Selama Kuliah Makan Pakai Keripik, Lulus Cum Laude dan Dapat Beasiswa S2
loading...
A
A
A
Dia mengaku, tanpa bekerja akan sulit membayar uang kuliah tahunan (UKT) atau sekadar membeli buku dan mengerjakan tugas dosen. Walaupun, katanya, dia juga selalu dibantu oleh kakaknya yang bekerja sebagai tukang potong rambut di Bekasi.
Bila penghasilannya tidak cukup untuk membayar UKT, dia akan bekerja di Rumah Makam Sukahati, menjadi pelayan selama liburan semester. Uang hasil gaji, akan dia pakai membayar UKT. Siti mengaku, belum beruntung mendapatkan beasiswa untuk sekedar membayar UKT. (Baca juga : Nama dan Logo Partai Baru Amien Rais Disebut Mirip PAN, Pengamat: Bikin Model Lain )
Dia berkisah, perjuangannya mencari tambahan penghasilan, juga untuk membantunya makan sehari hari. Bukan tanpa alasan, dia cukup prihatin untuk makan sehari dua kali. Bahkan, Siti pernah membagi satu bungkus mi instan untuk makan pagi dan siang.
"Saya juga pulang setiap sebulan sekali ke Garut. Di sana saya dibekali makanan kering seperti keripik. Itu buat makan saya sehari hari di Bandung," kisahnya, yang mengaku kesulitannya makan selama kuliah hampir dijalaninya 3,5 tahun lamanya.
Baginya, semua itu hanyalah proses meraih cita cita yang harus diperjuangkan. Tidak masalah baginya hanya makan menggunakan keripik, asal bisa menggapai cita cita dan memberikan yang terbaik bagi keluarga.
"Jangan pernah hilang harapan, karena Allah memberi kita kesulitan, bukan untuk menjatuhkan. Tapi membuat kita lebih kuat. Kita dilahirkan bukan buat jatuh dan terpuruk tapi bangkit lagi," imbuh dia.
Bila penghasilannya tidak cukup untuk membayar UKT, dia akan bekerja di Rumah Makam Sukahati, menjadi pelayan selama liburan semester. Uang hasil gaji, akan dia pakai membayar UKT. Siti mengaku, belum beruntung mendapatkan beasiswa untuk sekedar membayar UKT. (Baca juga : Nama dan Logo Partai Baru Amien Rais Disebut Mirip PAN, Pengamat: Bikin Model Lain )
Dia berkisah, perjuangannya mencari tambahan penghasilan, juga untuk membantunya makan sehari hari. Bukan tanpa alasan, dia cukup prihatin untuk makan sehari dua kali. Bahkan, Siti pernah membagi satu bungkus mi instan untuk makan pagi dan siang.
"Saya juga pulang setiap sebulan sekali ke Garut. Di sana saya dibekali makanan kering seperti keripik. Itu buat makan saya sehari hari di Bandung," kisahnya, yang mengaku kesulitannya makan selama kuliah hampir dijalaninya 3,5 tahun lamanya.
Baginya, semua itu hanyalah proses meraih cita cita yang harus diperjuangkan. Tidak masalah baginya hanya makan menggunakan keripik, asal bisa menggapai cita cita dan memberikan yang terbaik bagi keluarga.
"Jangan pernah hilang harapan, karena Allah memberi kita kesulitan, bukan untuk menjatuhkan. Tapi membuat kita lebih kuat. Kita dilahirkan bukan buat jatuh dan terpuruk tapi bangkit lagi," imbuh dia.
(mpw)