Kemandirian Kampus, BWI Targetkan 15 PTN-BH Miliki Dana Abadi Wakaf Tahun Ini

Jum'at, 19 Mei 2023 - 15:05 WIB
loading...
Kemandirian Kampus,...
Ketua Badan Wakaf Indonesia Prof Mohammad Nuh di Kampus Universitas Sumatera Utara, Medan, Selasa (16/5). Foto/MPI/Wahyudi Aulia Siregar
A A A
MEDAN - Badan Wakaf Indonesia (BWI) menargetkan sebanyak 15 Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) sudah dapat menghimpun dana abadi melalui perwakafan di tahun ini.

Ketua BWI, Prof Mohammad Nuh, mengatakan saat ini baru ada 4 PNTBH yang menghimpun dana abadi melalui perwakafan.



Yakni, Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) dan Universitas Sumatera Utara (USU).

Dalam waktu dekat ada dua PTNBH lagi, yakni Universitas Negeri Padang dan Universitas Hasanudin Makasar.

"Untuk tahun ini kita memang fokus pada PTNBH. Target kita sampai akhir tahun dari 21 PTN-BH ada 10 hingga 15 PNT-BH yang dapat menghimpun dana abadi melalui perwakafan. Sehingga dana kelolaan yang saat ini hanya Rp700 miliar bisa didorong hingga setidaknya menjadi triliunan rupiah," kata M Nuh di Kampus Universitas Sumatera Utara, Medan, Selasa (16/5/2023).


Nuh menyebutkan, perguruan tinggi yang memiliki dana abadi akan lebih mudah menjalankan pengelolaan perguruan tingginya. Mereka juga akan lebih bebas dari ketergantungan biaya pengelolaan yang bersumber dari SPP mahasiswa.

"Perguruan tinggi bisa tumbuh baik jika punya dana abadi yang mereka kelola dan bukan hanya mengandalkan SPP saja. Seperti USU yang memiliki dana abadi dari pengelolaan kebun. Kalau itu semakin besar, maka ketergantungan perguruan tinggi terhadap anggaran yang rutin (SPP) itu akan semakin kecil, sehingga dia lebih leluasa mengembangkan perguruan tinggi tersebut," jelasnya.

Potensi wakaf dari mahasiswa di perguruan tinggi negeri juga menurut Nuh sangat besar. Seperti di USU yang memiliki 30 ribu mahasiswa, yang jika Wakaf mahasiswa dikelola dengan baik akan dapat membantu meringankan biaya kuliah pada mahasiswa yang kurang mampu.

"Kalau sepertiga atau sekitar 10 hingga 20 ribu mahasiswa USU berwakaf Rp 5 ribu setiap Jumat, maka bayangkan berasa besarnya dalam setahun. Dan bayangkan jika itu terus dikelola, berapa banyak yang bisa mahasiswa yang bisa ditolong," sebutnya.

Selain di PTN-BH, kata M Nuh, BWI juga tengah mendorong agar perguruan tinggi negeri lain yang belum berstatus PTN-BH dapat ikut menghimpun dana abadi dengan metode perwakafan ini.

Namun untuk itu diperlukan instrumen kebijakan dari Kementerian Keuangan, agar bisa dijadikan payung hukum bagi perguruan tinggi non-PTNBH untuk menghimpun dan mengelola dana abadi tersebut.

"Banyak perguruan tinggi negeri masih berstatus BLU (Badan Layanan Umum). Seperti UIN itu. Mereka pengelolaan keuangan, akademik dan sumber daya yang belum otonom. Padahal kalau mereka juga menghimpun dana abadi dengan metode perwakafan, jumlahnya kan sangat besar dan sangat mampu untuk mendorong ekonomi umat," pungkas Nuh.

"Apalagi dana abadi ini tidak habis dibagi. Tapi dikelola dan hasilnya dibagikan. Sehingga dana abadi yang diberikan atas terus bertambah besar dan manfaatnya akan terus mengalir untuk si pemberi wakaf," tutupnya.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3175 seconds (0.1#10.140)