Gelar Webinar Konseling Psikososial, KGSB Ajak Para Guru Kurangi Angka Putus Sekolah
loading...
A
A
A
BPS melalui Survey Ekonomi Nasional (Susenas) 2021 mengungkap bahwa, 76% keluarga mengakui anaknya putus sekolah karena alasan ekonomi. Sebagian besar yaitu 67,0% di antaranya tidak mampu membayar biaya sekolah, sementara sisanya yaitu 8,7% dikarenakan anak harus mencari nafkah.
Dosen Departemen Psikologi Universitas Brawijaya, Yuliezar Perwira Dara, S.Psi., M.Psi., Psikolog mengatakan bahwa penyebab putus sekolah tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, namun banyak faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut.
Beberapa diantaranya adalah pernikahan dini, bullying, kurangnya motivasi, kurangnya kesadaran siswa dan orang tua akan pendidikan, hingga keragaman atau heterogenitas siswa yang mengarah pada perilaku maladaptive, sehingga menyebabkan putus sekolah.
Adapun penanganan yang dapat dilakukan adalah melakukan prevensi jika permasalan belum terjadi dan intervensi jika sudah terjadi. Prevensi dapat dilakukan dalam empat hal, yaitu yang pertama dengan melakukan identifikasi dini kepada siswa yang berisiko putus sekolah.
Identifikasi dapat dilihat dari sikap, prilaku, dan kedisiplinan di sekolah. Kedua, pendampingan intensif oleh guru atau lingkungan siswa.
Dosen Departemen Psikologi Universitas Brawijaya, Yuliezar Perwira Dara, S.Psi., M.Psi., Psikolog mengatakan bahwa penyebab putus sekolah tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, namun banyak faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut.
Beberapa diantaranya adalah pernikahan dini, bullying, kurangnya motivasi, kurangnya kesadaran siswa dan orang tua akan pendidikan, hingga keragaman atau heterogenitas siswa yang mengarah pada perilaku maladaptive, sehingga menyebabkan putus sekolah.
Adapun penanganan yang dapat dilakukan adalah melakukan prevensi jika permasalan belum terjadi dan intervensi jika sudah terjadi. Prevensi dapat dilakukan dalam empat hal, yaitu yang pertama dengan melakukan identifikasi dini kepada siswa yang berisiko putus sekolah.
Identifikasi dapat dilihat dari sikap, prilaku, dan kedisiplinan di sekolah. Kedua, pendampingan intensif oleh guru atau lingkungan siswa.
Lihat Juga :