Miris, Siswa SDN di Gunungkidul Harus Naik Bukit 2 Km demi Sinyal
loading...
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Tak meratanya jaringan sinyal internet di Gunungkidul, Yogyakarta, menyebabkan sejumlah anak-anak terpaksa harus berjuang ekstra untuk dapat mengenyam pendidikan. Seperti yang dialami para siswa SD N Gunung Gambar, Kecamatan Ngawen, yang berada di Desa Marah setempat, terpaksa harus berjalan kaki menaiki bukit lebih dari 2 Kilometer.
Salah seorang siswa, Nabila Aszahra Sujatmo, semenjak penerapan belajar dari rumah atau pembelajaran jarak jauh (PJJ), setiap kali ada tugas pihaknya harus berjalan kaki menelusuri area persawahan untuk mencari sinyal.
"Disini daerahnya pegunungan, sehingga susah kalau belajar online, saya harus mencari sinyal untuk bisa membuka aplikasi WA agar bisa mengerjakan soal," Kaya Nabila Aszahra Sujatmo, Senin (31/8/2020). (Baca juga: Soal PJJ, Mas Menteri Mendengar Keluhan Orang Tua, Guru dan Siswa )
Nabila Aszahra Sujatmo menjelaskan, dalam seminggu pihaknya bisa tiga sampai empat kali untuk mencari sinyal dalam belajar. Di tempatnya tinggal, lanjut dia, jarak aman sinyal yang ada berada di atas bukit, yakni dengan ikut menumpang disalah satu rumah warga.
"Ada tempat yang sinyalnya lebih bagus tetapi ada di kecamatan lain dan jarak nya sangat jauh, sehingga kalau jalan kaki membuat lelah. Hampir 2 jam perjalanan," jelasnya. (Baca juga: Maksimalkan PJJ, Pemerintah Disarankan Benahi Infrastruktur Internet )
Nabila mengaku, niatannya yang ingin tetap mendapatkan pendidikan selama pandemi membuat dirinya tidak pernah patah semangat meski terdakang dirinya merasa lelah karena jarak yang harus ditempuh dirasa terlampau jauh." Asal bisa mendapatkan pendidikan dan nilai yang bagus lelah sedikit tidak apa apa," katanya.
Kepala SDN Gunung Gambar, Purno Jayusman mengatakan, di SD nya kurang lebih terdapat 26 siswa yang terkendala jaringan internet." Sekolah kami berada di Kecamatan Ngawen, sedangkan siswa yang kesulitan sinyal berada di Kecamatan Nglipar yang berada di arah bukit di Desa Natah," kata Purno Jayusman. (Baca juga: Video Pendek PJJ, Madrasah ini Dapat Apresiasi Kemendikbud dan Kemenag )
Pihaknya mengungkapkan, penerapan PJJ memang tak selamanya berjalan efektif, sebab tak semua siswa memiliki sinyal yang bagus serta gawai yang bisa digunakan." Saya berharap semoga bisa segera dievaluasi," terangnya.
Salah seorang siswa, Nabila Aszahra Sujatmo, semenjak penerapan belajar dari rumah atau pembelajaran jarak jauh (PJJ), setiap kali ada tugas pihaknya harus berjalan kaki menelusuri area persawahan untuk mencari sinyal.
"Disini daerahnya pegunungan, sehingga susah kalau belajar online, saya harus mencari sinyal untuk bisa membuka aplikasi WA agar bisa mengerjakan soal," Kaya Nabila Aszahra Sujatmo, Senin (31/8/2020). (Baca juga: Soal PJJ, Mas Menteri Mendengar Keluhan Orang Tua, Guru dan Siswa )
Nabila Aszahra Sujatmo menjelaskan, dalam seminggu pihaknya bisa tiga sampai empat kali untuk mencari sinyal dalam belajar. Di tempatnya tinggal, lanjut dia, jarak aman sinyal yang ada berada di atas bukit, yakni dengan ikut menumpang disalah satu rumah warga.
"Ada tempat yang sinyalnya lebih bagus tetapi ada di kecamatan lain dan jarak nya sangat jauh, sehingga kalau jalan kaki membuat lelah. Hampir 2 jam perjalanan," jelasnya. (Baca juga: Maksimalkan PJJ, Pemerintah Disarankan Benahi Infrastruktur Internet )
Nabila mengaku, niatannya yang ingin tetap mendapatkan pendidikan selama pandemi membuat dirinya tidak pernah patah semangat meski terdakang dirinya merasa lelah karena jarak yang harus ditempuh dirasa terlampau jauh." Asal bisa mendapatkan pendidikan dan nilai yang bagus lelah sedikit tidak apa apa," katanya.
Kepala SDN Gunung Gambar, Purno Jayusman mengatakan, di SD nya kurang lebih terdapat 26 siswa yang terkendala jaringan internet." Sekolah kami berada di Kecamatan Ngawen, sedangkan siswa yang kesulitan sinyal berada di Kecamatan Nglipar yang berada di arah bukit di Desa Natah," kata Purno Jayusman. (Baca juga: Video Pendek PJJ, Madrasah ini Dapat Apresiasi Kemendikbud dan Kemenag )
Pihaknya mengungkapkan, penerapan PJJ memang tak selamanya berjalan efektif, sebab tak semua siswa memiliki sinyal yang bagus serta gawai yang bisa digunakan." Saya berharap semoga bisa segera dievaluasi," terangnya.
(mpw)