Politeknik Negeri Jakarta Buat Genteng dari Limbah Plastik, Kuat dan Lebih Murah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dosen dan mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) membuat inovasi genteng berbasis limbah plastik. Genteng ini bisa menjadi alternatif genteng dari tanah liat maupun metal yang selama ini banyak digunakan di masyarakat.
Genteng plentong berbasis limbah plastik ini dirancang oleh tim dosen dan mahasiswa lintas jurusan di Politeknik Negeri Jakarta. Ketua pelaksananya adalah Nunung Martina.
Menurut mahasiswa PNJ, Jenni Nur Andini dan Ghania, inovasi genteng ini dibuat tim dengan menggunakan polybutylene terephthalate (PBT) dan glass fiber 30 (GF30) dan limbah plastik.
"Limbah plastik itu yang kita pakai ialah dari botol-botol plastik. Inovasi ini memang kami hadirkan untuk menjawab masalah limbah plastik yang semakin membahayakan di masyarakat," tutur Ghania, saat ditemui di stan PNJ di TEI 2023, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Competitive Fund Vokasi Siapkan Lulusan dengan Kompetensi Global
Data dari Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) menyebutkan Indonesia adalah negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China. Setiap tahunnya ada 3,2 juta ton sampah plastik yang tidak terkelola.
Selain untuk mendaur ulang kembali limbah plastik, genteng plentong ini dihadirkan sebagai alternatif genteng tanah liat, kemarik, beton, maupun metal yang saat ini banyak digunakan sebagai atap bagi tempat tinggal masyarakat.
Hadirnya genteng plastik ini, menurut Ghania, memiliki sejumlah keunggulan. Seperti dari segi keamanan. Genteng plastik dinilai lebih aman karena tidak mudah pecah dan melukai manusia seperti genteng tanah liat dan keramik.
Baca juga: Produk Unggulan SMK dan Politeknik akan Unjuk Gigi di TEI dan JMFW
Indonesia yang berada di kawasan cincin api dan rutin mengalami gempa bumi pun membutuhkan material bangunan yang lebih fleksibel. Oleh karena itu genteng plastik yang tidak mudah pecah saat gempa ini pun lebih aman untuk dipakai ketimbang genteng tanah liat.
"Kami membuat produk yang memang untuk keamananya jauh lebih baik. Bahkan genteng plastik ini lebih ringan, sekitar 50 persen lebih ringan dari genteng konvensional," imbuhnya.
Genteng plentong berbasis limbah plastik ini dirancang oleh tim dosen dan mahasiswa lintas jurusan di Politeknik Negeri Jakarta. Ketua pelaksananya adalah Nunung Martina.
Menurut mahasiswa PNJ, Jenni Nur Andini dan Ghania, inovasi genteng ini dibuat tim dengan menggunakan polybutylene terephthalate (PBT) dan glass fiber 30 (GF30) dan limbah plastik.
"Limbah plastik itu yang kita pakai ialah dari botol-botol plastik. Inovasi ini memang kami hadirkan untuk menjawab masalah limbah plastik yang semakin membahayakan di masyarakat," tutur Ghania, saat ditemui di stan PNJ di TEI 2023, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Competitive Fund Vokasi Siapkan Lulusan dengan Kompetensi Global
Data dari Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) menyebutkan Indonesia adalah negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China. Setiap tahunnya ada 3,2 juta ton sampah plastik yang tidak terkelola.
Selain untuk mendaur ulang kembali limbah plastik, genteng plentong ini dihadirkan sebagai alternatif genteng tanah liat, kemarik, beton, maupun metal yang saat ini banyak digunakan sebagai atap bagi tempat tinggal masyarakat.
Hadirnya genteng plastik ini, menurut Ghania, memiliki sejumlah keunggulan. Seperti dari segi keamanan. Genteng plastik dinilai lebih aman karena tidak mudah pecah dan melukai manusia seperti genteng tanah liat dan keramik.
Baca juga: Produk Unggulan SMK dan Politeknik akan Unjuk Gigi di TEI dan JMFW
Indonesia yang berada di kawasan cincin api dan rutin mengalami gempa bumi pun membutuhkan material bangunan yang lebih fleksibel. Oleh karena itu genteng plastik yang tidak mudah pecah saat gempa ini pun lebih aman untuk dipakai ketimbang genteng tanah liat.
"Kami membuat produk yang memang untuk keamananya jauh lebih baik. Bahkan genteng plastik ini lebih ringan, sekitar 50 persen lebih ringan dari genteng konvensional," imbuhnya.