Cerita 3 Mahasiswa Baru UGM dari Wilayah Tertinggal, No 1 Berhasil Diterima di Kedokteran
loading...
A
A
A
JAKARTA - Universitas Gadjah Mada (UGM) memperluas akses pendidikan bagi mahasiswa dari wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) untuk kuliah di kampusnya. Ini adalah cerita 3 mahasiswa baru dari sekian mahasiswa 3T yang diterima di UGM.
Komitmen UGM untuk memperkuat inklusivitas keragaman dan menerima mahasiswa 3T itu dilakukan dengan penjaringan kandidat potensial jalur Penelusuran Bibit Unggul Daerah 3T dan Penelusuran Bibit Unggul Daerah Afirmasi Kegiatan Tri Dharma UGM.
Insyirah Qalbunita Rahayan atau yang akrab disapa Caca ini mengaku masih tidak menyangka dia yang berasal dari daerah terpencil bisa lolos masuk PTN yang dipimpin Rektor Ova Emilia. “Saya sangat bersyukur, bangga dan senang sekali,” katanya, dikutip dari laman UGM, Jumat (25/8/2023).
Mahasiswa Kedokteran asal Maluku Tenggara ini memang sejak kecil sudah bercita-cita ingin menjadi dokter. Mengingat daerah tempat tinggalnya yang sangat kekurangan tenaga dokter dan prospek kerja yang belum luas bagi tenaga dokter, inilah yang memotivasi Caca, untuk bertekad melalui serangkaian seleksi masuk UGM.
Baca juga: Sosok Farrel, Penyandang Tuna Netra Lulus Cum Laude Jurusan Hukum UGM
”Saat itu saya sedang menuju ke daerah lokasi Tes SNBT di Kepulauan Aru dengan menggunakan transportasi laut. Ketika kapal sudah bersandar di pelabuhan, saya mendapat notifikasi WhatsApp kalau saya ternyata masuk di grup wawancara PBU 3T,” cerita dia.
Kemudian hari kelima menjelang Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT), Caca diberitahu oleh salah satu dosen di grup WhatsApp tersebut untuk mengikuti wawancara. Ternyata jadwal wawancaranya bertepatan dengan jadwal Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK).
Tentu saja, perasaan Caca saat itu sempat panik, stres dan bimbang. Namun, dengan dukungan dari orang tua, Caca mampu membuat keputusan bijak, yaitu dengan mengorbankan salah satu diantara kedua jalur masuk yang akan diikutinya dan bertekad mengikuti wawancara Jalur PBU 3T yang sudah separuh jalan.
Insyirah Qalbunita Rahayan. Foto/UGM.
Sisa waktu menuju tes wawancara digunakannya dengan baik. Alih-alih panik, stres dan bimbang, Caca menggunakan waktu 5 hari sebelum wawancara untuk belajar dan berlatih wawancara dan pastinya ia melakukan perasiapan diri secara fisik dan mental. “Yang terpenting, tidak lupa berdoa dan serahkan semua ke Tuhan Yang Maha Esa,” katanya.
Seminggu setelah wawancara, pengumuman hasil PBU Kemitraan diumumkan. ”Saat membuka pengumuman, di rumah hanya ada saya, paman, dan saudara. Orang tua saya sedang berada di luar kota. Sebelum saya membuka laman untuk melihat hasilnya, saya berdoa: “Ya Allah, hamba serahkan semua kepadamu, yang terbaik untuk hamba. Apapun hasilnya itulah yang terbaik. Hamba ikhlas ya Allah,” katanya.
Caca tidak menduga, jika hasil pengumuman seleksi menyatakan dirinya diterima di Universitas Gadjah Mada, Program Studi Pendidikan Dokter. ”Rasanya seperti mimpi melihat di laman penerimaan, nama saya tertulis ”diterima,” kenangnya.
Komitmen UGM untuk memperkuat inklusivitas keragaman dan menerima mahasiswa 3T itu dilakukan dengan penjaringan kandidat potensial jalur Penelusuran Bibit Unggul Daerah 3T dan Penelusuran Bibit Unggul Daerah Afirmasi Kegiatan Tri Dharma UGM.
1. Insyirah Qalbunita Rahayan
Insyirah Qalbunita Rahayan atau yang akrab disapa Caca ini mengaku masih tidak menyangka dia yang berasal dari daerah terpencil bisa lolos masuk PTN yang dipimpin Rektor Ova Emilia. “Saya sangat bersyukur, bangga dan senang sekali,” katanya, dikutip dari laman UGM, Jumat (25/8/2023).
Mahasiswa Kedokteran asal Maluku Tenggara ini memang sejak kecil sudah bercita-cita ingin menjadi dokter. Mengingat daerah tempat tinggalnya yang sangat kekurangan tenaga dokter dan prospek kerja yang belum luas bagi tenaga dokter, inilah yang memotivasi Caca, untuk bertekad melalui serangkaian seleksi masuk UGM.
Baca juga: Sosok Farrel, Penyandang Tuna Netra Lulus Cum Laude Jurusan Hukum UGM
”Saat itu saya sedang menuju ke daerah lokasi Tes SNBT di Kepulauan Aru dengan menggunakan transportasi laut. Ketika kapal sudah bersandar di pelabuhan, saya mendapat notifikasi WhatsApp kalau saya ternyata masuk di grup wawancara PBU 3T,” cerita dia.
Kemudian hari kelima menjelang Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT), Caca diberitahu oleh salah satu dosen di grup WhatsApp tersebut untuk mengikuti wawancara. Ternyata jadwal wawancaranya bertepatan dengan jadwal Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK).
Tentu saja, perasaan Caca saat itu sempat panik, stres dan bimbang. Namun, dengan dukungan dari orang tua, Caca mampu membuat keputusan bijak, yaitu dengan mengorbankan salah satu diantara kedua jalur masuk yang akan diikutinya dan bertekad mengikuti wawancara Jalur PBU 3T yang sudah separuh jalan.
Insyirah Qalbunita Rahayan. Foto/UGM.
Sisa waktu menuju tes wawancara digunakannya dengan baik. Alih-alih panik, stres dan bimbang, Caca menggunakan waktu 5 hari sebelum wawancara untuk belajar dan berlatih wawancara dan pastinya ia melakukan perasiapan diri secara fisik dan mental. “Yang terpenting, tidak lupa berdoa dan serahkan semua ke Tuhan Yang Maha Esa,” katanya.
Seminggu setelah wawancara, pengumuman hasil PBU Kemitraan diumumkan. ”Saat membuka pengumuman, di rumah hanya ada saya, paman, dan saudara. Orang tua saya sedang berada di luar kota. Sebelum saya membuka laman untuk melihat hasilnya, saya berdoa: “Ya Allah, hamba serahkan semua kepadamu, yang terbaik untuk hamba. Apapun hasilnya itulah yang terbaik. Hamba ikhlas ya Allah,” katanya.
Caca tidak menduga, jika hasil pengumuman seleksi menyatakan dirinya diterima di Universitas Gadjah Mada, Program Studi Pendidikan Dokter. ”Rasanya seperti mimpi melihat di laman penerimaan, nama saya tertulis ”diterima,” kenangnya.