Gelar Webinar Konseling Psikososial, KGSB Ajak Para Guru Kurangi Angka Putus Sekolah

Minggu, 25 Juni 2023 - 21:57 WIB
loading...
Gelar Webinar Konseling Psikososial, KGSB Ajak Para Guru Kurangi Angka Putus Sekolah
KGSB menggelar Webinar ‘Mencegah dan Menangani Remaja Putus Sekolah Melalui Konseling Psikososial’ sebagai upaya untuk mengurangi angka putus sekolah. Foto/Dok/KGSB
A A A
JAKARTA - Putus sekolah masih menjadi fenomena yang belum terselesaikan di dunia pendidikan Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, angka putus sekolah di Indonesia terus meningkat sejak 2019 hingga 2022.

Bahkan angka putus sekolah meningkat mulai dari jenjang yang lebih rendah hingga jenjang yang lebih tinggi.

Secara rinci, angka putus sekolah di jenjang SD mencapai 0,13% di tahun 2022. Persentasenya meningkat 0,01% dibandingkan 2021 yang sebesar 0,12%. Pada jenjang SMP, angka putus sekolah tercatat sebesar 1,06% pada 2022.



Persentase tersebut juga meningkat 0,16% poin dari tahun sebelumnya yang sebesar 0,90%. Kemudian angka putus sekolah di jenjang SMA mencapai 1,38% pada 2022 yang juga naik 0,26% poin dari tahun sebelumnya yang sebesar 1,12%. Ini menunjukkan terdapat 13 anak dari 1.000 penduduk yang putus sekolah di jenjang tersebut.

Melihat hal tersebut, Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) menggelar Webinar ‘Mencegah dan Menangani Remaja Putus Sekolah Melalui Konseling Psikososial’ sebagai upaya untuk mengurangi angka putus sekolah.

Webinar ini menghadirkan dua narasumber yang ahli di bidang pendidikan dan konseling yaitu Ana Susanti, M.Pd. CEP, CHt. yang merupakan Founder Rumah Guru BK dan Widyaiswara Balai Besar Guru Penggerak Provinsi Jawa Barat Kemdikbud Ristek RI serta Yuliezar Perwira Dara, S.Psi., M.Psi., Psikolog yaitu Dosen Departemen Psikologi Universitas Brawijaya.



Founder KGSB, Ruth Andriani mengatakan bahwa putus sekolah merupakan permasalahan yang memerlukan kolaborasi segala pihak, khususnya guru sebagai garda terdepan.

“Sebanyak 81% guru anggota KGSB memiliki siswa yang putus sekolah. Alasan terbesarnya karena pengaruh lingkungan yang tidak baik, kurangnya motivasi belajar, dan faktor keluarga yang tidak harmonis. Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi solusi, sekaligus momen untuk para guru bertindak nyata dalam mencegah siswa putus sekolah,” ujar Ruth dalam keterangan pers, Minggu (25/6/2023).
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2314 seconds (0.1#10.140)