihal kemajuan Singapura, siswa Amalina lain menanyakan apakah faktor SDM saja yang membuat Indonesia berbeda dengan Singapura. Dubes Tommy menjelaskan dengan gamblang pertanyaan siswa siswi Amalina.
Kunjungan ditutup dengan pemberian plakat dan souvenir karya siswa SMP Amalina kepada Dubes Tommy dan diakhiri dengan foto bersama.
Lihat Juga: Tim BCG Teknik UGM Raih Juara 2 NTU International Bridge Design Competition di Singapura
(nnz)