Perpusnas Bahas Peran Perpustakaan dalam Masyarakat Inklusif di Kongres Dunia WLIC-IFLA 2023
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ( Perpusnas ) berpartisipasi dalam Kongres Perpustakaan dan Informasi Dunia (World Library and Information Congress – WILC) International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA) ke-88. Para peserta dari berbagai negara berkumpul di Rotterdam, Belanda.
Presiden IFLA Barbara Lison menyampaikan tema yang diusung oleh tuan rumah Belanda untuk tahun ini adalah "Let's Library". Konsep unik tema ini dirumuskan dengan ciri khas bahasa Belanda di mana kata benda dapat berubah menjadi kata kerja.
"Hal ini mengilhami makna lebih dalam terkait peran perpustakaan dalam masyarakat," ungkap Barbara dalam pembukaan WLIC IFLA 2023 belum lama ini, dalam keterangan resmi, Kamis (31/8/2023).
Presiden Barbara Lison menjelaskan tema konferensi ini 'Let's Library, memiliki arti yang mendalam.
"Kami bisa mengambil kesimpulan bahwa perpustakaan tidak hanya menjadi objek, tetapi juga menjadi tindakan. Perpustakaan adalah tempat untuk beraksi, berbagi, dan berkreasi. Masyarakat dapat merasakannya dalam banyak aspek kehidupan sehari-hari," jelasnya.
Baca juga: Bantu Kurangi Polusi, Siswa JIS Kembangkan Software untuk Nelayan Berlayar Tanpa Solar
Selama WLIC IFLA 2023, lanjutnya, lebih dari 230 sesi kelas dan pertemuan telah diadakan. Para peserta dari berbagai negara dan latar belakang profesional menghadiri acara ini untuk memperdalam pemahaman tentang peran perpustakaan dalam masyarakat modern yang semakin kompleks.
"WLIC IFLA 2023 telah memberikan kesempatan bagi kita semua untuk berbagi pandangan, tantangan, dan solusi yang dapat diadaptasi dan diimplementasikan di berbagai belahan dunia. Perpustakaan bukan hanya tentang mengumpulkan dan menyebarkan pengetahuan, tetapi juga tentang memajukan masyarakat dan keberlanjutan global," ujar Presiden IFLA.
Dia berharap WLIC IFLA 2023 akan terus memberikan dampak positif dalam memajukan peran perpustakaan di tengah perkembangan dan dinamika Masyarakat modern.
“Dengan semangat ‘Let’s Library’, perpustakaan diharapkan dapat terus menjadi pusta aktivitas, kreativitas, diskusi dan berbagi pengetahuan bagi Masyarakat global,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menyebut Perpusnas mendapat apresiasi yang luar biasa dari para peserta kongres melalui program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS).
Baca juga: Ini Beda Kurikulum Merdeka Belajar dan Kurikulum Sebelumnya, Lebih Baik Mana?
Para peserta ini meliputi kepala perpustakaan, perwakilan lembaga dan parlemen, pegiat literasi, serta perpustakaan dari seluruh penjuru dunia.
"Perpusnas Indonesia mendapat perhatian dari para kepala perpustakaan seluruh dunia karena terobosannya program TPBIS yang mampu memberdayakan perpustakaan dalam mensejahterakan masyarakat," ungkapnya.
Kepala Perpusnas menambahkan dalam upaya meningkatkan indeks literasi masyarakat, Perpusnas juga telah memberikan kontribusi nyata dengan melibatkan seluruh komponen bangsa, termasuk kerjasama dengan eksekutif, legislatif, yudikatif, TNI, POLRI, hingga kolaborasi dengan penggiat literasi di seluruh Indonesia.
Lebih lanjut dijelaskan, upaya ini diiringi dengan pembangunan infrastruktur perpustakaan yang merata. Seperti pembangunan gedung perpustakaan, sumbangan koleksi, teknologi informasi.
"Bahkan dengan menghadirkan perpustakaan begerak seperti Mobil Perpustakaan Keliling (MPK), Motor Perpustakaan, perahu pustaka, kuda pustaka, becak pustaka, hingga angkot pustaka," katanya.
Kepala Perpusnas menekankan bahwa paradigma perpustakaan telah berubah. Perpustakaan berusaha untuk merangkul masyarakat luas, perpustakaan menjangkau masyarakat.
Beberapa inisiatif telah diambil, termasuk melalui pengembangan aplikasi seperti iPusnas, BintangPusnas, Indonesia One Search (IOS), Khastara, dan beragam konten yang dikreasikan oleh para konten kreator.
"Langkah ini menjadikan Perpusnas sebagai perpustakaan terkemuka di dunia dengan prinsip open akses untuk koleksi referensi dan jurnal ilmiah," ungkapnya.
Pada konferensi IFLA tahun ini, Perpusnas berhasil mengirimkan delegasi yang diwakili oleh Soraya Hariyani Putri dan Sadariyah Ariningrum Wijiastuti, dengan tulisan yang menarik berjudul "Reference Service Crisis in Research: Threat or Opportunity for Librarian?".
Di sela-sela konferensi, Kepala Perpusnas juga telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Perpustakaan Nasional Qatar. Kerja sama tersebut terkait peminjaman koleksi yang dimiliki oleh masing-masing perpustakaan.
Perpusnas juga turut aktif dengan membuka booth pameran yang menampilkan berbagai informasi mengenai TPBIS yang telah sukses dijalankan.
Pengunjung dapat melihat secara langsung dampak positif yang dihasilkan oleh para pegiat literasi di berbagai daerah di Indonesia dalam meningkatkan minat baca masyarakat.
Selain itu, koleksi naskah kuno dari perpusnas yang telah diakui sebagai "Memory of The World" oleh UNESCO turut dipamerkan. Koleksi naskah kuno tersebut memberikan gambaran tentang sejarah dan kekayaan budaya Indonesia.
Presiden IFLA Barbara Lison menyampaikan tema yang diusung oleh tuan rumah Belanda untuk tahun ini adalah "Let's Library". Konsep unik tema ini dirumuskan dengan ciri khas bahasa Belanda di mana kata benda dapat berubah menjadi kata kerja.
"Hal ini mengilhami makna lebih dalam terkait peran perpustakaan dalam masyarakat," ungkap Barbara dalam pembukaan WLIC IFLA 2023 belum lama ini, dalam keterangan resmi, Kamis (31/8/2023).
Presiden Barbara Lison menjelaskan tema konferensi ini 'Let's Library, memiliki arti yang mendalam.
"Kami bisa mengambil kesimpulan bahwa perpustakaan tidak hanya menjadi objek, tetapi juga menjadi tindakan. Perpustakaan adalah tempat untuk beraksi, berbagi, dan berkreasi. Masyarakat dapat merasakannya dalam banyak aspek kehidupan sehari-hari," jelasnya.
Baca juga: Bantu Kurangi Polusi, Siswa JIS Kembangkan Software untuk Nelayan Berlayar Tanpa Solar
Selama WLIC IFLA 2023, lanjutnya, lebih dari 230 sesi kelas dan pertemuan telah diadakan. Para peserta dari berbagai negara dan latar belakang profesional menghadiri acara ini untuk memperdalam pemahaman tentang peran perpustakaan dalam masyarakat modern yang semakin kompleks.
"WLIC IFLA 2023 telah memberikan kesempatan bagi kita semua untuk berbagi pandangan, tantangan, dan solusi yang dapat diadaptasi dan diimplementasikan di berbagai belahan dunia. Perpustakaan bukan hanya tentang mengumpulkan dan menyebarkan pengetahuan, tetapi juga tentang memajukan masyarakat dan keberlanjutan global," ujar Presiden IFLA.
Dia berharap WLIC IFLA 2023 akan terus memberikan dampak positif dalam memajukan peran perpustakaan di tengah perkembangan dan dinamika Masyarakat modern.
“Dengan semangat ‘Let’s Library’, perpustakaan diharapkan dapat terus menjadi pusta aktivitas, kreativitas, diskusi dan berbagi pengetahuan bagi Masyarakat global,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menyebut Perpusnas mendapat apresiasi yang luar biasa dari para peserta kongres melalui program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS).
Baca juga: Ini Beda Kurikulum Merdeka Belajar dan Kurikulum Sebelumnya, Lebih Baik Mana?
Para peserta ini meliputi kepala perpustakaan, perwakilan lembaga dan parlemen, pegiat literasi, serta perpustakaan dari seluruh penjuru dunia.
"Perpusnas Indonesia mendapat perhatian dari para kepala perpustakaan seluruh dunia karena terobosannya program TPBIS yang mampu memberdayakan perpustakaan dalam mensejahterakan masyarakat," ungkapnya.
Kepala Perpusnas menambahkan dalam upaya meningkatkan indeks literasi masyarakat, Perpusnas juga telah memberikan kontribusi nyata dengan melibatkan seluruh komponen bangsa, termasuk kerjasama dengan eksekutif, legislatif, yudikatif, TNI, POLRI, hingga kolaborasi dengan penggiat literasi di seluruh Indonesia.
Lebih lanjut dijelaskan, upaya ini diiringi dengan pembangunan infrastruktur perpustakaan yang merata. Seperti pembangunan gedung perpustakaan, sumbangan koleksi, teknologi informasi.
"Bahkan dengan menghadirkan perpustakaan begerak seperti Mobil Perpustakaan Keliling (MPK), Motor Perpustakaan, perahu pustaka, kuda pustaka, becak pustaka, hingga angkot pustaka," katanya.
Kepala Perpusnas menekankan bahwa paradigma perpustakaan telah berubah. Perpustakaan berusaha untuk merangkul masyarakat luas, perpustakaan menjangkau masyarakat.
Beberapa inisiatif telah diambil, termasuk melalui pengembangan aplikasi seperti iPusnas, BintangPusnas, Indonesia One Search (IOS), Khastara, dan beragam konten yang dikreasikan oleh para konten kreator.
"Langkah ini menjadikan Perpusnas sebagai perpustakaan terkemuka di dunia dengan prinsip open akses untuk koleksi referensi dan jurnal ilmiah," ungkapnya.
Pada konferensi IFLA tahun ini, Perpusnas berhasil mengirimkan delegasi yang diwakili oleh Soraya Hariyani Putri dan Sadariyah Ariningrum Wijiastuti, dengan tulisan yang menarik berjudul "Reference Service Crisis in Research: Threat or Opportunity for Librarian?".
Di sela-sela konferensi, Kepala Perpusnas juga telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Perpustakaan Nasional Qatar. Kerja sama tersebut terkait peminjaman koleksi yang dimiliki oleh masing-masing perpustakaan.
Perpusnas juga turut aktif dengan membuka booth pameran yang menampilkan berbagai informasi mengenai TPBIS yang telah sukses dijalankan.
Pengunjung dapat melihat secara langsung dampak positif yang dihasilkan oleh para pegiat literasi di berbagai daerah di Indonesia dalam meningkatkan minat baca masyarakat.
Selain itu, koleksi naskah kuno dari perpusnas yang telah diakui sebagai "Memory of The World" oleh UNESCO turut dipamerkan. Koleksi naskah kuno tersebut memberikan gambaran tentang sejarah dan kekayaan budaya Indonesia.
(nnz)