Sinergikan Industri-Kampus, Kemendikbud Luncurkan Platform Kedai Reka
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kemendikbud akan meluncurkan platform yang akan menghubungkan dunia industri dengan perguruan tinggi untuk menciptakan berbagai inovasi dan menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi tinggi.
Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud Nizam menjelaskan, saat ini ada keterbatasan sinergi antara perguruan tinggi dengan dunia industri dan dunia usaha. Padahal, katanya, di berbagai negara kemajuan bangsanya ditandai oleh kerja sama yang baik antara industri dengan perguruan tinggi. (Baca juga: Kemendikbud Kembangkan Spirit Kewirausahaan PT untuk Pemulihan Ekonomi )
Saat ini ada missing link, broken link karena perguruan tinggi berjalan dengan lajunya sendiri. Dunia usaha dan dunia industri berjalan dengan lajunya sendiri. Ini harus kita sambungkan sehingga saling berkelindan dan saling mengaspirasi,'' katanya pada FGD Dirjen Dikti dan SWA Group di Jakarta, Senin (7/9).
Melalui FGD inipula Kemendikbud ingin mewujudkan ekosistem pentahelix untuk memperkuat ekosistem rekacipta. Sejumlah pihak yang mewakili penta-helix, seperti industri (pengusaha), perguruan tinggi, kementerian (pemerintah), media, dan komunitas (masyarakat), hadir pada FGD ini. (Baca juga: 400 Ribu Mahasiswa akan Ikut Kampus Merdeka, Anda Tertarik? )
“Tujuan FGD ini adalah untuk memotret perspektif kalangan industri terhadap perkembangan rekacipta perguruan tinggi. FGD ini diharapkan akan menghasilkan rekomendasi bagi kebijakan rekacipta di pergruan tinggi yang sesuai dengan kebutuhan industri,” ucap Pemimpin Redaksi SWA Group Kemal Gani.
Sementara Nizam menjelaskan, demi terealisasinya ekosistem rekacipta yang dapat memperkuat hubungan antara perguruan tinggi dan industri, Ditjen Dikti tengah mengembangkan platform digital Kedai Reka.
Nizam menjelaskan, Kedai Reka adalah platform digital yang dapat mempertemukan sekaligus menghubungkan antara perguruan tinggi dengan industri. Rencananya, platform ini akan segera diluncurkan pada Oktober 2020. (Baca juga: Jokowi Berikan Wejangan kepada Mahasiswa UGM yang Ingin Sukses )
Lebih jauh ia menjelaskan, di dalam platform Kedai Reka, tidak ada lagi batasan birokrasi antara perguruan tinggi, industri, dan masyarakat. Artinya, mahasiswa, dosen, masyarakat umum, petani, dan elemen lainnya dapat berinteraksi dan melakukan sinergi.
“Kami berharap, platform Kedai Reka ini dapat mempertemukan permasalahan nyata di lapangan dengan solusi dari perguruan tinggi,” harapnya.
Nizam menjelaskan, melalui platform ini maka antara perguruan tinggi dengan industri bisa menyiapkan SDM yang siap berkompetisi, penyusunan kurikulum bersama hingga membuat riset dan inovasi yang dibuat berdasarkan kebutuhan industri.
"Ekosistem rekacipta ini sebagai implementasi Kampus Merdeka serta mendorong peran dunia industri dalam mendukung para pereka cipta di perguruan tinggi," jelasnya.
Dia menjelaskan, meski di tengah pandemi namun optimisme untuk berinovasi tetap perlu dibangun. Menurut Nizam, selama tiga bulan pertama selama pandemi perguruan tinggi telah menghasilkan lebih dari 1.600 karya invensi dan inovasi. Karya yang dihasilkan inipun bukan sebatas inovasi yang sederhana saja melainkan teknologi yang bahkan sudah ada yang memasuki uji klinik.
Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud Nizam menjelaskan, saat ini ada keterbatasan sinergi antara perguruan tinggi dengan dunia industri dan dunia usaha. Padahal, katanya, di berbagai negara kemajuan bangsanya ditandai oleh kerja sama yang baik antara industri dengan perguruan tinggi. (Baca juga: Kemendikbud Kembangkan Spirit Kewirausahaan PT untuk Pemulihan Ekonomi )
Saat ini ada missing link, broken link karena perguruan tinggi berjalan dengan lajunya sendiri. Dunia usaha dan dunia industri berjalan dengan lajunya sendiri. Ini harus kita sambungkan sehingga saling berkelindan dan saling mengaspirasi,'' katanya pada FGD Dirjen Dikti dan SWA Group di Jakarta, Senin (7/9).
Melalui FGD inipula Kemendikbud ingin mewujudkan ekosistem pentahelix untuk memperkuat ekosistem rekacipta. Sejumlah pihak yang mewakili penta-helix, seperti industri (pengusaha), perguruan tinggi, kementerian (pemerintah), media, dan komunitas (masyarakat), hadir pada FGD ini. (Baca juga: 400 Ribu Mahasiswa akan Ikut Kampus Merdeka, Anda Tertarik? )
“Tujuan FGD ini adalah untuk memotret perspektif kalangan industri terhadap perkembangan rekacipta perguruan tinggi. FGD ini diharapkan akan menghasilkan rekomendasi bagi kebijakan rekacipta di pergruan tinggi yang sesuai dengan kebutuhan industri,” ucap Pemimpin Redaksi SWA Group Kemal Gani.
Sementara Nizam menjelaskan, demi terealisasinya ekosistem rekacipta yang dapat memperkuat hubungan antara perguruan tinggi dan industri, Ditjen Dikti tengah mengembangkan platform digital Kedai Reka.
Nizam menjelaskan, Kedai Reka adalah platform digital yang dapat mempertemukan sekaligus menghubungkan antara perguruan tinggi dengan industri. Rencananya, platform ini akan segera diluncurkan pada Oktober 2020. (Baca juga: Jokowi Berikan Wejangan kepada Mahasiswa UGM yang Ingin Sukses )
Lebih jauh ia menjelaskan, di dalam platform Kedai Reka, tidak ada lagi batasan birokrasi antara perguruan tinggi, industri, dan masyarakat. Artinya, mahasiswa, dosen, masyarakat umum, petani, dan elemen lainnya dapat berinteraksi dan melakukan sinergi.
“Kami berharap, platform Kedai Reka ini dapat mempertemukan permasalahan nyata di lapangan dengan solusi dari perguruan tinggi,” harapnya.
Nizam menjelaskan, melalui platform ini maka antara perguruan tinggi dengan industri bisa menyiapkan SDM yang siap berkompetisi, penyusunan kurikulum bersama hingga membuat riset dan inovasi yang dibuat berdasarkan kebutuhan industri.
"Ekosistem rekacipta ini sebagai implementasi Kampus Merdeka serta mendorong peran dunia industri dalam mendukung para pereka cipta di perguruan tinggi," jelasnya.
Dia menjelaskan, meski di tengah pandemi namun optimisme untuk berinovasi tetap perlu dibangun. Menurut Nizam, selama tiga bulan pertama selama pandemi perguruan tinggi telah menghasilkan lebih dari 1.600 karya invensi dan inovasi. Karya yang dihasilkan inipun bukan sebatas inovasi yang sederhana saja melainkan teknologi yang bahkan sudah ada yang memasuki uji klinik.
(mpw)