SEAQIL Dukung Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar Asia Tenggara
loading...
A
A
A
JAKARTA - Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre For Quality Improvement for Teachers and Education Personnel (QITEP) In Language (SEAQIL) terus memberikan dukungan kepada Pemerintah Indonesia melalui Kemendikbud dalam mempromosikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di Asia Tenggara.
Direktur SEAQIL, Luh Anik Mayani mengatakan SEAQIL akan memaksimalkan peran dan potensinya dalam penguatan Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA). (Baca juga: 1.108 Mahasiswa Dilibatkan Jadi Duta Edukasi Perubahan Perilaku )
“Khususnya dalam peningkatan kualitas pengajar BIPA dan hal relevan lainnya yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pengajar dan tenaga kependidikan ke-BIPA-an di Asia Tenggara. Itu yang akan kami dorong terus,” katanya melalui siaran pers, Rabu (14/10).
Luh Anik menambahkan, keinginan SEAQIL untuk mempromosikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di Asia Tenggara juga mengacu pada Pasal 44 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009. Selain itu juga rekomendasi Strategis Kongres Bahasa Indonesia yang diselenggarakan pada 2013 yang berkaitan dengan peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional.
Sebagai langkah awal, SEAQIL menggelar Webinar Series on Language yang berfokus pada BIPA. Webinar ini diselenggarakan dalam tiga seri melalui platform pertemuan daring dan membahas tiga topik utama, yaitu Standar Kompetensi Pengajar BIPA yang diselenggarakan pada 25 s.d. 27 Agustus 2020, Materi Pembelajaran BIPA pada 1 s.d. 3 September 2020, dan Kebutuhan Pengajar BIPA yang diselenggarakan pada 13 s.d. 15 Oktober 2020. (Baca juga: IPB University Kembangkan Teknologi Cek Kehalalan Produk dengan Mudah dan Cepat )
Melalui webinar ini, SEAQIL telah mengumpulkan informasi dan data yang akan menjadi dasar bagi SEAQIL untuk mengembangkan standar kompetensi dan materi pembelajaran BIPA, serta program Pengembangan Profesionalitas Berkelanjutan bagi pengajar BIPA. Webinar ini diselenggarakan bersama 31 pakar BIPA dan 600 pengajar/pendidik, pemelajar, pengamat, peneliti, dan penulis bahan ajar BIPA dari seluruh dunia.
Di samping itu, SEAQIL juga mengundang para pakar BIPA dari enam institusi pemerintah yang mempunyai misi serupa di antaranya Kemendikbud, Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional, serta Badan Nasional Sertifikasi Profesi.
Selain itu, SEAQIL juga melibatkan lembaga kursus BIPA dan Afiliasi Pengajar dan Pegiat Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (APPBIPA) serta lembaga pendidikan tinggi di luar negeri. Guna menghasilkan diskusi dengan masukan yang lebih variatif, SEAQIL juga mengundang pakar BIPA dari berbagai kalangan baik akademisi maupun peneliti sebagai panelis webinar. (Baca juga: Epidemiolog UI Memprediksi Vaksinasi Baru Selesai Akhir 2021 )
Webinar ini menerima antusiasme yang tinggi, di mana hampir 1.600 pendaftar dari 22 negara tertarik untuk mengikutinya di antaranya dari Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, Azerbaijan, Belanda, Bulgaria, Filipina, Jepang, Jerman, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Perancis, Polinesia Perancis, Spanyol, Swiss, Taiwan, Thailand, Timor-Leste, dan Uzbekistan.
Namun demikian, untuk menciptakan diskusi yang efektif, SEAQIL hanya memilih 600 peserta, terdiri atas pengajar/pendidik, pemelajar, pengamat, peneliti, dan penulis bahan ajar BIPA dari lembaga dan universitas global yang menyelenggarakan program BIPA. Webinar ini disiarkan secara langsung YouTube guna menjangkau lebih banyak audiens, terutama bagi pendaftar yang tidak termasuk dalam daftar peserta terpilih.
Luh Anik berharap, webinar yang telah merangkum ide/pemikiran hebat dan inovatif dari para pengajar dan pakar BIPA ini akan menjadi dasar bagi SEAQIL untuk mengembangkan program Pengembangan Profesionalitas Berkelanjutan untuk pengajar BIPA. “ SEAQIL akan melakukan metaanalisis dari hasil webinar untuk direalisasikan menjadi program BIPA pada tahun berikutnya,”tuturnya.
Untuk menunjang tujuan tersebut, SEAQIL menyambut baik kerja sama dengan institusi yang memiliki kesamaan visi dengan SEAQIL, khususnya pada program BIPA.
Direktur SEAQIL, Luh Anik Mayani mengatakan SEAQIL akan memaksimalkan peran dan potensinya dalam penguatan Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA). (Baca juga: 1.108 Mahasiswa Dilibatkan Jadi Duta Edukasi Perubahan Perilaku )
“Khususnya dalam peningkatan kualitas pengajar BIPA dan hal relevan lainnya yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pengajar dan tenaga kependidikan ke-BIPA-an di Asia Tenggara. Itu yang akan kami dorong terus,” katanya melalui siaran pers, Rabu (14/10).
Luh Anik menambahkan, keinginan SEAQIL untuk mempromosikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di Asia Tenggara juga mengacu pada Pasal 44 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009. Selain itu juga rekomendasi Strategis Kongres Bahasa Indonesia yang diselenggarakan pada 2013 yang berkaitan dengan peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional.
Sebagai langkah awal, SEAQIL menggelar Webinar Series on Language yang berfokus pada BIPA. Webinar ini diselenggarakan dalam tiga seri melalui platform pertemuan daring dan membahas tiga topik utama, yaitu Standar Kompetensi Pengajar BIPA yang diselenggarakan pada 25 s.d. 27 Agustus 2020, Materi Pembelajaran BIPA pada 1 s.d. 3 September 2020, dan Kebutuhan Pengajar BIPA yang diselenggarakan pada 13 s.d. 15 Oktober 2020. (Baca juga: IPB University Kembangkan Teknologi Cek Kehalalan Produk dengan Mudah dan Cepat )
Melalui webinar ini, SEAQIL telah mengumpulkan informasi dan data yang akan menjadi dasar bagi SEAQIL untuk mengembangkan standar kompetensi dan materi pembelajaran BIPA, serta program Pengembangan Profesionalitas Berkelanjutan bagi pengajar BIPA. Webinar ini diselenggarakan bersama 31 pakar BIPA dan 600 pengajar/pendidik, pemelajar, pengamat, peneliti, dan penulis bahan ajar BIPA dari seluruh dunia.
Di samping itu, SEAQIL juga mengundang para pakar BIPA dari enam institusi pemerintah yang mempunyai misi serupa di antaranya Kemendikbud, Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional, serta Badan Nasional Sertifikasi Profesi.
Selain itu, SEAQIL juga melibatkan lembaga kursus BIPA dan Afiliasi Pengajar dan Pegiat Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (APPBIPA) serta lembaga pendidikan tinggi di luar negeri. Guna menghasilkan diskusi dengan masukan yang lebih variatif, SEAQIL juga mengundang pakar BIPA dari berbagai kalangan baik akademisi maupun peneliti sebagai panelis webinar. (Baca juga: Epidemiolog UI Memprediksi Vaksinasi Baru Selesai Akhir 2021 )
Webinar ini menerima antusiasme yang tinggi, di mana hampir 1.600 pendaftar dari 22 negara tertarik untuk mengikutinya di antaranya dari Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, Azerbaijan, Belanda, Bulgaria, Filipina, Jepang, Jerman, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Perancis, Polinesia Perancis, Spanyol, Swiss, Taiwan, Thailand, Timor-Leste, dan Uzbekistan.
Namun demikian, untuk menciptakan diskusi yang efektif, SEAQIL hanya memilih 600 peserta, terdiri atas pengajar/pendidik, pemelajar, pengamat, peneliti, dan penulis bahan ajar BIPA dari lembaga dan universitas global yang menyelenggarakan program BIPA. Webinar ini disiarkan secara langsung YouTube guna menjangkau lebih banyak audiens, terutama bagi pendaftar yang tidak termasuk dalam daftar peserta terpilih.
Luh Anik berharap, webinar yang telah merangkum ide/pemikiran hebat dan inovatif dari para pengajar dan pakar BIPA ini akan menjadi dasar bagi SEAQIL untuk mengembangkan program Pengembangan Profesionalitas Berkelanjutan untuk pengajar BIPA. “ SEAQIL akan melakukan metaanalisis dari hasil webinar untuk direalisasikan menjadi program BIPA pada tahun berikutnya,”tuturnya.
Untuk menunjang tujuan tersebut, SEAQIL menyambut baik kerja sama dengan institusi yang memiliki kesamaan visi dengan SEAQIL, khususnya pada program BIPA.
(mpw)