Karakter Gen-Z di Era Digital, Miliki Perhatian Pendek tapi Peduli Isu Sosial

Sabtu, 24 Agustus 2024 - 13:27 WIB
loading...
Karakter Gen-Z di Era...
Sejumlah karakter yang dimiliki Gen-Z di era digital antara lain adalah memiliki perhatian pendek tapi peduli isu sosial. Foto ilustrasi/Ist
A A A
LAMPUNG UTARA - Generasi Z (Gen-Z) merupakan generasi yang lahir antara tahun 1997-2012, setelah Generasi Milenial dan sebelum Generasi Alpha. Mereka generasi pertama yang lahir di era digital, dan tumbuh dengan akses internet dan teknologi sejak usia dini. Gen-Z juga disebut sebagai ”Digital Native” atau warga asli digital dan ”Zoomer”.

”Tumbuh dengan teknologi digital, Gen-Z dipercaya sebagai generasi yang familiar internet, media sosial, dan perangkat pintar. Selain itu mereka juga melek teknologi, multitasking, memiliki perhatian pendek namun peduli pada isu sosial,” tutur Pengawas SMA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung Dermawati dalam webinar literasi digital di Kabupaten Lampung Utara dalam keterangan resminya, Sabtu (24/8/2024).

Mengusung tema ”Pendidikan Karakter Gen-Z di Era Digital”, diskusi online untuk segmen pendidikan yang diikuti siswa dan tenaga pendidik dengan menggelar nonton bareng (nobar) itu, diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung.

Dermawati mengatakan, paparan teknologi merupakan salah satu tantangan pendidikan karakter di era digital. Paparan itu bisa berupa dampak positif dan negatif dari penggunaan teknologi, maupun ketergantungan pada perangkat digital dan media sosial.

”Tantangan lain, yaitu adanya informasi berlebih yang mengharuskan seseorang bisa memilah informasi yang benar dan berguna. Lalu, tantangan risiko terpapar konten negatif dan hoaks, serta budaya instan. Dampak dari budaya instan terhadap karakter, mencakup kesabaran, kerja keras, dan tanggung jawab,” jelas Dermawat

Baca juga:Simak Tantangan Finansial Bagi Gen-Z!

Adapun strategi pendidikan karakter Gen-Z, menurut Dermawati, yaitu pendekatan teknologi, menggunakan media digital dan platform online sebagai alat pembelajaran karakter, maupun edukasi tentang jejak digital dan konsekuensinya. Selain itu, juga harus melibatkan orang tua dan guru, serta dukungan program sekolah.

”Peran orang tua dan guru dalam membimbing dan mengawasi penggunaan teknologi, membentuk aturan penggunaan teknologi yang sehat di rumah dan sekolah. Mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kurikulum dan aktivitas ekstrakurikuler hingga mengadakan workshop dan seminar tentang etika digital,” tutup Dermawati di hadapan pelajar yag mengikuti nobar diskusi dari sekolah masing-masing.

Sejumlah sekolah yang menggelar nobar diskusi online di Kabupaten Lampung Utara dan sekitarnya, antara lain: SMPN 1 Tanjung Raja, SMPN 3 Tanjung Raja, SMPN 1 Abung Barat, SMPN 2 Abung Semuli, dan SMPN 1 Abung Selatan.

Dari sudut pandang budaya digital, Ketua Program Studi S1 Kewirausahaan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo M. Adhi Prasnowo mengatakan, Gen-Z perlu pemahaman multikulturalisme dan pluralisme yang membutuhkan upaya pendidikan sejak dini.

”Selain itu, perlu juga meningkatkan kemampuan membangun mindfulness communication atau komunikasi sadar yang dibangun dari prinsip kejujuran dan ketulusan, serta komunikasi yang saling memanusiakan,” jelas M. Adhi Prasnowo.

Sekretaris Yayasan Pendidikan Cendekia Utama Meithiana Indrasari menambahkan, Gen-Z perlu mengenal dan memahami adanya hak dan tanggung jawab di dunia digital. ”Menjaga hak-hak atau reputasi orang lain. Menjaga keamanan nasional, ketertiban masyarakat, atau kesehatan dan moral publik,” tegasnya.
(wyn)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2476 seconds (0.1#10.140)