Unik, Pasutri Ini Kompak Sandang Guru Besar UGM setelah Rela Menunggu 10 Tahun

Kamis, 25 April 2024 - 09:40 WIB
loading...
Unik, Pasutri Ini Kompak Sandang Guru Besar UGM setelah Rela Menunggu 10 Tahun
Pasutri Prof Tata Wijayanta dan Prof. Dr. Ir. Sri Rahayu dikukuhkan menjadi Guru Besar UGM secara bersama. Foto/UGM.
A A A
JAKARTA - Pasangan suami istri ( Pasutri ) Prof Tata Wijayanta dan Prof. Dr. Ir. Sri Rahayu dikukuhkan menjadi Guru Besar UGM secara bersama, Selasa (23/4/2024). Uniknya, Prof Tata rela menunggu 10 tahun agar bisa dikukuhkan bersama istrinya.

Prof. Dr. Tata Wijayanta, S.H., M. Hum., berasal dari Fakultas Hukum sementara Prof. Dr. Ir. Sri Rahayu, M.P., adalah guru besar dari Fakultas Kehutanan UGM.

Tata mengaku rela menunggu 10 tahun agar bisa menyandang status guru besar bersama dengan istrinya. Padahal, pihak dekanat selalu mengingatkannya untuk segera melaksanakan pidato pengukuhan.

Baca juga: Sosok Azis, Guru Besar Termuda IPB yang Telah Hasilkan 54 Publikasi Jurnal Scopus

Namun Tata tetap kukuh pada pendiriannya dan bersabar seraya menunggu sampai istrinya mendapat gelar Profesor. “Saya bersyukur, pada hari ini pidato pengukuhan Guru Besar ini dapat saya lakukan,” katanya, dikutip dari laman UGM, Kamis (25/4/2024).

Menurut dia, jabatan ini bukan hanya capaian akademik, namun juga refleksi atas perjuangan yang tidak terwujud tanpa bantuan dan pengorbanan banyak pihak, termasuk dari dukungan istrinya.

Ia pun menyampaikan terima kasih kepada pasangan hidupnya itu karena senantiasa memberi dukungan moril, mengorbankan waktu, tenaga, dan biaya sehingga ia pun bisa mendapat gelar profesor.

Di kesempatan itu pula Tata juga sempat menyampaikan ucapan selamat ulang tahun pada istri tercintanya.
“Tentunya secara khusus juga saya ucapkan pada momen yang sangat berbahagia ini, Selamat Ulang Tahun, sehat, sukses, dan selalu bermanfaat bagi sesamanya,” ucapnya.

Baca juga: Guru Besar UGM Soroti Putusan MK Tak Singgung Peran Jokowi sebagai Presiden

Sementara pidato pengukuhan Prof. Sri Rahayu ialah mengenai peran patologi hutan di tengah perubahan iklim global.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3057 seconds (0.1#10.140)