Dirjen Pendis Kampanyekan Komitmen Moderasi Beragama di PTKIN
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam menjadikan pendidikan Islam yang menjunjung tinggi moderasi beragama diperlukan langkah strategis melalui lima pilar pendidikan Islam yang kita sebut sebagai IHSAN (Integritas, Humanisme, Spritualitas, Adaptability, Nationality).
Hal tersebut disampaikan Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama (Kemenag), Muhammad Ali Ramdhani dalam acara Kuliah Tamu bertajuk Kebijakan Kementerian Agama RI tentang Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri yang dilaksanakan di UIN Raden Fatah Palembang, Jumat (23/10). (Baca juga: Kemenag-LPDP Buka Beasiswa Dosen, Diktis: Faham Keagamaan Harus Moderat )
Ali Ramdhani menjelaskan, dalam IHSAN, terdapat nilai-nilai moderasi beragama yang kemudian diturunkan pada ruang-ruang yang lebih operasional.
Pertama, integritas. “Sebuah perguruan tinggi harus menghasilkan sosok alumni atau civitas akademika yang memiliki integritas yang baik. Dia yang selalu tampil jujur, disiplin dan tahan banting, serta mampu menyapa masyarakat dengan baik,” ungkap pria yang akrab disapa Dhani ini.
Dhani menambahkan, integritas dalam konteks moderasi beragama ialah sikap seseorang yang secara baik menyampaikan sesuatu dengan jujur. “Bahwa kejujuran harus disandingkan dengan pilar pendidikan Islam berikutnya yaitu humanis. Kejujuran yang kemudian tidak disertai dengan humanisme akan menjadi persoalan,” tambah Dhani. (Baca juga: Kemenag Bekali Guru RA Keterampilan Psikososial di Masa Pandemi )
Kedua, humanisme atau membangun nilai nilai yang humanity. Ali Ramdhani menerangkan, orientasi hidup kita tidak sekadar pada hasil, tetapi pada proses. Dan proses itu lah yang harus diciptakan sehumanis mungkin.
“Kita ingin menampilkan wajah-wajah yang ramah, tidak marah. Mereka yang mengajak bukan mengejek. Mereka yang membina bukan menghina. Mereka yang mengajar bukan menghajar. Kebaikan sekalipun bila dilakukan dengan cara-cara yang tidak baik, maka hasilnya akan tidak baik,” terang Dirjen.
Ketiga, spritualitas. Dhani menekankan, nilai spiritual mengajarkan bahwa semua orang berhak mendapat anugerah dan inayah dari-Nya. (Baca juga: Kemenag Siapkan Bantuan Rp1,178 Triliun untuk PJJ Pendidikan Agama )
Keempat, adaptability atau kemampuan manusia untuk menyelaraskan diri dan berdialog dengan lingkungan strategis di sekitarnya, tanpa kehilangan identitasnya.
Adaptasi harus menjadi kekuatan untuk memahami, bahwa sebuah lembaga pendidikan harus menghadirkan anak zaman, mereka yang beribukan waktu berayahkan zaman, menari bersama zaman untuk menarikan zaman.
Hal tersebut disampaikan Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama (Kemenag), Muhammad Ali Ramdhani dalam acara Kuliah Tamu bertajuk Kebijakan Kementerian Agama RI tentang Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri yang dilaksanakan di UIN Raden Fatah Palembang, Jumat (23/10). (Baca juga: Kemenag-LPDP Buka Beasiswa Dosen, Diktis: Faham Keagamaan Harus Moderat )
Ali Ramdhani menjelaskan, dalam IHSAN, terdapat nilai-nilai moderasi beragama yang kemudian diturunkan pada ruang-ruang yang lebih operasional.
Pertama, integritas. “Sebuah perguruan tinggi harus menghasilkan sosok alumni atau civitas akademika yang memiliki integritas yang baik. Dia yang selalu tampil jujur, disiplin dan tahan banting, serta mampu menyapa masyarakat dengan baik,” ungkap pria yang akrab disapa Dhani ini.
Dhani menambahkan, integritas dalam konteks moderasi beragama ialah sikap seseorang yang secara baik menyampaikan sesuatu dengan jujur. “Bahwa kejujuran harus disandingkan dengan pilar pendidikan Islam berikutnya yaitu humanis. Kejujuran yang kemudian tidak disertai dengan humanisme akan menjadi persoalan,” tambah Dhani. (Baca juga: Kemenag Bekali Guru RA Keterampilan Psikososial di Masa Pandemi )
Kedua, humanisme atau membangun nilai nilai yang humanity. Ali Ramdhani menerangkan, orientasi hidup kita tidak sekadar pada hasil, tetapi pada proses. Dan proses itu lah yang harus diciptakan sehumanis mungkin.
“Kita ingin menampilkan wajah-wajah yang ramah, tidak marah. Mereka yang mengajak bukan mengejek. Mereka yang membina bukan menghina. Mereka yang mengajar bukan menghajar. Kebaikan sekalipun bila dilakukan dengan cara-cara yang tidak baik, maka hasilnya akan tidak baik,” terang Dirjen.
Ketiga, spritualitas. Dhani menekankan, nilai spiritual mengajarkan bahwa semua orang berhak mendapat anugerah dan inayah dari-Nya. (Baca juga: Kemenag Siapkan Bantuan Rp1,178 Triliun untuk PJJ Pendidikan Agama )
Keempat, adaptability atau kemampuan manusia untuk menyelaraskan diri dan berdialog dengan lingkungan strategis di sekitarnya, tanpa kehilangan identitasnya.
Adaptasi harus menjadi kekuatan untuk memahami, bahwa sebuah lembaga pendidikan harus menghadirkan anak zaman, mereka yang beribukan waktu berayahkan zaman, menari bersama zaman untuk menarikan zaman.