Kisah Perjuangan Anak Penjual Pentol Lolos IISMA ke Jerman

Senin, 20 November 2023 - 11:21 WIB
loading...
Kisah Perjuangan Anak Penjual Pentol Lolos IISMA ke Jerman
Amanda Debi Arafah, anak penjual pentol dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) lolos IISMA ke Jerman. Foto/Ditjen Vokasi.
A A A
JAKARTA - IISMA menjadi program Kemendikbudristek untuk memberi pengalaman mahasiswa belajar satu semester di luar negeri. Salah satu mahasiswa yang mendapatkannya adalah anak seorang penjual pentol, Amanda Debi Arafah.

Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) memang menjadi program yang dinanti banyak mahasiswa sarjana dan vokasi untuk merasakan perkuliahan di universitas-universitas terkemuka dunia.

Baca juga: Raih IISMA ke Amerika, Mahasiswi Unair Ini Terpilih Jadi Asisten Riset di UC Davis

Berikut ini cerita dari Amanda yang saat ini berkuliah di Politeknik Elektronika Negeri Surabata (PNS) yang saat ini mengikuti program IISMA di Deggendorf Institute of Technology, Jerman.

Anak Penjual Pentol Keliling


Ketika dinyatakan lolos IISMA ke Negeri Bavaria, kegamangan merasuki dirinya. Hal ini tak lain karena masalah biaya yang harus ia tanggung untuk berangkat ke Jerman.

“Ketika hari pengumuman tiba, saya begitu excited sekaligus cemas. Karena jika diterima akan banyak persiapan lagi, baik dari sisi kelengkapan maupun pendanaan,” katanya, dikutip dari laman Ditjen Pendidikan Vokasi, Senin (20/11/2023).

Tak mau membebani sang ayah yang hanya berjualan pentol keliling, Amanda pun berusaha mendapatkan uang tambahan dengan mengajar. Kebetulan Amanda juga seorang guru les sehingga upah mengajar yang ia dapat bisa ditabung untuk persiapan IISMA.

“Saya mulai mengumpulkan hasil tabungan selama mengajar. Kemudian, dibantu oleh Ibu juga yang menerima order rajutan di rumah,” ungkap Amanda.

Berkat kegigihan dan perjuangan ini, Amanda pun mampu memenuhi segala dokumen dan persyaratan guna membawanya ke Jakarta untuk transit kemudian bertolak ke Jerman.

Culture Shock


Penerima KIP Kuliah ini mengaku bisa berada dan berkuliah di Jerman merupakan pengalaman pertamanya. Dan ia mengaku merasakan kedisiplinan yang benar-benar tinggi di Jerman.

Alumnus MAN 2 Kediri merasakan kebiasaan masyarakat Jerman seperti berjalan kaki, memilih dan membuang sampah pada tempat yang sesuai, tepat waktu pada janji temu, self service, dan lainnya yang berbeda dari keseharian di Indonesia.

Dari segi perkuliahan, awardee di Deggendorf Institute of Technology (DIT) tergolong dalam international student winter semester, mahasiswa diberi kebebasan untuk memilih course dengan minimal ECTS sebanyak 15.

Dengan memilih Jurusan General Engineering, dia pun mengambil beberapa course yang linier dengan mata kuliah yang ada pada jurusannya di Teknik Mekatronika PENS, seperti Microcontroller, Solidworks, Quality Management, Matlab for Engineering, dan Scientific Writing.

Dia menerangkan, mahasiswa di DIT juga tidak dituntut untuk selalu hadir di kelas selama assignment dan assessment dari course tersebut terpenuhi.

“Kampus sangat memfasilitasi mahasiswanya untuk menunjang pembelajaran lebih baik. Contohnya dengan adanya akses computer laboratory dengan penyimpanan yang telah terkoneksi dengan akun milik masing-masing mahasiswa," ujarnya.

Baca juga: IISMA Buka Jalan Mahasiswa PNJ Meraih Beasiswa S2 di Coventry University

"Mahasiswa dapat menggunakan berbagai software dan ketika file dari software tersebut selesai dibuat akan secara otomatis dapat tersimpan pada akun mahasiswa,” terang Amanda.

Healing dengan Hiking


Mahasiswi semester 7 PENS ini mengakui meski disibukkan dengan perkuliahan, dia masih bisa mengikuti kegiatan komunitas kampus dengan mahasiswa internasional yang lain. Komunitas ESN (Erasmus Student Networking) merupakan komunitas tempat berkumpulnya mahasiswa internasional untuk lebih mengenal satu sama lain dan saling berkolaborasi.

“Salah satu kegiatan yang paling berkesan adalah saat bersama komunitas melakukan pendakian ke salah satu gunung dengan ketinggian sekitar 1.500 m di Bavarian National Park Germany,” ujar Amanda.

Selain itu, Amanda dan teman-teman awardee DIT juga sering menghabiskan waktu di akhir pekan untuk menjelajah daerah di sekitar kampus, dengan memanfaatkan Deutshland ticket khusus mahasiswa untuk mengakses seluruh transportasi regional dengan harga terjangkau sebesar 29 Euro per bulan. Tiket tersebut memudahkan mereka untuk menggunakan seluruh transportasi di negara Jerman dengan gratis, bahkan bisa juga digunakan hingga ke beberapa negara tetangga Jerman seperti Austria.

Dengan berbagai pengalaman yang sudah diperoleh, Amanda mengaku tidak henti-hentinya mengucap syukur. Menurutnya, berbagai pengalaman baru selama tinggal dan belajar di Eropa telah mengajarkan banyak hal, termasuk bagaimana mengoptimalkan potensi dan personal value.

“Pengalaman ini mengubah pandangan saya dan makin memantapkan saya untuk berjuang lebih keras lagi ke depan,” kata Amanda yang ingin kuliahMaster Bidang Engineering di luar negeri setelah lulus nanti.
(nnz)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1365 seconds (0.1#10.140)