Perpusnas Gaungkan Inklusi Sosial di Ajang Internasional
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ( Perpusnas ) E. Aminudin Aziz menyatakan perpustakaan harus mempunyai fungsi baru yang mencakup program pemberdayaan masyarakat.
Hal ini disampaikan Plt. Kepala Perpusnas dalam The 30th General Conference of Directors of National Libraries in Asia and Oceania (CDNLAO) 2024 di Dubai, Uni Emirat Arab, yang berlangsung pada 15-17 November 2024.
Ditambahkannya, program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) yang diterapkan di Indonesia memberikan harapan baru dalam upaya merealisasikan fungsi perpustakaan untuk pemberdayaan masyarakat tersebut.
Baca juga: Perpusnas Tetapkan 7 Naskah Nusantara sebagai Ingatan Kolektif Nasional
“Komitmen pemerintah dan partisipasi masyarakat menjadi aspek kunci dalam membuat transformasi tersebut berhasil,” tuturnya saat berbicara di Perpustakaan Mohammed bin Rashid, Dubai, UEA, dikutip Kamis (21/11/2024).
Dia memahami inisiatif baru dalam transformasi perpustakaan ini, akan selalu menghadapi tantangan baik dukungan maupun penolakan. “Jadi, tetap sabar dan tekun melaksanakannya,” jelasnya.
Dalam kesempatan ini, Plt. Kepala Perpusnas memaparkan transformasi perpustakaan didasari oleh dua hal yakni perpustakaan untuk semua guna memastikan akses inklusif terhadap pengetahuan untuk semua lapisan masyarakat serta perpustakaan sebagai ruang kreativitas yakni menciptakan ruang yang menumbuhkan kreativitas, inovasi, dan kolaborasi.
Baca juga: Gabung di Jejaring Perpustakaan Dunia, Perpusnas Jalin Kerja Sama dengan Rusia
Terkait program TPBIS, dipaparkan bahwa pada awalnya Perpusnas membuat inisiatif untuk mempromosikan perpustakaan untuk semua dan perpustakaan sebagai ruang kreativitas dengan dukungan Bill & Melinda Gates Foundation (melalui Global Libraries Initiative) dan The Coca-Cola Foundation.
“Kegiatan tersebut dikenal dengan nama PerpuSeru dan berlangsung dari tahun 2011 hingga 2018. Hingga November 2018, PerpuSeru telah mendukung 200 perpustakaan desa, 50 perpustakaan kabupaten, dan 34 perpustakaan provinsi,” urainya.
Selanjutnya, Indonesia melalui Perpusnas melanjutkan program ini dengan tajuk program TPBIS. “Karena program ini mempunyai dampak yang baik secara nasional, maka pemerintah menjadikannya sebagai Prioritas Nasional dan untuk pertama kalinya menjadi bagian dari Prioritas Nasional,” tuturnya.
Sepanjang 2018 hingga 2024, program TPBIS telah menjangkau 2.691 perpustakaan umum di 38 provinsi. Salah satu praktik baik program TPBIS yang telah dilakukan adalah di Magelang, Jawa Tengah. Program ini disebut memberikan pengaruh baik bagi masyarakat sekitar yaitu perpustakaan lebih dikenal dan mendapat kepercayaan dari masyarakat, serta pergeseran perspektif pengembangan sumber daya manusia telah menempatkan fungsi perpustakaan secara lebih proporsional.
Terkait konferensi internasional, menurutnya, hal ini memiliki makna penting sebagai sarana untuk mendapatkan wawasan baru terkait peran perpustakaan dalam memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat.
Adapun The 30th General CDNLAO 2024 mengusung tema besar “Perpustakaan dan Keberlanjutan” yang dihadiri oleh perwakilan dari Tiongkok, Yordania, Thailand, Indonesia, Jepang, Sri Lanka, Korea Selatan, Brunei Darussalam, Myanmar, Singapura, Kuwait, Vietnam, Malaysia, Uni Emirat Arab, Qatar, dan India.
Konferensi CDNLAO berfokus pada tiga tema utama yaitu peran perpustakaan dalam mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), perpustakaan hijau dan keberlanjutan lingkungan dan mendidik masyarakat tentang keberlanjutan melalui perpustakaan.
Konferensi ini mencerminkan keragaman budaya dan sosial di kawasan Asia dan Oseania, sekaligus mendorong kolaborasi antarperpustakaan untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi masyarakat global.
Hal ini disampaikan Plt. Kepala Perpusnas dalam The 30th General Conference of Directors of National Libraries in Asia and Oceania (CDNLAO) 2024 di Dubai, Uni Emirat Arab, yang berlangsung pada 15-17 November 2024.
Ditambahkannya, program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) yang diterapkan di Indonesia memberikan harapan baru dalam upaya merealisasikan fungsi perpustakaan untuk pemberdayaan masyarakat tersebut.
Baca juga: Perpusnas Tetapkan 7 Naskah Nusantara sebagai Ingatan Kolektif Nasional
“Komitmen pemerintah dan partisipasi masyarakat menjadi aspek kunci dalam membuat transformasi tersebut berhasil,” tuturnya saat berbicara di Perpustakaan Mohammed bin Rashid, Dubai, UEA, dikutip Kamis (21/11/2024).
Dia memahami inisiatif baru dalam transformasi perpustakaan ini, akan selalu menghadapi tantangan baik dukungan maupun penolakan. “Jadi, tetap sabar dan tekun melaksanakannya,” jelasnya.
Dalam kesempatan ini, Plt. Kepala Perpusnas memaparkan transformasi perpustakaan didasari oleh dua hal yakni perpustakaan untuk semua guna memastikan akses inklusif terhadap pengetahuan untuk semua lapisan masyarakat serta perpustakaan sebagai ruang kreativitas yakni menciptakan ruang yang menumbuhkan kreativitas, inovasi, dan kolaborasi.
Baca juga: Gabung di Jejaring Perpustakaan Dunia, Perpusnas Jalin Kerja Sama dengan Rusia
Terkait program TPBIS, dipaparkan bahwa pada awalnya Perpusnas membuat inisiatif untuk mempromosikan perpustakaan untuk semua dan perpustakaan sebagai ruang kreativitas dengan dukungan Bill & Melinda Gates Foundation (melalui Global Libraries Initiative) dan The Coca-Cola Foundation.
“Kegiatan tersebut dikenal dengan nama PerpuSeru dan berlangsung dari tahun 2011 hingga 2018. Hingga November 2018, PerpuSeru telah mendukung 200 perpustakaan desa, 50 perpustakaan kabupaten, dan 34 perpustakaan provinsi,” urainya.
Selanjutnya, Indonesia melalui Perpusnas melanjutkan program ini dengan tajuk program TPBIS. “Karena program ini mempunyai dampak yang baik secara nasional, maka pemerintah menjadikannya sebagai Prioritas Nasional dan untuk pertama kalinya menjadi bagian dari Prioritas Nasional,” tuturnya.
Sepanjang 2018 hingga 2024, program TPBIS telah menjangkau 2.691 perpustakaan umum di 38 provinsi. Salah satu praktik baik program TPBIS yang telah dilakukan adalah di Magelang, Jawa Tengah. Program ini disebut memberikan pengaruh baik bagi masyarakat sekitar yaitu perpustakaan lebih dikenal dan mendapat kepercayaan dari masyarakat, serta pergeseran perspektif pengembangan sumber daya manusia telah menempatkan fungsi perpustakaan secara lebih proporsional.
Terkait konferensi internasional, menurutnya, hal ini memiliki makna penting sebagai sarana untuk mendapatkan wawasan baru terkait peran perpustakaan dalam memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat.
Adapun The 30th General CDNLAO 2024 mengusung tema besar “Perpustakaan dan Keberlanjutan” yang dihadiri oleh perwakilan dari Tiongkok, Yordania, Thailand, Indonesia, Jepang, Sri Lanka, Korea Selatan, Brunei Darussalam, Myanmar, Singapura, Kuwait, Vietnam, Malaysia, Uni Emirat Arab, Qatar, dan India.
Konferensi CDNLAO berfokus pada tiga tema utama yaitu peran perpustakaan dalam mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), perpustakaan hijau dan keberlanjutan lingkungan dan mendidik masyarakat tentang keberlanjutan melalui perpustakaan.
Konferensi ini mencerminkan keragaman budaya dan sosial di kawasan Asia dan Oseania, sekaligus mendorong kolaborasi antarperpustakaan untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi masyarakat global.
(nnz)