Mudik Asyik Baca Buku, Mengisi Perjalanan Menuju Kampung Halaman dengan Literasi
loading...
A
A
A
“Mudik adalah waktu terlama bersama keluarga. Perjalanan dengan kereta bisa mencapai 14 jam, seperti rute ke Pandalungan. Dengan adanya buku, komunikasi antara orang tua dan anak bisa lebih bermakna, tidak hanya sebatas penggunaan gadget,” ujar Hendra.
Program ini mendapat dukungan luas dari berbagai lembaga, termasuk Perpustakaan Nasional RI, Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), serta komunitas dan penerbit buku. Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa)Kemendikdasmen Ganjar Harimansyah menegaskan bahwa program ini bertujuan untuk memberikan akses bacaan yang berkualitas kepada masyarakat.
“Kami ingin mengubah kebiasaan bermain gadget saat perjalanan menjadi kebiasaan membaca buku. Semua buku kami gratiskan, jadi silakan mampir dan memilih buku yang disukai,” katanya.
Di Stasiun Gambir, sekitar 3.400 buku telah disiapkan, dengan jumlah keseluruhan mencapai 20.000 buku di seluruh titik mudik. Buku-buku yang dibagikan sebagian besar merupakan buku anak-anak yang telah melalui proses kurasi ketat, termasuk hasil karya para pemenang sayembara menulis cerita anak dan buku-buku terjemahan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia.
Dukungan juga datang dari PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) Daop 1 Jakarta, yang menyambut baik kegiatan ini. “Kami mengapresiasi upaya Badan Bahasa dalam menghadirkan literasi di tengah masyarakat. Dengan adanya gerai baca di stasiun, kami berharap para pemudik, terutama anak-anak, dapat menikmati perjalanan dengan cara yang lebih bermanfaat,” ujar Manajer Humas PT KAI Daop 1 Jakarta, Ixfan Hendriwintoko.
Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, turut memberikan apresiasi terhadap program ini. Menurutnya, membaca buku dapat menjadi solusi untuk meningkatkan budaya literasi di Indonesia.
“Buku-buku yang dibagikan sangat menarik, baik dari segi desain maupun isi cerita. Banyak cerita daerah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, sejalan dengan Trigatra Bangun Bahasa: mengutamakan Bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah, dan menguasai bahasa asing,” katanya.
Dengan antusiasme tinggi dari para pemudik, program Mudik Asyik Baca Buku diharapkan dapat terus berlanjut di tahun-tahun mendatang. Meskipun dampaknya terhadap peningkatan literasi tidak bisa diukur secara instan, setidaknya langkah kecil ini dapat menumbuhkan kebiasaan membaca di masyarakat.
“Setidaknya, anak-anak yang mudik tahun ini tahu bahwa ada buku yang menarik untuk dibaca, dan itu sudah menjadi langkah awal yang baik,” ujar Ganjar.
Dengan perpaduan perjalanan mudik dan literasi, diharapkan masyarakat semakin menyadari bahwa membaca bukan hanya sekadar kegiatan akademis, tetapi juga bagian dari gaya hidup yang menyenangkan dan bermanfaat bagi semua kalangan.
Dukungan dari Berbagai Pihak
Program ini mendapat dukungan luas dari berbagai lembaga, termasuk Perpustakaan Nasional RI, Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), serta komunitas dan penerbit buku. Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa)Kemendikdasmen Ganjar Harimansyah menegaskan bahwa program ini bertujuan untuk memberikan akses bacaan yang berkualitas kepada masyarakat.
“Kami ingin mengubah kebiasaan bermain gadget saat perjalanan menjadi kebiasaan membaca buku. Semua buku kami gratiskan, jadi silakan mampir dan memilih buku yang disukai,” katanya.
Di Stasiun Gambir, sekitar 3.400 buku telah disiapkan, dengan jumlah keseluruhan mencapai 20.000 buku di seluruh titik mudik. Buku-buku yang dibagikan sebagian besar merupakan buku anak-anak yang telah melalui proses kurasi ketat, termasuk hasil karya para pemenang sayembara menulis cerita anak dan buku-buku terjemahan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia.
Dukungan juga datang dari PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) Daop 1 Jakarta, yang menyambut baik kegiatan ini. “Kami mengapresiasi upaya Badan Bahasa dalam menghadirkan literasi di tengah masyarakat. Dengan adanya gerai baca di stasiun, kami berharap para pemudik, terutama anak-anak, dapat menikmati perjalanan dengan cara yang lebih bermanfaat,” ujar Manajer Humas PT KAI Daop 1 Jakarta, Ixfan Hendriwintoko.
Harapan ke Depan
Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, turut memberikan apresiasi terhadap program ini. Menurutnya, membaca buku dapat menjadi solusi untuk meningkatkan budaya literasi di Indonesia.
“Buku-buku yang dibagikan sangat menarik, baik dari segi desain maupun isi cerita. Banyak cerita daerah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, sejalan dengan Trigatra Bangun Bahasa: mengutamakan Bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah, dan menguasai bahasa asing,” katanya.
Dengan antusiasme tinggi dari para pemudik, program Mudik Asyik Baca Buku diharapkan dapat terus berlanjut di tahun-tahun mendatang. Meskipun dampaknya terhadap peningkatan literasi tidak bisa diukur secara instan, setidaknya langkah kecil ini dapat menumbuhkan kebiasaan membaca di masyarakat.
“Setidaknya, anak-anak yang mudik tahun ini tahu bahwa ada buku yang menarik untuk dibaca, dan itu sudah menjadi langkah awal yang baik,” ujar Ganjar.
Dengan perpaduan perjalanan mudik dan literasi, diharapkan masyarakat semakin menyadari bahwa membaca bukan hanya sekadar kegiatan akademis, tetapi juga bagian dari gaya hidup yang menyenangkan dan bermanfaat bagi semua kalangan.
(nnz)
Lihat Juga :