Cerita Rivaldy, Penerima Beasiswa ADik dari Papua Lulus Kedokteran di UGM
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penerima beasiswa ADik dari Nabire, Papua Tengah Rivaldy Bram Waromi berhasil lulus S1 Kedokteran dari UGM. Dia adalah salah satu dari 72 lulusan dari daerah 3T (Terdepan, Terpencil, Terluar).
Rivaldy lulus dari Program Studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan diwisuda pada Wisuda Program Sarjana dan Sarjana Terapan Periode I TA 2023/2024 November 2023 lalu.
Rivaldy mengaku begadang selamaman menjelang upacara wisuda dan juga mensyukuri berkah perjalanannya bisa mencapai gelar Sarjana Kedokteran UGM.
Dia begitu menanti momen-momen bersejarah menerima ijazah tersebut. ”Ini peristiwa yang saya tunggu, terkadang masih belum percaya dengan capaian ini. Jauh saya dari Nabire, Papua akhirnya lulus, Puji Syukur,” katanya, dikutip dari laman UGM, Kamis (7/12/2023).
Baca juga: 9 PTN yang Memiliki Rumah Sakit Pendidikan, Fasilitas Penting untuk Daftar Kedokteran
Kebahagiannya makin sempurna karena ayah dan ibunya terbang dari Papua Tengah guna menyaksikan momen bersejarah Rivaldy. Orang tuanya menyaksikannya menerima ijazah kedokteran UGM sebagai bukti perjuangannya selama ini.
Meski lulus dalam rentang waktu 10 semester, Rivaldy tetap bangga dan mendedikasikannya bagi semua khususnya warga Nabire. Baginya setiap orang memiliki cara belajar yang berbeda-beda, dan ia lebih suka belajar secara bekelompok dan melakukan diskusi bersama.
Sempat berminat melanjutkan belajar seni setelah lulus SMA, Rivaldy diremehkan dan tidak dipercaya bisa masuk Fakultas Kedokteran UGM oleh teman-temannya. Memang diakuinya, ia sempat merasakan keragu-raguan itu, namun kedua orang tua terus mendorongnya untuk mencoba.
”Saya ditentang untuk pilih seni, orang tua mendorong untuk kedokteran. Saya tes dan saat pengumuman ternyata saya lulus pada pilihan pertama. Saya pun kuliah di Program Studi Kedokteran sampai sekarang, dan kini saya menjalani koas,” tuturnya.
Bukan saat kuliah di FKKMK UGM saja Rivaldy mendapatkan beasiswa afirmasi, ternyata saat di SMA ia juga mendapatkan beasiswa jalur Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM).
Setelah lulus SMA, ia pun mendapatkan kesempatan yang sama mengikuti tes dari program ADik (Afirmasi Pendidikan Tinggi) untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Baca juga: Beasiswa KAGAMA untuk Mahasiswa UGM, Buruan Daftar !
Ia mengaku tak mudah untuk lolos seleksi beasiswa jalur afirmasi karena harus bersaing dengan teman-teman dari berbagai daerah di Indonesia yang tiap tahun selalu dibanjiri peminat ini.
”Menyicil nilai rata-rata yang baik sejak semester satu duduk di bangku SMA adalah jalan ninjanya agar bisa lolos beasiswa ADik. Termasuk tekun dengan mengikuti kursus pada mata pelajaran yang kurang dikuasainya. Berlatih menjawab soal untuk menambah variasi penyelesaian masalah, dan juga belajar mandiri mencari referensi belajar penyelesaian soal dari kanal YouTube,” imbuhnya.
Ia mengaku awal-awal masa kuliah di FKKMK UGM, ia mengaku mengalami kesulitan. Bahkan, saking tidak mudahnya mempelajari ilmu kedokteran, nilainya tidak pernah stabil cenderung menurun.
Rivaldy lulus dari Program Studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan diwisuda pada Wisuda Program Sarjana dan Sarjana Terapan Periode I TA 2023/2024 November 2023 lalu.
Momen Bersejarah Putra Asli Nabire
Rivaldy mengaku begadang selamaman menjelang upacara wisuda dan juga mensyukuri berkah perjalanannya bisa mencapai gelar Sarjana Kedokteran UGM.
Dia begitu menanti momen-momen bersejarah menerima ijazah tersebut. ”Ini peristiwa yang saya tunggu, terkadang masih belum percaya dengan capaian ini. Jauh saya dari Nabire, Papua akhirnya lulus, Puji Syukur,” katanya, dikutip dari laman UGM, Kamis (7/12/2023).
Baca juga: 9 PTN yang Memiliki Rumah Sakit Pendidikan, Fasilitas Penting untuk Daftar Kedokteran
Kebahagiannya makin sempurna karena ayah dan ibunya terbang dari Papua Tengah guna menyaksikan momen bersejarah Rivaldy. Orang tuanya menyaksikannya menerima ijazah kedokteran UGM sebagai bukti perjuangannya selama ini.
Diragukan Bisa Masuk Kedokteran UGM
Meski lulus dalam rentang waktu 10 semester, Rivaldy tetap bangga dan mendedikasikannya bagi semua khususnya warga Nabire. Baginya setiap orang memiliki cara belajar yang berbeda-beda, dan ia lebih suka belajar secara bekelompok dan melakukan diskusi bersama.
Sempat berminat melanjutkan belajar seni setelah lulus SMA, Rivaldy diremehkan dan tidak dipercaya bisa masuk Fakultas Kedokteran UGM oleh teman-temannya. Memang diakuinya, ia sempat merasakan keragu-raguan itu, namun kedua orang tua terus mendorongnya untuk mencoba.
”Saya ditentang untuk pilih seni, orang tua mendorong untuk kedokteran. Saya tes dan saat pengumuman ternyata saya lulus pada pilihan pertama. Saya pun kuliah di Program Studi Kedokteran sampai sekarang, dan kini saya menjalani koas,” tuturnya.
Jalan Ninja Lolos Beasiswa ADik
Bukan saat kuliah di FKKMK UGM saja Rivaldy mendapatkan beasiswa afirmasi, ternyata saat di SMA ia juga mendapatkan beasiswa jalur Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM).
Setelah lulus SMA, ia pun mendapatkan kesempatan yang sama mengikuti tes dari program ADik (Afirmasi Pendidikan Tinggi) untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Baca juga: Beasiswa KAGAMA untuk Mahasiswa UGM, Buruan Daftar !
Ia mengaku tak mudah untuk lolos seleksi beasiswa jalur afirmasi karena harus bersaing dengan teman-teman dari berbagai daerah di Indonesia yang tiap tahun selalu dibanjiri peminat ini.
”Menyicil nilai rata-rata yang baik sejak semester satu duduk di bangku SMA adalah jalan ninjanya agar bisa lolos beasiswa ADik. Termasuk tekun dengan mengikuti kursus pada mata pelajaran yang kurang dikuasainya. Berlatih menjawab soal untuk menambah variasi penyelesaian masalah, dan juga belajar mandiri mencari referensi belajar penyelesaian soal dari kanal YouTube,” imbuhnya.
Konsultasi ke Psikiater untuk Tumbuhkan Motivasi Belajar
Ia mengaku awal-awal masa kuliah di FKKMK UGM, ia mengaku mengalami kesulitan. Bahkan, saking tidak mudahnya mempelajari ilmu kedokteran, nilainya tidak pernah stabil cenderung menurun.