Cerita Alumnus LSPR Berpuasa sambil Kuliah di Hungaria

Minggu, 31 Maret 2024 - 14:49 WIB
loading...
Cerita Alumnus LSPR...
Alumnus LSPR Dhita Widya Putri berbagi cerita menjalankan ibadah puasa sambil kuliah di Hungaria. Foto/Dok.pribadi.
A A A
JAKARTA - Alumnus LSPR Dhita Widya Putri membagikan cerita tentang kegiatannya selama berkuliah sembari menjalani puasa di Hungaria . Dengan minoritasnya umat muslim di Hungaria, membuat mahasiswa ini harus menahan lapar dan haus di tengah peralihan musim yang sedang terjadi di sana.

Dhita Widya Putri merupakan alumnus London School of Public Relation (LSPR) yang telah memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi dan Magister Sains. Ia saat ini sedang menempuh pendidikan Doktoral (PhD) di University of Debrecen pada jurusan Management and Business.

Baca juga: Cerita Ramadan Mahasiswa Indonesia di Rusia, Puasa 15 Jam hingga Kangen Suara Azan

Dengan terjadinya peralihan musim di Hungaria, Dhita harus beradaptasi dengan suhu dan cuaca yang cukup ekstrem. Kemudian dengan sedikitnya umat Islam di Hungaria membuat ASN di Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) III Jakarta ini harus lebih ekstra dalam menahan nafsu.

"Godaannya lumayan berat hehe, terutama kalau lagi kuliah, jam kuliah kadang gak nentu, bisa seharian, bisa setengah hari, ngeliat teman-teman dan profesor pada makan siang wangi banget itu kan, apalagi saat jam-jam kritis, hehe tapi yah dijalani dengan penuh syukur nikmat aja" ucapnya, ketika dihubungi via WhatsApp, Selasa (26/3/2024).

Baca juga: Cerita Peraih Beasiswa Chevening Berpuasa di Inggris, Tarawih Dimulai Jam Setengah 10 Malam

Waktu puasa di Hungaria tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Waktu imsak di Hungaria jatuh pada sekitar pukul 04.00 dan waktu buka puasa pada sekitar pukul 18.00 CET (Central European Time).

Berpuasa di negeri orang pun tidak membutuhkan adaptasi ekstra bagi Dhita sebab ia sudah terbiasa melakukan puasa Sunnah.

Tetapi dengan adanya perbedaan kultur di Hungaria, Dhita merasakan toleransi tinggi yang ditunjukkan oleh mahasiswa dari negeri tersebut. Mahasiswa Hungaria, tuturnya, menghargai umat muslim yang sedang menjalani puasa.

"Ditambah lagi walaupun berbeda-beda agama, orang-orang non-muslim di sini penuh toleransi, mereka segan makan di depan kita. Walau tapi kan kita bisa cium baunya ya," ungkapnya.

Perbedaan besar lainnya terdapat pada tempat ibadah. Dhita menuturkan, keberadaan masjid di negara yang berada di Eropa tengah ini terbilang cukup sedikit, sehingga salat tarawih di masjid biasanya hanya dilakukan oleh umat laki-laki, yang perempuan biasanya shalat tarawih di rumah saja.

Kemudian bentuk masjid di Hungaria sangat berbeda dengan bentuk masjid pada umumnya, ”Di sana lebih terlihat seperti rumah biasa saja,” terangnya.

Selama berkuliah Dhita tidak kesulitan dalam mencari tempat ibadah karena tersedianya musola di Learning Centre University of Debrecen.

Suasana dari musola ini pun sangat bersih dan terawat karena adanya Muslim Students in Debrecen yang merupakan komunitas mahasiswa muslim di University of Debrecen yang menjaganya.

"Alhamdulillah di Learning Centre kampus, ada mushola cowok-cewek, bagus banget, bersih dan terawat. Lengkap ada banyak quran nya, mukena, sajadah, dll. Itu yang jagain ya kita-kita aja komunitas. Kalau mau masuk kesana harus tap kartu mahasiswa dan daftar pakai barcode, nah si komunitas ini bantu banget dalam proses pendaftarannya,” pungkasnya.

MG/Pandu Najogi
(nnz)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2103 seconds (0.1#10.140)