Kaji Minoritas, Alumnus Fakultas Ushuluddin Jadi Profesor LIPI

Jum'at, 28 Agustus 2020 - 17:26 WIB
loading...
Kaji Minoritas, Alumnus...
Ahmad Najib Burhani, lulusan Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta dilantik menjadi Profesor Peneliti Bidang Agama dan Tradisi Keagamaandi LIPI, Kamis (27/8). Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Lulusan UIN Jakarta kembali mencatatkan prestasi membanggakan. Ahmad Najib Burhani Ph.D, lulusan Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta tahun 1999 (saat itu masih bernama IAIN Jakarta, red.) dilantik menjadi Profesor Peneliti Bidang Agama dan Tradisi Keagamaan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kamis (27/08/2020).

Pengukuhan profesor riset lulusan Program Studi Aqidah-Filsafat ini dilakukan melalui prosesi orasi pengukuhan Profesor Riset pada Sidang Majelis Majelis Pengukuhan Profesor Peneliti LIPI di Gedung LIPI, Jakarta, Kamis (27/8/2020). Ia dikukuhkan bersama tiga peneliti LIPI lainnya, yaitu Goib Wiranto (Profesor Peneliti Bidang Elektronika), Cahyo Pamungkas (Profesor Peneliti Bidang Sosiologi Umum), dan Dwi Susilaningsih (Profesor Peneliti Bidang Bioproses). (Baca juga: LIPI Tambah 4 Profesor Riset )

Statusnya sebagai Profesor Peneliti Bidang Agama dan Tradisi Keagamaan tidak lepas dari kerja riset yang ditekuni Najib. Minat riset peraih dua gelar magister dari Leiden University dan University of Manchester ini sebagian besar dicurahkan pada kelompok minoritas etnik dan keagamaan.

Dalam orasinya yang bertajuk Agama: Kultur Intoleransi dan Dilema Minoritas di Indonesia, Najib menyoroti maraknya kecenderungan intoleransi terhadap kelompok minoritas di tanah air, baik minoritas etnik maupun keyakinan keagamaan. Kecenderungan ini dipandang pelakunya sebagai bagian dari misi suci membela keyakinan. (Baca juga: Empat Doktor Baru Siap Perkuat Kualitas Akademik FEB UIN Jakarta )

Peraih doktor dari University of California Santa Barbara ini menjelaskan, kecenderungan intoleran terus meningkat kendati banyak masyarakat dunia dan tanah air tengah bahu membahu melawan virus Covid 19. “Saat virus Corona (menyebar jadi pandemik, red.), justru berkembang juga virus intoleransi,” kata Ahmad Najib Burhani seperti di kutip SINDOnews dari Website UIN Jakarta, Jumat (28/8).

Di berbagai daerah dan media, sikap kebencian dilakukan dengan persekusi, kekerasan, bahkan penutupan rumah ibadah. Ungkapan kebencian juga diungkapkan dalam postingan media sosial. “Masih ada yang melihat kebinekaan sebagai ancaman. Persoalan diskriminasi seperti penyakit di Indonesia, justru saat di dunia marak kecenderungan tak berjarak,” tambahnya.

Profil kelompok minoritas sendiri, sambungnya, bisa terbagi ke dalam dua kelompok yang biasanya menjadi korban sasaran intoleransi. Keduanya, minoritas etnik dan minoritas keyakinan keagamaan. Berbagai istilah seperti asing, pragmatis, oportunis disematkan kepada minoritas etnik, sedang kafir, tersesat, dan sejenisnya disematkan kepada minoritas keyakinan keagamaan.

Dalam berbagai riset sejarah dan antropologi yang dilakukannya, Najib menyebutkan, karakter mendasar bangsa Indonesia adalah toleran terhadap keragaman. Karakter ini dibangun dari jalinan tradisi lokal dan pemahaman keagamaan yang utuh.

Atas dasar itu, sambungnya, tugas seluruh komponen masyarakat untuk kembali memperkuat karakter tersebut di tengah-tengah berkembangnya sikap intoleran. “Kita berharap intoleransi yang dilihat sekarang ini hanya gejala sesaat. Pekerjaan kita sekarang bagaimana toleransi bisa kembali menguat,” tandasnya.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4443 seconds (0.1#10.140)