Kisah Putri, Anak Petani Asal NTB yang Bisa Kuliah Gratis di UGM Lewat SNBP 2023
loading...
A
A
A
Tidak jarang ia meminta Putri menjaga kambing dari sepulang sekolah sebelum bapaknya pulang kerja sebagai pegawai tidak tetap pendamping penyuluh pertanian. “Kadang saya suruh nunggu di bawah pohon asam sambil belajar,” kenangnya.’
Hadia menuturkan, penghasilan dari bertani jagung memang tidak menentu, namun tetap mereka bersyukur apalagi ada tambahan honor dari suaminya sebagai pegawai tidak tetap di kantor dinas pertanian Sumbawa Barat.
Baca juga: Gandeng PLN, Fakultas Teknik UI Kembangkan Isu Strategis Ketenagalistrikan
Kiswanto bercerita ia sudah menjadi tenaga pegawai tidak tetap sejak tahun 2008 setelah tidak lagi menjadi karyawan di perusahaan tambak udang di dekat pelabuhan Poto Tano.
Di awal bekerja honor Rp400 ribu lalu naik Rp700 ribu tiga tahun kemudian. Selanjutnya empat tahun setelahnya naik sekitar satu jutaan. “Kalau dibilang cukup atau tidak cukup, manusia itu merasa tidak pernah cukup. Tapi jika bicara sisi agama kita harus pandai mensyukuri saja,” ungkapnya.
Meski ia sempat khawatir saat Putri berniat untuk mendaftar kuliah di Universitas Gadjah Mada lewat jalur prestasi Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
“Sempat sedikit ragu takut nggak lolos beasiswa (KIP), takutnya nggak bisa biayain karena ada kakak saya yang masih kuliah. Bapak pesan kalau tidak lolos di negeri (PTN) tidak bisa lanjut kuliah dulu. Saya tetap berani daftar lewat jalur SNBP. Saya rajin salat dan berdoa agar bisa lolos,” kata Putri.
Setiap pagi ia diantar oleh ayahnya ke sekolah SMAN 1 Poto Tano. Ia banyak ikut kegiatan di sekolah mulai dari kegiatan OSIS, Pramuka, dan Pasukan Baris Berbaris.
Dalam kegiatan akademik, Putri selalu mendapat langganan juara satu di kelas. “Selama di SMA selalu juara satu. Kalau ada PR saya serahkan paling duluan,” katanya.
Sepulang sekolah Putri mengaku sering banyak belajar di kamar, bahkan saat diminta ibunya untuk menggembala kambing yang dilepas di sekitar, ia tidak segan-segan membawa buku atau belajar menggunakan internet di ponselnya.
Hadia menuturkan, penghasilan dari bertani jagung memang tidak menentu, namun tetap mereka bersyukur apalagi ada tambahan honor dari suaminya sebagai pegawai tidak tetap di kantor dinas pertanian Sumbawa Barat.
Baca juga: Gandeng PLN, Fakultas Teknik UI Kembangkan Isu Strategis Ketenagalistrikan
Kiswanto bercerita ia sudah menjadi tenaga pegawai tidak tetap sejak tahun 2008 setelah tidak lagi menjadi karyawan di perusahaan tambak udang di dekat pelabuhan Poto Tano.
Di awal bekerja honor Rp400 ribu lalu naik Rp700 ribu tiga tahun kemudian. Selanjutnya empat tahun setelahnya naik sekitar satu jutaan. “Kalau dibilang cukup atau tidak cukup, manusia itu merasa tidak pernah cukup. Tapi jika bicara sisi agama kita harus pandai mensyukuri saja,” ungkapnya.
Meski ia sempat khawatir saat Putri berniat untuk mendaftar kuliah di Universitas Gadjah Mada lewat jalur prestasi Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
“Sempat sedikit ragu takut nggak lolos beasiswa (KIP), takutnya nggak bisa biayain karena ada kakak saya yang masih kuliah. Bapak pesan kalau tidak lolos di negeri (PTN) tidak bisa lanjut kuliah dulu. Saya tetap berani daftar lewat jalur SNBP. Saya rajin salat dan berdoa agar bisa lolos,” kata Putri.
Setiap pagi ia diantar oleh ayahnya ke sekolah SMAN 1 Poto Tano. Ia banyak ikut kegiatan di sekolah mulai dari kegiatan OSIS, Pramuka, dan Pasukan Baris Berbaris.
Dalam kegiatan akademik, Putri selalu mendapat langganan juara satu di kelas. “Selama di SMA selalu juara satu. Kalau ada PR saya serahkan paling duluan,” katanya.
Sepulang sekolah Putri mengaku sering banyak belajar di kamar, bahkan saat diminta ibunya untuk menggembala kambing yang dilepas di sekitar, ia tidak segan-segan membawa buku atau belajar menggunakan internet di ponselnya.