Revitalisasi KCBN Muarajambi, Warga: Ini Mata Pencaharian Saya, Ajak Kami Bicara
loading...
A
A
A
JAMBI - Raut muka Bram semringah ketika dirinya mengiyakan ajakan Sindonews untuk memakai jasa ojek motornya guna mengantar menuju pintu keluar kawasan Desa Wisata Muarajambi (ada yang menyebutnya Muaro Jambi) di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi.
Sejurus kemudian Bram sudah memacu motornya mengantar Sindonews membelah jalan setapak kawasan Desa Wisata Muarajambi yang banyak digenangi banjir kanan kirinya. Desa Wisata Muarajambi berada dalam satu kompleks di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi Provinsi Jambi.
Desa Wisata Muarajambi tempat di mana orang seperti Bram dan banyak teman-temannya sesama tukang ojek memang berada dalam kompleks KCBN Muarajambi. Profesi tukang ojek seperti dijalani Bram menjadi salah satu pekerjaan yang banyak mengais rejeki di kawasan Desa Wisata KCBN Muarajambi, kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Asia Tenggara yang diduga peninggalan kerajaan Sriwijaya atau kerajaan Melayu.
Terlebih akses jalan setpak di Desa Wisata Muarajambi banyak tergenang banjir akibat luapan Sungai Batanghari. Belum lagi jalan dengan lebar kurang dari satu meter di kawasan Desa Wisata Muarajambi permukaannya juga banyak yang rusak.
Karuan saja, banyak wisatawan yang memanfaatkan jasa tukang ojek untuk mengantarnya menyusuri Desa Wisata Muarajambi salah satunya kawasan Pasar Apung.
Saat ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek dan Teknologi (Kemendikbudristek) tengah menjalankan proses revitalitasi KCBN Muarajambi. Dan salah satu nantinya yang terkena proses revitalisasi adalah Desa Wisata KCBN Muarajambi di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, lokasi di mana Bram dan warga lain banyak menggantungkan rejeki untuk hidup sehari-hari termasuk jasa penyewaan kapal di kawasan Pasar Apung.
Bram bercerita dirjnya tidak begitu mengerti dan memahami ketika ditanya tentang proses revitalisasi KCBN Muarajambi. Bram baru sedikit pahak ketika dijelaskan bahwa revitalisasi bisa diartikan sebagai proses pemugaran.
Maklum di sekitar Desa Wisata Muarajambi khususnya di sekitar Pasar Apung memang terdapat sejumlah reruntuhan bangunan candi Budha yakni Candi Astano. Candi Astano sendiri merupakan satu dari banyak candi di kawasan KCBN Muarajambi, Kawasan Candi Astano juga termasuk dalam bagian rencana revitalisasi KCBN Muarajambi.
Menurut Bram dirinya tidak mau ambil pusing apapun nantinya yang akan dilakukan pemerintah terkait KCBN Muarajambi di sekitar wilayah tempat tinggalnya. Mau itu bernama revitalisasi atau pemugaran, permintaan Bram cuma satu yakni harapan agar pemerintah tidak meninggalkan warga. “Ajaklah bicara kami karena bagaimanapun tempat ini adalah mata pencaharian kami warga sini,” pinta Bram.
Pria berusia sekitar 48 tahun ini berharap proses revitalisasi KCBN Muarajambi tetap memberi tempat orang-orang seperti dirinya mengais rejeki dan pihaknya siapa bekerjasama menata kawasan Desa Wisata di wilayahnya agar lebih rapi dan bersih.
Harapan Bram terkait proses revitalisasi melibatkan warga juga disuarakan Masriah, salah seorang pedagang cinderamata gelang kulit di sekitar Desa Wisata Muarajambi. Masriah mengaku juga tidak memahami apa itu revitalisasi yang saat ini sedang dilakukan pemerintah.
Yang jelas dirinya akan senang apabila kawasan Desa Wisata Muarajambi di sekitar area dirinya berjualan bisa terus didatangi wisatawan sehingga dagangannya bisa terjual.
“Kalau saya yang penting pengunjung ke tempat ini makin ramai. Jadi dagangan saya ada yang beli,”tutur Masriah lirih sembari melayani pembeli yang sedang melihat lihat dagangan gelang kulitnya. Dia mengaku, pengunjung di Desa Wisata Muarajambi biasanya akan ramai kalau akhir pekan antara Sabtu dan Minggu
Harapan Bram dan Masriah sepertinya akan sejalan dengan peta jalan (blue print) proyek revitalisasi yang diinisiasi Kemendikbudristek.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Fitra Arda memastikan pemerintah akan melibatkan masyarakat sekitar dalam proses revitalisasi KCBN Muarajambi. “Prinsipnya dalam revitalisasi ini masyarakat harus tetap menjadi subyek,” ujar Fitra mengaransi.
Menurut Fitra, pihaknya tidak memiliki alasan untuk meninggalkan masyarakat dalam proses revitalisasi mengingat selama ini justru yang merawat dan menjaga kawasan KCBN Muarajambi adalah masyarakat sekitar.
Sebagai langkah kongkret pelibatan masyarakat, menurut Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah V Agus Widiatmoko berencana mengirim sejumlah tokoh berpengaruh di 8 desa sekitar KCBN Muarajambi untuk melakukan kunjungan studi banding ke Vietnam.
Menurut Agus, di Vietnam khususnya di sekitar aliran Sungai Mekhong ada situs cagar budaya berupa candi yang sudah dikelola baik dengan menyeimbangkan antara budaya kearifan lokal dan kelestarian alam. Secara geografis kondisinya mirip dengan KCBN Muarajambi.
“Kita tidak ingin meniru mentah-mentah tidak, namun setidaknya ada wawasan baru bagi masyarat dalam kunjungan ke Vietnam nanti, biar mereka tahu bagaimana cara mengelola dan menatanya, “ tutur Agus tanpa menyebut kapan rencana studi banding ke Vietnam itu akan dilakukan.
Sejurus kemudian Bram sudah memacu motornya mengantar Sindonews membelah jalan setapak kawasan Desa Wisata Muarajambi yang banyak digenangi banjir kanan kirinya. Desa Wisata Muarajambi berada dalam satu kompleks di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi Provinsi Jambi.
Desa Wisata Muarajambi tempat di mana orang seperti Bram dan banyak teman-temannya sesama tukang ojek memang berada dalam kompleks KCBN Muarajambi. Profesi tukang ojek seperti dijalani Bram menjadi salah satu pekerjaan yang banyak mengais rejeki di kawasan Desa Wisata KCBN Muarajambi, kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Asia Tenggara yang diduga peninggalan kerajaan Sriwijaya atau kerajaan Melayu.
Terlebih akses jalan setpak di Desa Wisata Muarajambi banyak tergenang banjir akibat luapan Sungai Batanghari. Belum lagi jalan dengan lebar kurang dari satu meter di kawasan Desa Wisata Muarajambi permukaannya juga banyak yang rusak.
Baca Juga
Karuan saja, banyak wisatawan yang memanfaatkan jasa tukang ojek untuk mengantarnya menyusuri Desa Wisata Muarajambi salah satunya kawasan Pasar Apung.
Saat ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek dan Teknologi (Kemendikbudristek) tengah menjalankan proses revitalitasi KCBN Muarajambi. Dan salah satu nantinya yang terkena proses revitalisasi adalah Desa Wisata KCBN Muarajambi di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, lokasi di mana Bram dan warga lain banyak menggantungkan rejeki untuk hidup sehari-hari termasuk jasa penyewaan kapal di kawasan Pasar Apung.
Bram bercerita dirjnya tidak begitu mengerti dan memahami ketika ditanya tentang proses revitalisasi KCBN Muarajambi. Bram baru sedikit pahak ketika dijelaskan bahwa revitalisasi bisa diartikan sebagai proses pemugaran.
Maklum di sekitar Desa Wisata Muarajambi khususnya di sekitar Pasar Apung memang terdapat sejumlah reruntuhan bangunan candi Budha yakni Candi Astano. Candi Astano sendiri merupakan satu dari banyak candi di kawasan KCBN Muarajambi, Kawasan Candi Astano juga termasuk dalam bagian rencana revitalisasi KCBN Muarajambi.
Menurut Bram dirinya tidak mau ambil pusing apapun nantinya yang akan dilakukan pemerintah terkait KCBN Muarajambi di sekitar wilayah tempat tinggalnya. Mau itu bernama revitalisasi atau pemugaran, permintaan Bram cuma satu yakni harapan agar pemerintah tidak meninggalkan warga. “Ajaklah bicara kami karena bagaimanapun tempat ini adalah mata pencaharian kami warga sini,” pinta Bram.
Pria berusia sekitar 48 tahun ini berharap proses revitalisasi KCBN Muarajambi tetap memberi tempat orang-orang seperti dirinya mengais rejeki dan pihaknya siapa bekerjasama menata kawasan Desa Wisata di wilayahnya agar lebih rapi dan bersih.
Harapan Bram terkait proses revitalisasi melibatkan warga juga disuarakan Masriah, salah seorang pedagang cinderamata gelang kulit di sekitar Desa Wisata Muarajambi. Masriah mengaku juga tidak memahami apa itu revitalisasi yang saat ini sedang dilakukan pemerintah.
Yang jelas dirinya akan senang apabila kawasan Desa Wisata Muarajambi di sekitar area dirinya berjualan bisa terus didatangi wisatawan sehingga dagangannya bisa terjual.
“Kalau saya yang penting pengunjung ke tempat ini makin ramai. Jadi dagangan saya ada yang beli,”tutur Masriah lirih sembari melayani pembeli yang sedang melihat lihat dagangan gelang kulitnya. Dia mengaku, pengunjung di Desa Wisata Muarajambi biasanya akan ramai kalau akhir pekan antara Sabtu dan Minggu
Harapan Bram dan Masriah sepertinya akan sejalan dengan peta jalan (blue print) proyek revitalisasi yang diinisiasi Kemendikbudristek.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Fitra Arda memastikan pemerintah akan melibatkan masyarakat sekitar dalam proses revitalisasi KCBN Muarajambi. “Prinsipnya dalam revitalisasi ini masyarakat harus tetap menjadi subyek,” ujar Fitra mengaransi.
Menurut Fitra, pihaknya tidak memiliki alasan untuk meninggalkan masyarakat dalam proses revitalisasi mengingat selama ini justru yang merawat dan menjaga kawasan KCBN Muarajambi adalah masyarakat sekitar.
Sebagai langkah kongkret pelibatan masyarakat, menurut Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah V Agus Widiatmoko berencana mengirim sejumlah tokoh berpengaruh di 8 desa sekitar KCBN Muarajambi untuk melakukan kunjungan studi banding ke Vietnam.
Menurut Agus, di Vietnam khususnya di sekitar aliran Sungai Mekhong ada situs cagar budaya berupa candi yang sudah dikelola baik dengan menyeimbangkan antara budaya kearifan lokal dan kelestarian alam. Secara geografis kondisinya mirip dengan KCBN Muarajambi.
“Kita tidak ingin meniru mentah-mentah tidak, namun setidaknya ada wawasan baru bagi masyarat dalam kunjungan ke Vietnam nanti, biar mereka tahu bagaimana cara mengelola dan menatanya, “ tutur Agus tanpa menyebut kapan rencana studi banding ke Vietnam itu akan dilakukan.
(wyn)