Penting! Ini 3 Kunci Dongkrak Motivasi Belajar Anak Selama Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Masa pandemi menyebabkan anak harus beradaptasi dengan perubahan metode pembelajaran. Ada 3 aspek yang harus diseimbangkan yakni aspek mind (pikiran), body (tubuh) dan soul (jiwa).
Dosen, Psikolog dan Penulis Buku Efnie Indrianie mengatakan, pada intinya untuk memotivasi anak untuk belajar selama masa pandemi ini adalah harus ada koordinasi dan kerja sama antara guru dan orang tua dalam proses mendampingi anak.
"Satu hal yang perlu diingat adalah jagalah keseimbangan antara mind, body and soul," katanya pada webinar BNPB: A to Z Dongrak Motivasi Belajar Anak Selama Pandemi melalui streaming Youtube SINDONews, Kamis (8/10). (Baca juga: Bantu Pendidikan Siswa, Kampus Terjunkan Ribuan Mahasiswa ke Desa-desa )
SINDONews dan Koran Sindo bersama Satuan Tugas Penanganan COVID-19 menggelar webinar session bertajuk "From A To Z Dongkrak Motivasi Belajar Anak Selama Pandemi".
Diskusi ini menghadirkan narasumber Ketua Umum LPAI Kak Seto, Dosen Psikolog dan Penulis Buku Efnie Indrianie, serta dipandu moderator Haryanto Saputra. (Baca juga: Di Tengah Pandemi, Ini Apresiasi Mendikbud kepada Guru yang Luar Biasa )
Efnie menjelaskan, ketiga hal di atas perlu diseimbangkan karena akan bisa menciptakan kesejahteraan. Hal ini tentunya harus dimulai dari orang tua terlebih dulu. Sehingga ketika orang tua merasa sudah sejahtera dan tenang maka akan bisa menciptakan situasi yang tenang dan sejahtera dan bahagia untuk tumbuh kembang anak.
Dia mengatakan, kenapa pikiran, tubuh dan jiwa itu penting karena terbentuknya perilaku anak adalah karena adanya integrasi ketiganya. Dia menjelaskan, pada fase anak sebelum usia 5 tahun maka anak membutuhkan afeksi, kasih sayang, kebersamaan dan belajar berbagi.
"Untuk memotivasi anak sebelum usia 5 tahun harus ditekankan kebersamaan dan kekompakan keluarga. Karena tahapan perkembangan fungsi otak di usia ini membutuhkan itu," terangnya. (Baca juga: Ini Solusi agar Guru Honorer Usia di Atas 35 Tahun Bisa Tetap Jadi PNS )
Sementara untuk anak usia 5 tahun ke atas atau anak-anak di jenjang SD, katanya, mereka sudah berpikir kritis maka untuk meningkatkan motivasi pada anak tidak bisa diberi instruksi saja. Mereka harus diberikan tanggung jawab dan tugas dengan diawali adanya perencanaan bersama. Tugas yang diberikan pun harus dimulai yang mudah dulu.
Aspek yang perlu dijaga kedua adalah aspek tubuh. Dia menjelaskan, yang harus dilakukan pada aspek ini adalah menjaga kadar oksigen di dalam tubuh. Menurutnya, jika anak-anak hanya diberi tugas tanpa ada kesempatan untuk bergerak dan bermain maka kadar oksigen di tubuh akan turun. Hal ini akan berdampak anak malas untuk mengerjakan sesuatu.
Afnie menjabarkan, untuk meningkatkan kehangatan dan kebersamaan maka aktivitas olah raga ringan atau jalan santai dengan protokol kesehatan bisa dilakukan bersama anak. "Saat anak bisa menikmati sinar matahari dan berjalan kaki maka kadar endorfinnya naik. Dia pun akan lebih bahagia," ujarnya.
Afnie menerangkan, aspek ketiga yang harus dijaga keseimbangannya adalah sisi spiritualitas anak. Dia menjelaskan, ketika anak mengucapkan kata-kata baik sesuai keyakinannya dalam bentuk doa maka ada aliran elektromagnetik yang membuat fungsi otak menjadi lebih kuat sehngga anak tidak gampang stres dan lebih siap dalam menghadapi tantangan.
Dosen, Psikolog dan Penulis Buku Efnie Indrianie mengatakan, pada intinya untuk memotivasi anak untuk belajar selama masa pandemi ini adalah harus ada koordinasi dan kerja sama antara guru dan orang tua dalam proses mendampingi anak.
"Satu hal yang perlu diingat adalah jagalah keseimbangan antara mind, body and soul," katanya pada webinar BNPB: A to Z Dongrak Motivasi Belajar Anak Selama Pandemi melalui streaming Youtube SINDONews, Kamis (8/10). (Baca juga: Bantu Pendidikan Siswa, Kampus Terjunkan Ribuan Mahasiswa ke Desa-desa )
SINDONews dan Koran Sindo bersama Satuan Tugas Penanganan COVID-19 menggelar webinar session bertajuk "From A To Z Dongkrak Motivasi Belajar Anak Selama Pandemi".
Diskusi ini menghadirkan narasumber Ketua Umum LPAI Kak Seto, Dosen Psikolog dan Penulis Buku Efnie Indrianie, serta dipandu moderator Haryanto Saputra. (Baca juga: Di Tengah Pandemi, Ini Apresiasi Mendikbud kepada Guru yang Luar Biasa )
Efnie menjelaskan, ketiga hal di atas perlu diseimbangkan karena akan bisa menciptakan kesejahteraan. Hal ini tentunya harus dimulai dari orang tua terlebih dulu. Sehingga ketika orang tua merasa sudah sejahtera dan tenang maka akan bisa menciptakan situasi yang tenang dan sejahtera dan bahagia untuk tumbuh kembang anak.
Dia mengatakan, kenapa pikiran, tubuh dan jiwa itu penting karena terbentuknya perilaku anak adalah karena adanya integrasi ketiganya. Dia menjelaskan, pada fase anak sebelum usia 5 tahun maka anak membutuhkan afeksi, kasih sayang, kebersamaan dan belajar berbagi.
"Untuk memotivasi anak sebelum usia 5 tahun harus ditekankan kebersamaan dan kekompakan keluarga. Karena tahapan perkembangan fungsi otak di usia ini membutuhkan itu," terangnya. (Baca juga: Ini Solusi agar Guru Honorer Usia di Atas 35 Tahun Bisa Tetap Jadi PNS )
Sementara untuk anak usia 5 tahun ke atas atau anak-anak di jenjang SD, katanya, mereka sudah berpikir kritis maka untuk meningkatkan motivasi pada anak tidak bisa diberi instruksi saja. Mereka harus diberikan tanggung jawab dan tugas dengan diawali adanya perencanaan bersama. Tugas yang diberikan pun harus dimulai yang mudah dulu.
Aspek yang perlu dijaga kedua adalah aspek tubuh. Dia menjelaskan, yang harus dilakukan pada aspek ini adalah menjaga kadar oksigen di dalam tubuh. Menurutnya, jika anak-anak hanya diberi tugas tanpa ada kesempatan untuk bergerak dan bermain maka kadar oksigen di tubuh akan turun. Hal ini akan berdampak anak malas untuk mengerjakan sesuatu.
Afnie menjabarkan, untuk meningkatkan kehangatan dan kebersamaan maka aktivitas olah raga ringan atau jalan santai dengan protokol kesehatan bisa dilakukan bersama anak. "Saat anak bisa menikmati sinar matahari dan berjalan kaki maka kadar endorfinnya naik. Dia pun akan lebih bahagia," ujarnya.
Afnie menerangkan, aspek ketiga yang harus dijaga keseimbangannya adalah sisi spiritualitas anak. Dia menjelaskan, ketika anak mengucapkan kata-kata baik sesuai keyakinannya dalam bentuk doa maka ada aliran elektromagnetik yang membuat fungsi otak menjadi lebih kuat sehngga anak tidak gampang stres dan lebih siap dalam menghadapi tantangan.
(mpw)