Sosok Rakha, Raih Gelar S2 Rekayasa Pertambangan ITB di Usia 20 Tahun
loading...
A
A
A
Baca juga: Cerita Zizi, Wisudawan Termuda ITB Berusia 19 Tahun dari Jurusan Teknik Mesin
Namun, pada saat SMA, Rakha mengambil inisiatif sendiri untuk tetap terlibat dalam program akselerasi, lantaran dia merasa sudah memiliki tanggung jawab pribadi terhadap pilihan tersebut.
Saat menjalani program akselerasi di SD dan SMP, Rakha merasa tidak ada masalah. Namun, pada saat SMA, dia tidak bisa aktif dalam organisasi dan ekstrakurikuler karena memiliki jadwal belajar yang cukup padat. Untungnya, Rakha memiliki teman-teman dan lingkungan yang suportif sehingga masih dapat menjalani pendidikannya dengan lancar.
Rakha berhasil masuk ITB yang menjadi kampus impiannya melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Memasuki Tahap Persiapan Bersama (TPB), Rakha merasa sedikit kesulitan untuk bersosialisasi. Lantaran dia merasa minder dengan usianya yang jauh lebih muda daripada teman-temannya.
Namun, setelah memasuki jurusan dan himpunan, dia sudah mulai bisa bersosialisasi dan memiliki banyak teman karena tidak adanya senioritas di sana.
Kemudian dia aktif mengikuti Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika “TERRA” ITB. Hal ini sekaligus menjadi pengalaman baru baginya, sebab dia saat SMA tidak aktif dalam berorganisasi. Dengan menjadi ketua wisuda, tim kaderisasi, dan supervisi bidang pengembangan, Rakha menjadi lebih berkembang dan menguasai banyak soft skill.
“Dengan gua mengikuti hal kayak begitu, itu ngembangin diri gua banget, gua ga nyeselnya di situ, gua ikutin wadah itu, dan itu menurut gua menjadi pengalaman yg gabisa dilupain dan mengubah hidup gua," pungkasnya.
Namun, pada saat SMA, Rakha mengambil inisiatif sendiri untuk tetap terlibat dalam program akselerasi, lantaran dia merasa sudah memiliki tanggung jawab pribadi terhadap pilihan tersebut.
Saat menjalani program akselerasi di SD dan SMP, Rakha merasa tidak ada masalah. Namun, pada saat SMA, dia tidak bisa aktif dalam organisasi dan ekstrakurikuler karena memiliki jadwal belajar yang cukup padat. Untungnya, Rakha memiliki teman-teman dan lingkungan yang suportif sehingga masih dapat menjalani pendidikannya dengan lancar.
Rakha berhasil masuk ITB yang menjadi kampus impiannya melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Memasuki Tahap Persiapan Bersama (TPB), Rakha merasa sedikit kesulitan untuk bersosialisasi. Lantaran dia merasa minder dengan usianya yang jauh lebih muda daripada teman-temannya.
Namun, setelah memasuki jurusan dan himpunan, dia sudah mulai bisa bersosialisasi dan memiliki banyak teman karena tidak adanya senioritas di sana.
Kemudian dia aktif mengikuti Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika “TERRA” ITB. Hal ini sekaligus menjadi pengalaman baru baginya, sebab dia saat SMA tidak aktif dalam berorganisasi. Dengan menjadi ketua wisuda, tim kaderisasi, dan supervisi bidang pengembangan, Rakha menjadi lebih berkembang dan menguasai banyak soft skill.
“Dengan gua mengikuti hal kayak begitu, itu ngembangin diri gua banget, gua ga nyeselnya di situ, gua ikutin wadah itu, dan itu menurut gua menjadi pengalaman yg gabisa dilupain dan mengubah hidup gua," pungkasnya.
(nnz)