Cerita Rivaldy, Penerima Beasiswa ADik dari Papua Lulus Kedokteran di UGM

Kamis, 07 Desember 2023 - 09:20 WIB
loading...
A A A
”Saya pun harus rutin berkonsultasi dengan psikiater untuk menumbuhkan kembali motivasi belajar. Belajar di kedokteran sangat sulit, apalagi yang tidak minat 100 persen tentunya mengalami kesulitan juga dalam beradaptasi. Sistem belajar di kedokteran berputar dan bergerak maju sangat cepat,” terangnya.

Meski demikian, menuntut ilmu di FKKMK UGM telah menempanya mendapat banyak pengalaman. Belajar menjadi dokter, menurut Rivaldy, belajar menjadi leader yang bertanggung jawab dan mampu memberikan keputusan yang tepat dan cepat.

Mempelajari ilmu kedokteran telah menjadikannya lebih mampu untuk bisa memahami tentang tubuhnya sendiri, orang lain, dan lingkungan. Kebiasaan-kebiasaan yang baik dan tidak baik tentunya dapat berdampak bagi kehidupan pribadi maupun lingkungan sekitar.

Baca juga: Cerita Lunar, Peraih Beasiswa ADik di UNUD Asal Papua dan Mimpinya Bisa ke Jepang

Kemampuan dalam berteman dan mencari koneksi, menurut Rivaldy, menjadi salah satu kunci. Menurutnya, itu perlu dilakukan agar tetap mampu bertahan kuliah dan menunjang proses-proses belajar berikutnya.

Meski tidak memiliki strategi khusus dalam belajar, Rivaldy terus belajar mencintai Program Studi Pendidikan Dokter. Ini terus ia tumbuhkan agar niat dan minat belajarnya semakin kuat dan konsisten.

”Niat dan ketekunan menjadi hal terpenting yang harus dipupuk dan lakukan,” ungkapnya.

Ingin Mengabdi Jadi Dokter di Daerahnya


Kini Rivaldy menjalani pendidikan co-asst sebelum menyandang profesi seorang dokter. Ia berencana kembali ke Nabire setelah lulus menjadi dokter nanti. Ia berangan-angan bisa mendalami Ilmu Obstetri dan Ginekologi, dan bercita-cita menjadi dokter spesialis bedah dan kandungan.

”Di luar kegiatan co-asst ingin sih menambah pengetahuan dengan mengambil studi magister dalam bidang bisnis dan manajemen,” papar wisudawan dengan indeks prestasi 3,3 ini.

Meskipun nantinya menekuni profesi dokter di Nabire, Rivaldy masih menyimpan keinginan lama yaitu membuka bisnis di bidang fashion. Bukan tanpa sebab, karena di daerah asalnya Nabire banyak ditemui pengrajin seperti pembuat tas noken (tas tradisional Papua), hiasan, kalung dan lain sebagainya.

Tidak hanya itu, ia nantinya ingin membantu mengembangkan pendidikan jenjang SD, SMP dan SMA di Papua Tengah. Ia berharap agar anak-anak di Papua Tengah memiliki kesempatan yang sama dalam belajar.

”Saya ingin membuka usaha itu sekaligus memfasilitasi para pengrajin yang mayoritas ibu- ibu dan anak muda untuk mengembangkan keahlian dan membuka lapangan pekerjaan bagi mereka,” tutur Rivaldy, wisudawan kelahiran tahun 2000 ini.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1931 seconds (0.1#10.140)