Jadi Ujung Tombak Perubahan, Ini Sederet Persoalan yang Masih Dihadapi Guru
loading...
A
A
A
Peserta juga diajak untuk terlibat dalam kegiatan interaktif yang bertujuan untuk mengasah kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan pendekatan Phenomenon Based Approach.
Para guru menyelesaikan permasalahan nyata dan mencari solusi secara kolaboratif. Selain itu, para penggerak komunitas GSM juga membagikan pengalaman dan wawasan mereka dalam menghadapi tantangan pendidikan saat ini.
Rizal dalam paparannya menekankan pentingnya peran guru dalam mengasah berpikir kritis siswa-siswi mereka.
“Sesi awal ketika para guru tadi berdiskusi dan berkelompok untuk menyelesaikan persoalan adalah agar para guru mendapatkan solusi dari hasil kesimpulannya sendiri,” ungkap Rizal.
Rizal mengajak para guru untuk memilah dan menimbang berbagai argumen yang diperolehnya baik melalui wawancara dengan dinas pendidikan, atasannya, kelompok lain atau membaca pemikiran-pemikiran sebelumnya.
Lalu bisa menyikapi berbagai literasi tersebut untuk menemukan pemikiran para guru sendiri yang mereka yakini untuk dilakukan. Kegiatan itu adalah agar para guru mengasah berpikir kritis yang harapannya akan ditularkan ke murid-muridnya atau di lingkungan kerjanya.
“Untuk berpikir kritis, para guru harus belajar menunda kesimpulan terlalu cepat, yaitu dengan selalu mempertanyakan segala sesuatu termasuk bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan yang sebenarnya,” tegas Rizal.
Dalam sesi forum, Rizal memaparkan bahwa fungsi utama sekolah dan guru adalah membuat anak-anak senang belajar dan mendorong mereka untuk dapat belajar secara mandiri.
“Guru harus menjadi contoh yang memperlihatkan dan menggunakan cinta, jiwa, dan kreativitas di dalam kelas-kelas mereka. Lebih dari itu, guru adalah kurikulum itu sendiri, yang bertanggung jawab untuk membentuk karakter dan kemampuan terbaik setiap siswanya,” tambahnya.
"Kurikulum sebaik apa pun akan sia-sia tanpa guru yang berkualitas dan kritis. Karena gurulah yang akan membentuk fondasi budaya berpikir di sekolah. Mengutip Socrates bahwa ciri guru di masa depan adalah selalu menyadari bahwa dirinya tidak tahu, bukan sebaliknya yang jatuhnya menjadi sok tahu. Itulah kenapa guru harus selalu mencari tahu, termasuk mencari akar masalah yang sebenarnya untuk Indonesia agar bisa mengejar ketertinggalannya, dan siap mengatasi tantangan masa depan,” tutup Rizal.
Para guru menyelesaikan permasalahan nyata dan mencari solusi secara kolaboratif. Selain itu, para penggerak komunitas GSM juga membagikan pengalaman dan wawasan mereka dalam menghadapi tantangan pendidikan saat ini.
Rizal dalam paparannya menekankan pentingnya peran guru dalam mengasah berpikir kritis siswa-siswi mereka.
“Sesi awal ketika para guru tadi berdiskusi dan berkelompok untuk menyelesaikan persoalan adalah agar para guru mendapatkan solusi dari hasil kesimpulannya sendiri,” ungkap Rizal.
Rizal mengajak para guru untuk memilah dan menimbang berbagai argumen yang diperolehnya baik melalui wawancara dengan dinas pendidikan, atasannya, kelompok lain atau membaca pemikiran-pemikiran sebelumnya.
Lalu bisa menyikapi berbagai literasi tersebut untuk menemukan pemikiran para guru sendiri yang mereka yakini untuk dilakukan. Kegiatan itu adalah agar para guru mengasah berpikir kritis yang harapannya akan ditularkan ke murid-muridnya atau di lingkungan kerjanya.
“Untuk berpikir kritis, para guru harus belajar menunda kesimpulan terlalu cepat, yaitu dengan selalu mempertanyakan segala sesuatu termasuk bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan yang sebenarnya,” tegas Rizal.
Dalam sesi forum, Rizal memaparkan bahwa fungsi utama sekolah dan guru adalah membuat anak-anak senang belajar dan mendorong mereka untuk dapat belajar secara mandiri.
“Guru harus menjadi contoh yang memperlihatkan dan menggunakan cinta, jiwa, dan kreativitas di dalam kelas-kelas mereka. Lebih dari itu, guru adalah kurikulum itu sendiri, yang bertanggung jawab untuk membentuk karakter dan kemampuan terbaik setiap siswanya,” tambahnya.
"Kurikulum sebaik apa pun akan sia-sia tanpa guru yang berkualitas dan kritis. Karena gurulah yang akan membentuk fondasi budaya berpikir di sekolah. Mengutip Socrates bahwa ciri guru di masa depan adalah selalu menyadari bahwa dirinya tidak tahu, bukan sebaliknya yang jatuhnya menjadi sok tahu. Itulah kenapa guru harus selalu mencari tahu, termasuk mencari akar masalah yang sebenarnya untuk Indonesia agar bisa mengejar ketertinggalannya, dan siap mengatasi tantangan masa depan,” tutup Rizal.