Kampus Siaga COVID, 26 Ribu Mahasiswa IPB University Kembali Pulang Kampung
loading...
A
A
A
BOGOR - Wakil Rektor Bidang Kerja sama dan Sistem Informasi IPB University, Prof Dr Dodik R Nurrochmat, menyampaikan bahwa saat ini ada seribu mahasiswa IPB University yang masih bermukim di Indekos atau asrama kampus.
Sementara yang lainnya, sekitar 26 ribu mahasiswa sudah pulang ke daerah atau negara asal masing-masing. Hal ini disampaikannya dalam acara “Webinar Kampus Siaga COVID-19: Penguatan Jejaring Kerja dan Peran Pusat Kajian Gender Anak”, Kamis (15/10).
Dalam kesempatan ini, Prof. Dodik R Rurrochmat menyampaikan proses penanganan COVID-19 yang dilakukan Tim Crisis Center IPB University. (Baca juga: Kampus Merdeka Bekali Mahasiswa untuk Hadapi Tantangan Masa Depan )
“Hampir semua aspek mulai dari pencegahan gawat darurat mahasiswa, kemudian mahasiswa mulai bisa beraktivtias kapan, lalu kesehatan dosen dan tenaga kependidikan hingga hubungan masyarakat terutama dalam mengendalikan hoaks, telah dilakukan,” ujar Ketua Tim Crisis Center IPB University tersebut.
Menurutnya, masih ada dua dari lima parameter utama yang digunakan oleh IPB University untuk mengukur kesiapan pembukaan kampus di era new normal. Yakni parameter asal mahasiswa dan situasi infeksi di lokasi kampus. (Baca juga: Mahasiswa Unpad Temukan Senyawa Ekstrak Kulit Manggis untuk Anti COVID-19 )
Sementara, tiga parameter lainnya seperti keadaan dosen, pola hidup mahasiswa dan kesiapan kampus dinilai sudah siap jika kampus diberlakukan secara luring kembali.
Ada lima pertimbangan yang harus diperhatikan untuk menjalankan perkuliahan normal. Yakni beragamnya status infeksi asal daerah mahasiswa, pola hidup mahasiswa (tempat tinggal dan pola makan) yang sulit menerapkan tindakan pencegahan, sumberdaya kampus yang kurang memadai untuk menerapkan perkuliahan yang aman.
Banyaknya dosen serta tenaga kependidikan yang masuk kategori umur berisiko tinggi dengan berbagai macam penyakit comorbid serta kasus baru dari daerah luar yang terbawa oleh mahasiswa ke wilayah lokasi kampus berada.
Di sisi lain, menurut Prof Dr Ikeu Tanziha, Guru Besar IPB University dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas ekologi Manusia, Pusat Kajian Gender dan Anak (PKGA) IPB University memiliki peran penting dalam pengembangan kampus siaga COVID-19.
COVID-19 sangat berdampak pada meningkatnya kemiskinan, menurunnya akses pangan atau meningkatnya kelaparan dan juga meningkatnya kekerasan terhadap perempuan.
Sementara di sisi lain perempuan merupakan ujung tombak dalam percepatan penanganan Covid-19. “Data terbaru menunjukkan bahwa pada 2020, sebanyak 132 juta manusia kemungkinan akan mengalami kelaparan dengan 36 juta diantaranya adalah perempuan,"
"Juga terdapat 370 juta anak sekolah yang mengalami kekurangan nutrisi. Untuk itu, pangarusutamaan kampus siaga COVID-19 yang responsif terhadap gender dan anak sangat perlu dilakukan,"
"Hal tersebut dapat dilakukan melalui Tri Darma Perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat dan juga bisa melalui manajemen yang meliputi kebijakan, struktural dan pembiayaan,” ujarnya.
Sementara yang lainnya, sekitar 26 ribu mahasiswa sudah pulang ke daerah atau negara asal masing-masing. Hal ini disampaikannya dalam acara “Webinar Kampus Siaga COVID-19: Penguatan Jejaring Kerja dan Peran Pusat Kajian Gender Anak”, Kamis (15/10).
Dalam kesempatan ini, Prof. Dodik R Rurrochmat menyampaikan proses penanganan COVID-19 yang dilakukan Tim Crisis Center IPB University. (Baca juga: Kampus Merdeka Bekali Mahasiswa untuk Hadapi Tantangan Masa Depan )
“Hampir semua aspek mulai dari pencegahan gawat darurat mahasiswa, kemudian mahasiswa mulai bisa beraktivtias kapan, lalu kesehatan dosen dan tenaga kependidikan hingga hubungan masyarakat terutama dalam mengendalikan hoaks, telah dilakukan,” ujar Ketua Tim Crisis Center IPB University tersebut.
Menurutnya, masih ada dua dari lima parameter utama yang digunakan oleh IPB University untuk mengukur kesiapan pembukaan kampus di era new normal. Yakni parameter asal mahasiswa dan situasi infeksi di lokasi kampus. (Baca juga: Mahasiswa Unpad Temukan Senyawa Ekstrak Kulit Manggis untuk Anti COVID-19 )
Sementara, tiga parameter lainnya seperti keadaan dosen, pola hidup mahasiswa dan kesiapan kampus dinilai sudah siap jika kampus diberlakukan secara luring kembali.
Ada lima pertimbangan yang harus diperhatikan untuk menjalankan perkuliahan normal. Yakni beragamnya status infeksi asal daerah mahasiswa, pola hidup mahasiswa (tempat tinggal dan pola makan) yang sulit menerapkan tindakan pencegahan, sumberdaya kampus yang kurang memadai untuk menerapkan perkuliahan yang aman.
Banyaknya dosen serta tenaga kependidikan yang masuk kategori umur berisiko tinggi dengan berbagai macam penyakit comorbid serta kasus baru dari daerah luar yang terbawa oleh mahasiswa ke wilayah lokasi kampus berada.
Di sisi lain, menurut Prof Dr Ikeu Tanziha, Guru Besar IPB University dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas ekologi Manusia, Pusat Kajian Gender dan Anak (PKGA) IPB University memiliki peran penting dalam pengembangan kampus siaga COVID-19.
COVID-19 sangat berdampak pada meningkatnya kemiskinan, menurunnya akses pangan atau meningkatnya kelaparan dan juga meningkatnya kekerasan terhadap perempuan.
Sementara di sisi lain perempuan merupakan ujung tombak dalam percepatan penanganan Covid-19. “Data terbaru menunjukkan bahwa pada 2020, sebanyak 132 juta manusia kemungkinan akan mengalami kelaparan dengan 36 juta diantaranya adalah perempuan,"
"Juga terdapat 370 juta anak sekolah yang mengalami kekurangan nutrisi. Untuk itu, pangarusutamaan kampus siaga COVID-19 yang responsif terhadap gender dan anak sangat perlu dilakukan,"
"Hal tersebut dapat dilakukan melalui Tri Darma Perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat dan juga bisa melalui manajemen yang meliputi kebijakan, struktural dan pembiayaan,” ujarnya.
(mpw)