PCR Test Kit hingga GeNose Jadi Andalan Inovasi

Rabu, 21 Oktober 2020 - 06:35 WIB
loading...
PCR Test Kit hingga...
enristek Bambang PS Brodjonegoro. Foto/SINDONews/Isra Triansyah
A A A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 ternyata tidak melumpuhkan gairah inovasi para peneliti. Sebaliknya, musibah yang melanda justru mendorong mereka melakukan berbagai riset dan inovasi untuk menghentikan penyebarluasan virus tersebut.



Berdasar data Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN), sejak Mei 2020 tercatat berbagai proyek inovasi sudah dibuat melalui Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 yang terdiri atas perguruan tinggi, lembaga penelitian, BUMN maupun industri swasta, dan kementerian terkait lainnya. Hasilnya, sebanyak 61 produk inovasi telah dihasilkan untuk penanggulangan Covid-19. (Baca: Menegenal Nama-nama Anak Iblis Beserta Tugasnya)

Menristek Bambang PS Brodjonegoro memaparkan, di antara inovasi dimaksud adalah produk Rapid Test Antibody yang saat ini produksinya sudah mencapai 350.000 unit per bulan. Sebelum akhir tahun ini, produksinya ditargetkan bisa mencapai 1 juta unit per bulan.

“Kami sudah bekerja sama dengan dua perusahaan swasta yang sebentar lagi akan bertambah menjadi empat,” kata Bambang dalam konferensi pers secara virtual terkait pengembangan vaksin, terapi, dan inovasi Covid-19 di Jakarta kemarin.

Produk lain yang sudah diproduksi, yaitu PCR Test Kit yang digunakan untuk pengujian sampel SWAB dengan mesin PCR. Produksinya saat ini sudah mencapai 1 juta unit per bulan. Bambang menyebut pemerintah sudah bekerja sama dengan PT Bio Farma dan menarget PCR Test Kit bisa diproduksi hingga 2 juta per bulan.

Hasil inovasi lain yang patut mendapat perhatian adalah GeNose yang merupakan alat skrining buatan Universitas Gadjah Mada (UGM). Inovasi tersebut disinyalir bisa mendeteksi virus SARS Cov-2 dari embusan nafas. Saat ini pengembangan produk tersebut tengah dilakukan uji validasi tahap kedua. (Baca juga: Dunia Pendidikan Indonesia Belum Memiliki Peta Jalan yang Jelas)

“Ini inovasi yang luar biasa karena bisa mendeteksi virus Covid-19 secara akurat. Di dalam uji validasi tahap pertama, akurasinya mencapai 97 persen dibandingkan PCR yang merupakan gold standard. Tes ini juga relatif murah, harganya Rp40 juta per alat, tetapi bisa digunakan sampai 100.000 pengujian,” ungkapnya.

Dia menuturkan, pengujian menggunakan GeNose dinilai lebih baik dan tidak invasif. Jauh berbeda ketimbang Rapid Test yang membutuhkan sampel darah dan SWAB Test yang menggunakan carian air liur. Di sisi lain, sistem kerja mesin GeNose juga memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI) sehingga mesinnya semakin banyak bisa menguji sampel dengan tingkat akurasi yang tinggi.

Selain akurasi tinggi dalam mendeteksi virus, biaya produksi alat tersebut juga diketahui relatif murah. Kapasitasnya dikabarkan mampu menguji hingga 100.000 sampel. Harga alat ini diperkirakan hanya Rp40 juta per unit.

“Mesinnya juga dikembangkan dengan artificial intelligence (AI) sehingga semakin banyak melakukan pengujian sampel, tingkat akurasinya juga semakin yang tinggi karena sifatnya adalah machine learning,” paparnya.

Bukan hanya itu, pemerintah juga akan mengembangkan Rapid Test berbasis antigen atau Rapid SWAB Test. Teknologi dimaksud adalah RT Lamp yang dikembangkan oleh LIPI. Menurut Bambang, baik GeNose maupun RT Lamp, akan diproduksi jelang akhir tahun ini dan langsung digunakan secara luas. (Baca juga: Liburan Aman dan Nyaman di Masa Pandemi)

“Ini juga akan membantu mengurangi beban biaya, terutama untuk PCR Test dan punya tingkat akurasi yang cukup tinggi dan juga tidak memerlukan laboratorium BSL-2 seperti halnya pengujian PCR. Namun, tentunya untuk testing tetap dibutuhkan PCR Test sebagai gold standard,” imbuhnya.

Inovasi lain yang dilakukan adalah pengembangan Mobile Lab BSL-2 untuk menambah kapasitas pengujian di berbagai daerah yang mengalami lonjakan kasus infeksi Covid-19. Saat ini alat tersebut sudah dipakai di beberapa rumah sakit. “Kami juga sedang memodifikasi agar tidak lagi dalam bentuk kontainer seperti sekarang, tetapi sudah dalam bentuk bus,” ungkapnya.

Selain itu, juga mencakup ventilator. Ada enam jenis ventilator yang sudah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan sehingga telah diproduksi oleh industri dan dipakai beberapa rumah sakit di Indonesia. Ada Vaksin Merah Putih yang dikembangkan dengan berbagai platform. Vaksin ini dibuat dengan berbasis virus yang bersirkulasi atau bertransmisi di Indonesia.

Sekretaris Jenderal Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) Berry Juliandi mengapresiasi upaya pemerintah dalam melahirkan berbagai inovasi tersebut dalam menghadapi pandemi. Apalagi, inovasi tersebut dibuat oleh berbagai lembaga penelitian di Indonesia yang dikoordinasi dalam suatu konsorsium riset. (Baca juga: Refly Harun Mengaku Menunggu Habib Rizieq Pulang)

Hanya, masih ada permasalahan yang sama dalam pengembangan riset dan inovasi di Indonesia sebelum terjadi pandemi Covid-19 . Selain dana, lanjut Berry, ekosistem riset dan inovasi juga perlu lagi dibenahi. “Saat ini masih ada tumpang tindih peran,” jelasnya.

Dalam pandangannya, sebagian besar riset dan inovasi yang dikembangkan masih bersifat responsif. Namun, kondisi tersebut masih wajar, terlebih lagi di masa pandemi yang melanda dunia seperti sekarang.

Berry pun berharap pandemi bisa membuka mata pemerintah atau pemangku kebijakan untuk menyusun peta besar penelitian di Indonesia. Strategi itu dinilai perlu untuk menghadapi tantangan dan keadaan di masa depan.

“Untuk masa depan, harus dibuat roadmap agar penelitian di Indonesia dapat menjawab tantangan dan keadaan masa depan. Hal ini bisa dilakukan dengan investasi besar di riset dasar,” tuturnya.

Sebelumnya Komisi IX DPR mendorong Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 untuk meningkatkan komunikasi, koordinasi, dan sinergi dalam kebijakan dan implementasi riset serta inovasi dalam negeri bersama seluruh pihak terkait yang berkontribusi aktif.

“Dengan tetap mengutamakan kejujuran, keterbukaan, akuntabilitas, serta keberpihakan kepada keamanan dan kesehatan masyarakat,” ungkap Wakil Ketua Komisi IX DPR Melkiades Laka Lena. (Baca juga: Rusia Siap Bekukan Semua Hulu Ledak Nuklirnya)

Politikus Partai Golkar ini menuturkan, Komisi IX DPR juga mendesak Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 untuk menyusun grand design riset dan inovasi pengembangan kemandirian obat, vaksin, dan alkes dalam negeri secara terencana dan terukur, termasuk kerangka waktu (timeline) dan infrastruktur distribusi vaksin. Khususnya terkait vaksin paling lambat diserahkan ke Komisi IX DPR pada Rabu (2/9).

Menurut Melki, Komisi IX DPR juga mendesak Kemenkes RI untuk berkomitmen memanfaatkan hasil riset dan inovasi Covid-19 yang telah dikembangkan di Indonesia dengan berpedoman kepada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6/2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.

Suplemen Herbal

Tak hanya mengembangkan Vaksin Merah Putih untuk cegah Covid-19, pemerintah menyatakan sedang melakukan uji klinis terhadap suplemen berbahan herbal. Bahan herbal yang banyak ditemukan di Indonesia diharapkan bisa meningkatkan imun tubuh atau immunomodulator.

Bahan tersebut di antaranya, yaitu jahe merah, meniran, sambiloto, echinacea, temulawak, kunyit, sereh, kayu manis, seledri, cengkeh, daun kelor, mengkudu, sirsak, manggis, jeruk, dan jambu. (Lihat videonya: Dua Polisi yang Kawal Jogging Kena Sanksi Administratif)

Bambang Brodjonegoro mengatakan, upaya pengujian terhadap bahan herbal itu ditujukan untuk menemukan suplemen atau obat yang spesifik dapat menjaga daya tahan tubuh terhadap Covid-19. “Saat ini sudah dilakukan uji klinis di RS Wisma Atlet bekerja sama dengan PT Kalbe Farma. Saat ini kami masih menunggu hasil dari BPOM,” ujar Bambang dalam konferensi pers secara virtual kemarin.

Sejauh ini ekstrak tersandar sudah tersedia dalam bentuk obat herbal atau jamu. Dia berharap dari uji immunomodulator berbahan herbal di Indonesia ini nanti bisa mendapatkan ramuan yang cocok dijadikan sebagai suplemen untuk meningkatkan imun tubuh terhadap infeksi Covid-19 . (Faorick Pakpahan)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3450 seconds (0.1#10.140)