Lebih dari Sekadar Mengajar, Wahyudi yang Mendidik dengan Hati
loading...
A
A
A
Membaca komentar tersebut, ia mengaku langsung menangis. Ia merasa terpompa semangatnya untuk mengajar.
Dari rentetan peristiwa itu, Wahyudi akhirnya memutuskan kembali menjadi guru. Lalu ia mengikuti program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan. Kini masa studinya akan segera berakhir. “Alhamdulillah ini udah menuju pengumuman hampir lulus dan (Setelah lulus PPG Prajabatan) bakalan jadi guru lagi (Sempat vakum mengajar di sekolah tetapi ia menjadi teacher trainer). Walaupun sekarang status saya sudah menjadi teacher trainer, “ tuturnya bersemangat.
Mengajar Sesuai Kodrat Alam dan Kodrat Zaman
Dalam mengajar, "Guru Inspirator" SMP dan SMA Pelita Cemerlang 2019 ini memang memiliki cara yang sangat mengesankan bagi anak muridnya. Untuk pendidikan anak-anak ia selalu memegang teguh prinsip Ki Hajar Dewantara, bahwa mengajarlah anak sesuai kodrat alam dan kodrat zaman.
Salah satunya adalah mengajar sesuai dengan tuntutan zaman. “Kita tidak bisa mengajar dengan ngomong misalnya, zamannya dulu, zamannya Bapak dulu,“ katanya.
Menurut Wahyudi, mendidik harus berdasarkan pengalaman dan konteks nyata serta sesuai dengan perkembangan zaman. Salah satunya adalah sesuai dengan dengan kemajuan teknologi.
Ia menggarisbawahi yang dimaksud teknologi bukan hanya teknologi digital tetapi bisa dari hal sederhana di sekitar kita. “Teknologi apapun yang kita bisa gunakan di dalam kelas, “ucapnya.
Dalam media sosialnya, Wahyudi mengenalkan teknologi melalui pesawat terbang dari kertas. Meskipun terlihat sederhana, ternyata bisa menjadi alat pembelajaran yang menarik dan efektif meningkatkan daya simak siswa.
Ia menggunakan pesawat kertas saat mengajarkan materi berbasis teks untuk meningkatkan keterampilan menyimak murid. Langkahnya sederhana, ia sebagai guru membacakan teks kemudian murid menuliskan informasi penting yang didengarnya di sayap pesawat kertas.
Pesawat terbang kertas yang telah dibuat, lalu diterbangkan ke teman satu dengan lainnya. Tiap murid diminta untuk membacakan informasi penting yang di dapat dari pesawat kertas. Sementara murid lain boleh menambahkan jawaban. Sedangkan ia sebagai guru bertugas sebagai fasilitator dan mengonfirmasi jawaban tiap murid sehingga terdapat pemahaman yang sama terhadap teks yang disimak.
Demi membangun kedekatan dengan siswanya, ia rela mempelajari budaya K-Pop. Ia mengikuti tren lagu-lagu terbaru dan berbagai hal lain yang sedang populer di kalangan anak muda. Upaya ini dilakukannya secara sadar untuk membuka ruang komunikasi yang lebih akrab dengan para siswa.
Dari rentetan peristiwa itu, Wahyudi akhirnya memutuskan kembali menjadi guru. Lalu ia mengikuti program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan. Kini masa studinya akan segera berakhir. “Alhamdulillah ini udah menuju pengumuman hampir lulus dan (Setelah lulus PPG Prajabatan) bakalan jadi guru lagi (Sempat vakum mengajar di sekolah tetapi ia menjadi teacher trainer). Walaupun sekarang status saya sudah menjadi teacher trainer, “ tuturnya bersemangat.
Mengajar Sesuai Kodrat Alam dan Kodrat Zaman
Dalam mengajar, "Guru Inspirator" SMP dan SMA Pelita Cemerlang 2019 ini memang memiliki cara yang sangat mengesankan bagi anak muridnya. Untuk pendidikan anak-anak ia selalu memegang teguh prinsip Ki Hajar Dewantara, bahwa mengajarlah anak sesuai kodrat alam dan kodrat zaman.
Salah satunya adalah mengajar sesuai dengan tuntutan zaman. “Kita tidak bisa mengajar dengan ngomong misalnya, zamannya dulu, zamannya Bapak dulu,“ katanya.
Menurut Wahyudi, mendidik harus berdasarkan pengalaman dan konteks nyata serta sesuai dengan perkembangan zaman. Salah satunya adalah sesuai dengan dengan kemajuan teknologi.
Ia menggarisbawahi yang dimaksud teknologi bukan hanya teknologi digital tetapi bisa dari hal sederhana di sekitar kita. “Teknologi apapun yang kita bisa gunakan di dalam kelas, “ucapnya.
Dalam media sosialnya, Wahyudi mengenalkan teknologi melalui pesawat terbang dari kertas. Meskipun terlihat sederhana, ternyata bisa menjadi alat pembelajaran yang menarik dan efektif meningkatkan daya simak siswa.
Ia menggunakan pesawat kertas saat mengajarkan materi berbasis teks untuk meningkatkan keterampilan menyimak murid. Langkahnya sederhana, ia sebagai guru membacakan teks kemudian murid menuliskan informasi penting yang didengarnya di sayap pesawat kertas.
Pesawat terbang kertas yang telah dibuat, lalu diterbangkan ke teman satu dengan lainnya. Tiap murid diminta untuk membacakan informasi penting yang di dapat dari pesawat kertas. Sementara murid lain boleh menambahkan jawaban. Sedangkan ia sebagai guru bertugas sebagai fasilitator dan mengonfirmasi jawaban tiap murid sehingga terdapat pemahaman yang sama terhadap teks yang disimak.
Demi membangun kedekatan dengan siswanya, ia rela mempelajari budaya K-Pop. Ia mengikuti tren lagu-lagu terbaru dan berbagai hal lain yang sedang populer di kalangan anak muda. Upaya ini dilakukannya secara sadar untuk membuka ruang komunikasi yang lebih akrab dengan para siswa.